Mahfud MD di Debat Cawapres: Program Food Estate Gagal, Rugi Kita

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3 Mahfid MD menyoroti program pangan yang dilakukan pemerintaah saat ini dalam Debat Cawapres 2024. Salah satunya soal Food Estate.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 21 Jan 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2024, 19:59 WIB
Calon Wakil Presiden Nomor Urut 03 Mahfud MD dalam debat Cawapres
Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3 Mahfid MD menyoroti program pangan yang dilakukan pemerintaah saat ini dalam Debat Cawapres 2024. Salah satunya soal Food Estate.. (Sumber Foto: Tangkapan Layar Youtube KPU).

Liputan6.com, Jakarta Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3 Mahfud MD menyoroti program pangan yang dilakukan pemerintaah saat ini dalam Debat Cawapres 2024. 

Salah satu yang disinggung Mahfud MD adalah program Food Estate. Dia menganggap program itu gagal dan tidak memberikan efek langsung kepada harga pangan. 

"Kami punya program petani bangga bertani. Di laut juga nelayan sejahtera. Jangan misalnya seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan. Yang benar saja, kita rugi dong," ungkap Mahfud MD, Minggu (21/1/2024).

Mahfud menyoroti, pemerintah harusnya memanfaatkan sumber daya alam di Indonesia demi kesejahteraan rakyat. 

Kesejahteraan Petani

Dia memandang untuk meningkatkan ketahanan pangan, petani menjadi salah satu kuncinya. “Kita punya petani bangga bertani, dan nelayan sejahtera,”  ujar Mahfud.

Mahfud MD menyebut, sektor pertanian dalam negeri belum berdaulat, hal itu lantaran petani semakin sedikit tetapi subsidi pupuk semakin besar.

“Pasti ada yang salah. Kemudian laut kita juga berlimpah, tetapi udara kita meracuni. Investor masuk, industrialisasi terjadi, lingkungan rusak, rakyat menderita,” ucapnya.

 

Sumber Daya Alam

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 03 Mahfud MD
Calon Wakil Presiden Nomor Urut 03 Mahfud MD dalam debat Cawapres, Minggu (21/1/2024). (Sumber Foto: Tangkapan Layar Youtube KPU).

Kemudian sumber daya alam juga menjadi sengketa rakyat antara rakyat. Mahfud MD pun menyampaikan bahwa sumber daya alam yang memihak pada rakyat itu memiliki 4 ukurannya, yaitu pemanfaatan, pemerataan, partisipasi masyarakat, dan penghormatan terhadap hak-hak yang diwariskan leluhur.

“Kita akan menggunakan keempat tolak ukur itu, tetapi saya tidak melihat Pemerintah melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kelestarian lingkungan alam kita,” sebutnya.

”Jangan misalnya seperti food estate, yang gagal dan merusak lingkungan..yang benar saja..rugi dong kita,” kata Mahfud MD, tanpa menyebut secara spesifik kekurangan pada kinerja di sektor tersebut.

Food Estate untuk Tambah Produksi Dalam Negeri

Prabowo Subianto saat debat capres perdana di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023).
Prabowo Subianto saat debat capres perdana di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023). (Foto: Tangkapan layar Youtube KPU RI)

Sebelumnya, Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto masih berpegang pada potensi dari lumbung pangan nasional atau food estate untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Dia turut membandingkan dengan proses impor beras dari luar negeri.

Prabowo mengatakan, rencana food estate sudah diinisiasi sejak tahun 1970 oleh bos Pertamina saat itu, Ibnu Sutowo. Dia menilai ini jaid satu-satunya jalan untuk menjaga ketahanan pangan Tanah Air.

"Salah satu strategi yang paling utama adalah food estate, lumbung padi yang sudah digagas oleh pak Ibnu Sutowo dari tahun 70, jadi sudah hampir 50 tahun yang lalu, dan ini satu-satunya jalan," kata Prabowo dalam Dialog Capres Bersama Kadin Indonesia: Menuju Indonesia Emas 2045, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Menteri Pertahanan ini juga mengungkit soal impor beras dari Vietnam untuk pemenuhan konsumsi di Indonesia. Dia memandang hal ini merupakan tafsiran dari paham neoliberal.

Namun, proses impor beras ini dipandang hanya bergantung pada kemampuan negara lain. Sehingga dikhawatirkan tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional jika produksi dalam negeri tidak digenjot.

"Karena paham orang neolib, 'ndak usah, untuk apa beli beras dari petani Indonesia, beli aja dari petani Vietnam, lebih murah'. Padahal kalau dia tutup (ekspor beras), dia tidak mau jual, kita makan apa," tegasnya.

Food Estate Jadi Jalan KeluarDengan demikian, Prabowo memandang kalau food estate bisa menjadi jalan keluar dari permasalahan pangan nasional. Pada saat yang sama, turut memperhatikan juga kemakmuran dari petani.

"Saya sudah bicara bertahun-tahun ada rekam digital, rekam cetak saya semua, dari berapa tahun kita harus punya food estate yang besar, tapi kita harus bantu semua petani kita, kita harus bikin petani makmur, jadi anaknya petani mau jadi petani seperti di Jerman di mana-mana," urai Prabowo Subianto.

 

Pengalaman Prabowo

Prabowo yang menyebut Jerman ternyata bukan tanpa alasan. Dia mengaku pernah menyambangi sebuah desa di negara tersebut dan melihat pola hidup petaninya disana.

Ternyata, untuk sekelas petani di Jerman, sudah bisa memiliki mobil mewah. Terlebih lagi, kehidupannya pun tergolong cukup tinggi yang diisyaratkan Prabowo melalui kegiatan pasca bertani di Jerman.

"Dia kerja di ladang sore, dia naik mobil, dia ke disko malam-malam, iya kan. Saya pernah ke desanya Jerman, bau tai sapi tapi mobilnya golf, rumahnya bagus, sore-sore dia sudah langsung ganti baju, malam-malam dia dansa di disko, anak-anak muda mau jadi petani di Jerman. Kita harus bikin anak-anak muda Indonesia mau jadi petani di Indonesia," pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya