Liputan6.com, Jakarta - Mark Cuban bukanlah penyuka sebuah jargon dan miliarder ini tidak sendirian. Sejumlah miliarder lainnya juga tidak menyukai sejumlah jargon-jargon yang justru tidak membuat menjadi besar.
Mungkin kamu tergoda untuk mencoba menggunakan kata yang rumit untuk membuat seseorang terkesan, seperti atasan atau calon atasan. Namun menurut miliarder Mark Cuban, menggunakan jargon-jargon ketika bisa menggunakan kata-kata yang sederhana dan jelas, biasanya justru memiliki efek sebaliknya.
Baca Juga
“Selalu gunakan kalimat yang lebih sederhana,” kata Cuban kepada Wired dalam video Q&A bulan Oktober dikutip dari CNBC Make It, Sabtu (23/12/2023).
Advertisement
Ketika Ia ditanya tentang “kata kunci bisnis” yang paling mengganggunya, Cuban langsung memikirkan satu hal.
“Tidak ada alasan untuk menggunakan kata 'cohort' ketika bisa menggunakan kata 'group',” katanya.
“Cohort adalah sekelompok orang. Ucapkan 'group'. Kamu terdengar bodoh saat menggunakan kata 'cohort', karena berusaha terdengar pintar.”
Jargon dan kata-kata kunci perusahaan sering kali membuat gelisah orang-orang yang mendengarnya berulang kali.
Istilah-istilah seperti “new normal”, “company culture”, dan “circle back" menduduki puncak daftar istilah paling menjengkelkan terbaru menurut survei terhadap lebih dari 1.500 orang Amerika yang dilakukan oleh platform pembelajaran bahasa Preply.
Cuban sependapat dengan sesama miliarder seperti Warren Buffett, yang suka menjaga segala sesuatunya sesederhana mungkin.
Buffett menulis surat pemegang saham tahunannya seolah-olah dia sedang berbicara dengan dua saudara perempuannya yang tentu saja tidak menggunakan kata-kata yang rumit, katanya pada 2019.
Tak Hanya Mark Cuban
Elon Musk yang saat ini menjadi orang terkaya di dunia juga meremehkan jargon, terutama di tempat kerja.
“Jangan gunakan akronim atau kata-kata yang tidak masuk akal untuk objek, software, atau proses di Tesla. Secara umum, segala hal yang perlu penjelasan menghambat komunikasi,” tulisnya dalam surat 2018 kepada karyawan Tesla.
“Kami tidak ingin orang harus menghafal glosarium hanya untuk bisa bekerja di Tesla.”
Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kata-kata yang terlalu rumit agar terdengar cerdas justru memiliki efek sebaliknya. Kata-kata tersebut membuat kamu terdengar kurang cerdas dan juga dapat mengacaukan pesan yang ingin disampaikan.
“Kami menggunakan jargon ketika kami merasa tidak aman, untuk membantu kami merasa memiliki status yang lebih tinggi,” Adam Galinsky, seorang profesor kepemimpinan dan etika Columbia Business School, menulis dalam artikel bulan Agustus untuk situs web sekolah tersebut.
Ketika menggunakan istilah-istilah yang terlalu rumit, padahal istilah yang lebih sederhana sudah cukup akan memberikan kesan bahwa kamu tidak yakin dengan kecerdasan sendiri dan mencoba memberikan kompensasi yang berlebihan. Sebaliknya, menurut para ahli, lebih baik berbicara dengan jelas dan singkat.
“Orang-orang yang memiliki status lebih tinggi lebih peduli dalam mengartikulasikan diri mereka sendiri dan berkomunikasi secara efektif,” tulis Galinsky. Dengan kata lain, Ini adalah cara paling efektif untuk menyampaikan apa yang kamu maksud, dan lebih cenderung akan memberikan kesan daripada menggunakan kalimat secara berlebihan.
Advertisement