Pembelian Obligasi Israel Melonjak di Amerika Serikat

Kementerian Keuangan menerbitkan obligasi baru beberapa hari setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Nov 2023, 17:37 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2023, 17:34 WIB
Pembelian Obligasi Israel Melonjak di Amerika Serikat
The Development Corporation for Israel telah kumpulkan dana USD 1 miliar atau sekitar Rp 15,69 triliun dari penjualan obligasi di Amerika Serikat. (Foto: AFP)

Liputan6.com, Jakarta - The Development Corporation for Israel, lembaga dibalik penjualan obligasi Israel telah kumpulkan dana USD 1 miliar atau sekitar Rp 15,69 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.699) dari penjualan obligasi di Amerika Serikat (AS).

Hal itu terjadi sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sedikitnya 1.400 warga Israel dan menyandera 240 orang lainnya.

Dikutip dari CNBC, Jumat (10/11/2023), Kementerian Keuangan menerbitkan obligasi baru beberapa hari setelah serangan tersebut. Dana senilai USD 1 miliar yang terkumpul dalam empat minggu terakhir adalah jumlah terbesar yang pernah dibeli dalam waktu singkat, menurut Development Corporation, lembaga dibalik penjualan obligasi Israel. Hal ini menjadikan 2023 sebagai tahun rekor bagi obligasi Israel.

Menurut pernyataan dari organisasi itu, sebagian besar dana berasal dari 15 dana obligasi negara bagian dan kota serta beberapa bank. Pembeli utama adalah pemerintah negara bagian di Florida, New York, Alabama, Arizona, Ohio, Illinois, Texas, Georgia, Oklahoma, Nevada, Louisiana, South Carolina, Indiana dan Pennsylvania.

Selain itu di Florida, Broward, dan Palm Beach juga membeli obligasi obligasi Israel dalam empat minggu terakhir, begitu pula Franklin County di Ohio.

Dua bank juga melakukan pembelian penting, Cross River Bank yang berbasis di New Jersey dan Key Bank yang berbasis di Cleveland yang membeli obligasi USD 15 juta.

Seorang juru bicara bank tersebut menyebut penjualan itu sebagai bagian dari hubungan lebih dari 35 tahun dengan Israel Bonds.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Diminati Investor Besar dan Kecil

Perang Israel vs Hamas
Pendukung Palestina memanjat gedung Balai Kota Dewan Sheffield di Inggris untuk menurunkan bendera Israel dan menggantinya dengan bendera Palestina di tengah perang Hamas dan Israel. (dok. tangkapan layar video X @sheffieldtrib/https://twitter.com/sheffieldtrib/status/1711816561424568679)

Eksekutif di Israel Bonds menyebutkan, sekitar USD 250 juta dari total dana yang terkumpul pada bulan lalu berasal dari investor individu, besar, dan kecil di seluruh Amerika Serikat yang membeli obligasi secara langsung.

"Ini adalah ekspresi dukungan yang jelas dari pemerintah lokal dan negara bagian serta dari investor besar dan kecil. Ini juga menunjukkan kepercayaan terhadap perekonomian Israel yang kuat dan stabil,” ujar Presiden dan CEO Israel Bonds, Dani Naveh.

Sejak pertempuran dimulai, Israel telah menyerang Gaza, markas Hamas dari udara, laut dan darat. Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas prediksi lebih dari 10.000 orang telah terbunuh akibat pembalasan Israel.

Ketika jumlah korban tewas di Gaza meningkat, protes terhadap pemboman Israel yang sedang berlangsung telah terjadi di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.


Sudah Capai Target Penjualan

Ilustrasi Obligasi
Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Kepada CNBC, CEO Israel Bonds, Naveh menuturkan, salah satu rumah tetangganya hancur akibat rudal yang ditembakkan dari Gaza pada pekan ini.

“Bagi saya, hal ini menekankan pentingnya misi saya untuk menggalang dana untuk memastikan ketika kita bisa, kita dapat membangun kembali komunitas yang telah hancur,” kata Naveh.

Sebelum perang, the Development Corporation for Israel telah mencapai target penjualan pada 2023 sebesar USD 1 miliar pada akhir September. Namun, lonjakan dalam beberapa hari dan minggu setelah perang telah menggandakan target 2023, total penjualan kini telah melampaui USD 2 miliar.

Negara bagian New York membeli obligasi Israel senilai USD 20 juta tepat setelah perang dimulai sehingga total portfolio menjadi USD 267 juta.

Dalam sebuah pernyataan, New York State Comptroller Thomas DiNapoli menuturkan, dana pensiun negara bagian New York membeli obligasi Israel karena percaya pada semangat inovasi dan kekuatan investasi di Israel.

 

 


The Fed Waspadai Risiko Konflik Israel-Hamas ke Ekonomi Global

Gaza yang Hancur Lebur akibat Konflik Israel-Palestina
Warga Palestina memeriksa bangunan hancur yang menampung kantor The Associated Press dan media lainnya, setelah terkena serangan udara Israel pekan lalu, di Kota Gaza, Jumat (21/5/2021). Israel dan Hamas telah sepakat untuk gencatan senjata setelah 11 hari pertempuran. (AP Photo/Hatem Moussa)

Sebelumnya diberitakan, inflasi Amerika Serikat (AS) dan suku bunga, Gubernur Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell kini ikut buka suara terkait dampak ekonomi dari konflik Israel-Hamas.

"Ketegangan geopolitik sangat tinggi dan menimbulkan risiko penting terhadap aktivitas perekonomian global," kata Powell dalam sebuah konferensi di New York, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (20/10/2023).

"Berbicara sendiri, saya melihat serangan terhadap Israel sangat mengerikan, begitu pula kemungkinan hilangnya lebih banyak nyawa tak berdosa," lanjutnya.

Peran The Fed adalah memantau dampak ekonomi dari perkembangan ini, tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Powell juga mengingatkan bahwa inflasi AS masih terlalu tinggi meski sudah terjadi perlambatan. Hal ini membuka kemungkinan kenaikan suku bunga baru.

"Bukti tambahan dari pertumbuhan yang terus-menerus di atas tren atau tanda-tanda baru pengetatan pasar tenaga kerja dapat membenarkan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut," beber Powell.

"Perekonomian AS menangani suku bunga yang jauh lebih tinggi setidaknya untuk saat ini tanpa kesulitan," katanya.

"Apakah kebijakan saat ini terasa terlalu ketat? Saya harus mengatakan tidak," tambah dia.

Sebelumnya,  IMF mengatakan masih terlalu dini untuk menilai dampak ekonomi dari peristiwa yang menewaskan ratusan jiwa tersebut."Kami sangat sedih atas hilangnya nyawa.

"Kami memantau situasi ini dengan cermat," kata juru bicara IMF, seraya menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apa pun mengenai konsekuensi ekonomi, dikutip dari US News.

 

 


Potensi Tambah Krisis

Gaza yang Hancur Lebur akibat Konflik Israel-Palestina
Orang-orang berkumpul untuk melihat puing-puing gedung al-Jalaa menyusul gencatan senjata yang dicapai setelah perang 11 hari antara Hamas dan Israel, di Kota Gaza, Jumat (21/5/2021). Bangunan itu menampung biro Associated Press di Kota Gaza selama 15 tahun. (AP Photo/John Minchillo)

Ekonom juga di Bank for International Settlements telah mengingatkan hal serupa.

Tetapi dia mengakui, konflik ini berpotensi menambah kekhawatiran yang tidak dapat diprediksi terhadap perekonomian global yang sudah melambat, serta pasar AS masih beradaptasi dengan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan apa dampaknya, meskipun pasar minyak dan ekuitas mungkin akan terkena dampak langsung," kata Agustin Carstens, manajer umum di Bank for International Settlements, dikutip Selasa (10/10).

"Sumber ketidakpastian ekonomi apa pun akan menunda pengambilan keputusan, meningkatkan premi risiko, dan terutama mengingat wilayah tersebut…ada kekhawatiran mengenai di mana minyak akan dibuka," ungkap Carl Tannenbaum, kepala ekonom Northern Trust.

"Pasar juga akan mengikuti skenario yang ada. Pertanyaannya adalah apakah pengulangan akan membuat keseimbangan jangka panjang menjadi tidak seimbang?" ujarnya.

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya