61% Petani Indonesia Berusia di Atas 45 Tahun, Pemerintah Gercep Cetak Petani Muda

Pertanian merupakan sektor strategis penyedia pangan yang saat ini menghadapi krisis ketersediaan petani, dimana jumlah rumah tangga petani dalam 10 tahun terakhir (2003-2013) berkurang sebanyak 5 juta. Sebanyak 61% petani Indonesia berusia di atas 45 tahun.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Jan 2024, 19:30 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2024, 19:30 WIB
Tambahan Rp14 Triliun Bakal Dialokasikan untuk Masa Tanam Berikutnya
Ilustrasi petani bekerja di sawah. (Dok. Kementan)

Liputan6.com, Jakarta Pertanian merupakan sektor strategis penyedia pangan yang saat ini menghadapi krisis ketersediaan petani, dimana jumlah rumah tangga petani dalam 10 tahun terakhir (2003-2013) berkurang sebanyak 5 juta. Sebanyak 61% petani Indonesia berusia di atas 45 tahun.

Minimnya ketertarikan generasi muda untuk terjun di sektor pertanian karena menganggap profesi sebagai petani tidak keren (kumuh, miskin serta komunitas yang terpinggirkan).

Dalam rangka meningkatkan regenerasi petani di Indonesia, Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food Agriculture Organization (FAO) bersama pemerintah menjalin kerjasama dalam program penciptaan petani muda di Indonesia.

Kerjasama dijalin melalui Kantor Sekretaris Presiden (KSP) dan HKTI melalui Porgram Technical Cooperation Programmes (TCP).

Pada pertemuan Senin, (15/01/2024), dilakukan tanda tangan kerjasama dan presentasi pengenalan Technical Cooperation Programmes (TCP) bertempat di KSP.

Regenerasi Petani

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan bahwa regenerasi petani sudah menjadi permasalahan dunia. Amran menilai, ada kegelisahan berbagai negara menghadapi regenerasi petani.

Apalagi di saat ini terjadi kondisi yang bertentangan dimana satu sisi pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat, namun pada sisi yang lain kondisi pertanian atau tanahnya menurun. Bahkan, terindentifikasi petani di huni oleh orang-orang tua dengan alat-alat seadanya.

Senada dengan Menteri Pertanian, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan.

“Kita ingin memunculkan cara bertani modern, smart farming, kepada pelaku (pertanian) anak muda dan pemahaman pertanian yang semakin luas bagi anak muda.” jelas Dedi.

“Harapannya tidak ada lagi pandangan (di kalangan) anak muda (bahwa) bertani itu kotor berlumpur dan tidak menghasilkan. Kita berikan pemahaman bertani itu punya area yang sangat luas, mulai dari riset, budidaya, pascapanen, sampai dengan rantai supply dan demand dipenuhi” sebut Dedi

 

Smart Farming

Kementan Permudah Penebusan Pupuk Subsidi
Ilustrasi petani bekerja di sawah. (Dok. Kementan)

TCP merupakan program smart farming kolaborasi dengan kwarnas (kepramukaan) dan lokasi di Cibubur, Buperta dan lampung dengan target anak muda sebanyak 100 sd 150 ribu orang.

Pilot projek ini akan dikawal oleh FAO bersama dengan HKTI, Badan Pangan Nasional, Kementerian Pertanian, dan BRIN melalui hasil risetnya.

Melalui TCP juga akan dilakukan pengembangan kurikulum pendidikan pertanian bagi pemuda, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka melalui solusi inovatif dan pendekatan digital.

Model ini telah dijalankan oleh Program YESS dengan lokasi program di Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.

Pada pertemuan tersebut Assistant FAO Representative (Programme) Ageng S Herianto menjelaskan, program yang akan dilakukan berupa pelatihan untuk para pemuda di Bumi Perkemahan, termasuk juga mendengarkan apa yang diinginkan para pemuda. Kemudian, disiapkan pendekatan pasar yang sesuai agar para petani muda tidak hanya memproduksi hasil pertanian, tetapi juga bekerja di keseluruhan rantai pasok.

Mentan Pede Swasembada Pangan Terwujud 3 Tahun Lagi

Kementan
Mentan Andi Amran/Istimewa.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimistis bisa mewujudkan swasembada pangan di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun ke depan.

"Meski saat ini kita impor beras, tapi tiga tahun ke depan kita optimis sanggup mengembalikan Indonesia menjadi negara yang swasembada pangan," ujarnya pada kunjungan kerja di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan dikutip dari Antara, Minggu (14/1/2024).Kendati diakui bahwa kondisi pangan di dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja, termasuk Indonesia, dan banyak negara yang tengah menghadapi krisis pangan, ditambah dengan tantangan iklim ekstrem El Nino, dia mengajak petani untuk melakukan akselerasi peningkatan produksi pangan.

Menurut Amran Sulaiman, Indonesia saat ini masuk negara dalam garis kuning, terancam kekurangan pangan.

Indonesia Swasembada Pangan

"Padahal 2017 sampai 2020, Indonesia swasembada pangan. Pertanian menjadi salah satu sektor penentu ketahanan pangan negara," katanya.

Di Wajo, Amran menyerahkan sejumlah bantuan, namun ia juga berjanji untuk membantu percetakan sawah baru di Kabupaten Wajo.

"Pak Bupati silahkan ajukan ke Pak Dirjen untuk percetakan sawah," ujarnya.

Kedatangan Amran ke Kabupaten Wajo merupakan kunjungan perdana sejak dilantik kembali menjadi Menteri Pertanian oleh Presiden Jokowi. Bupati Wajo Amran Mahmud menyebut pertanian merupakan sektor unggulan yang dapat menggerakkan sektor ekonomi lainnya.

Kabupaten Wajo mampu meningkatkan 23 persen hasil pertanian, tertinggi di Indonesia dengan produksi menghampiri 1 juta ton yaitu 954 ribu ton. Ini menandakan, lanjut Ketua Orari Lokal Wajo ini, para petani Wajo mampu menjadi pejuang kehidupan.

"Terima kasih setinggi-tingginya kepada Pak Menteri bersama jajaran Kementerian Pertanian yang terus memberikan semangat kepada petani khususnya perkebunan berkelanjutan di Wajo," jelasnya.

Luas areal pertanian di Kabupaten Wajo sekitar 101 ribu ha dan luas areal perkebunan 55 rb ha. Perkebunan di Wajo membutuhkan atensi untuk meningkatkan produksi pertanian termasuk alat pertanian.

 

Jokowi Mulai Waspada, Perubahan Iklim Bisa Ganggu Panen Raya

Genjot Ketersediaan Beras Nasional, Presiden Jokowi Didampingi Mentan SYL  Lakukan Percepatan Tanam Padi di Tuban
(Foto:Dok.Kementerian Pertanian RI)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kementerian dan lembaga untuk mewaspadai dampak perubahan iklim dalam beberapa waktu terakhir yang bisa menghambat produksi dari musim tanam dan panen raya di awal tahun.

“Waspada terhadap perubahan iklim yang kemungkinan bisa mengganggu musim tanam dan panen raya yang telah direncanakan sehingga hitung-hitungan mengenai kondisi aman, cadangan strategis pangan betul-betul dikalkulasi,” kata Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (9/1/2023).Jokowi menekankan kepada jajaran kementerian dan lembaga mengenai pentingnya perencanaan penanaman tanaman pangan, dan kalkulasi data hasil produksi agar dapat memastikan ketersediaan bahan pangan di awal tahun ini.

Presiden Jokowi meminta agar stok dan ketersediaan pangan di awal tahun ini betul-betul terjaga. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kata dia, harus mengawasi stok dan harga pangan di wilayah masing-masing dan mengantisipasi jika terjadi gejolak yang tidak diinginkan.

“Jangan sampai terjadi kelangkaan dan kenaikan harga, sehingga sekali lagi ini perlu betul-betul dipantau di setiap kabupaten, di setiap provinsi agar stok yang ada bisa kita jaga dan harganya terjangkau masyarakat,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya