Termasuk Indonesia, 8 Negara Berkembang Ini Kebut UMKM Naik Kelas

Kementerian Koperasi dan UKM bersama organisasi 8 negara berkembang (Developing 8 Countries/D-8) gandengan untuk meningkatkan kapasitan koperasi dan UMKM.

oleh Arief Rahman H diperbarui 20 Nov 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2023, 21:00 WIB
Kementerian Koperasi dan UKM bersama organisasi 8 negara berkembang (Developing 8 Countries/D-8) gandengan untuk meningkatkan kapasitan koperasi dan UMKM
Kementerian Koperasi dan UKM bersama organisasi 8 negara berkembang (Developing 8 Countries/D-8) gandengan untuk meningkatkan kapasitan koperasi dan UMKM 

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koperasi dan UKM bersama organisasi 8 negara berkembang (Developing 8 Countries/D-8) gandengan untuk meningkatkan kapasitan koperasi dan UMKM. Ada sejumlah program prioritas yang dikebut agar usaha tersebut bisa naik kelas.

Sekretaris Kemenkop dan UKM Arif Rahman Hakim menerangkan kerja sama ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan bagi masyarakat khususnya pelaku UMKM dan koperasi negara anggota D-8.

“Ini sangat baik untuk kita tindaklanjuti. Karena ini akan memberikan banyak manfaat bagi negara anggota D-8. Masing-masing negara mempunyai keunggulan dan potensi,” kata dia dalam keterangannya, Senin (20/11/2023).

Turut hadir delegasi dalam pertemuan tersebut, Director I Administrative, Legal and Internal Issues D-8 Ahmar Ismail, Director II Economy Implementation and External Relations D-8 Punjul Nugraha dan Diplomat Ahli Pertama Kementerian Luar Negari Pragusdiniyanto Soemantri.

Kelompok D-8 Negara Berkembang (disingkat D-8, Developing 8 Countries) mencakup delapan negara berkembang yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam yang berkeinginan mempererat kerja sama dalam pembangunan. Anggotanya mencakup Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan, dan Turki.

“Kami memiliki beberapa program prioritas. Untuk usaha mikro kami memperkuat legalitas usaha, UKM memperkuat rantai pasok, sedangkan koperasi kami dorong untuk menjadi koperasi modern dan untuk wirausaha, kami menargetkan terciptanya 1 juta wirausaha baru,” ujar Arif.

Maka, kata Arif, menjadi penting dalam kerja sama yang akan dijajaki oleh organisasi D-8, untuk bertukar informasi mengenai pemberdayaan koperasi dan UMKM, yang telah dilakukan oleh negara anggota D-8.

“Menjadi penting dalam hal ini untuk sharing knowledge, bertukar informasi untuk memajukan UMKM dan koperasi bagi para negara anggota D-8. Saya meyakini masing-masing negara punya pengalaman yang sangat baik dalam mengimplementasikan kebijakan,” ucapnya.

 

Libatkan Indonesia

Ilustrasi pelaku UMKM.
Ilustrasi pelaku UMKM.

Pada kesempatan yang sama, Sekjen D-8 Isiaka Abdulqadir Imam mengatakan, organisasi D-8 juga akan fokus pada pengembangan UMKM dengan melibatkan seluruh anggota D-8 termasuk Indonesia.

“UMKM memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi di seluruh negara D-8. Bahkan di Indonesia, 99 persen pelaku usaha didominasi pelaku UMKM. Saya menyambut baik untuk segera menyelenggarakan pertemuan pertama pada tahun 2025,” kata Isiaka Abdulqadir Imam.

Ia juga menargetkan, pada tahun 2030 perdagangan produk UMKM antar negara D-8 dan di pasar global dapat menyentuh angka 500 miliar dolar AS.

“Pengembangan UMKM pada anggota D-8 menjadi sektor yang penting untuk ditingkatkann, dan ini menjadi penting untuk menyejahterakan masyarakat,” ujar Isiaka Abdulqadir Imam.

 

Jajaki Kerja Sama dengan Afrika Selatan

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai financial technology (fintech) atau pinjaman online (pinjol) bisa membantu pengusaha UMKM
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai financial technology (fintech) atau pinjaman online (pinjol) bisa membantu pengusaha UMKM

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyambut baik kedatangan delegasi bisnis dari Afrika Selatan untuk menjajaki peluang kerja sama dalam mengembangkan UMKM antara Indonesia dengan Afrika Selatan, di Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Hadir dalam pertemuan tersebut Deputi Bidang UKM Hanung Harimba, Deputi Kewirausahaan, Siti Azizah; Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata; serta Yehezkiel Dearma Damanik dari KADIN Indonesia.

Sementara itu delegasi bisnis Afrika Selatan diwakili oleh Sipho Shoba dari Wholesale and Retail Sector Education and Training Authority (SETA), serta Maanda Tshifularo dari Gordon Institute of Business Science (GIBS) University of Pretoria.

MenKopUKM mengungkapkan, Afrika Selatan memiliki potensi yang sangat besar sebagai pasar ekspor pada sektor manufaktur Indonesia, selain jalur perdagangan pada negara lain yang sudah stabil seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.

"Banyak potensi yang bisa dikerjasamakan antara Indonesia dengan Afrika Selatan, seperti kemitraan rantai pasok, akses pemasaran, transfer riset dan teknologi, hingga meningkatkan strategi kebijakan ekspor," kata MenKopUKM.

Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan

Nilai ekspor Indonesia untuk Afrika Selatan sendiri mencapai angka 1 juta dolar AS pada 2022, dengan beberapa sektor yang sangat menjanjikan seperti produk-produk berbasis sawit, sabun, kopi, kendaraan bermotor, pipa, saus, kertas, hingga barang-barang berbahan karet.

Menteri Teten mengatakan, sebagai upaya meningkatkan ekspor Indonesia, SMESCO Indonesia telah membangun Smesco Hub Timur yang berlokasi strategis di Nusa Dua, Bali, yang juga dikenal sebagai "Gateway to The East", dan diproyeksikan untuk menjadi pusat inovasi, kolaborasi, dan tempat bagi para wirausaha maupun investor.

"Untuk memastikan kesuksesan dan pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan, penting bagi kami untuk memberikan dukungan maupun menyediakan berbagai sumber daya yang mereka butuhkan," ujar Menteri Teten Masduki.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya