Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas utama dalam impor Indonesia pada Januari 2024 terdiri dari mesin/peralatan mekanis, mesin/perlengkapan elektrik, serta besi dan baja.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan, nilai impor dari ketiga komoditas tersebut porsinya mencapai 38,52 persen terhadap total impor nonmigas Indonesia pada Januari 2024.
Baca Juga
Untuk rinciannya, nilai impor mesin/peralatan mekanis mencapai USD 123,79 juta atau tumbuh 4,52 persen. Selanjutnya, mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya didorong oleh kenaikan volume impor sebesar 18,23 ribu ton atau 14,89 persen.
Advertisement
"Sementara itu, untuk komoditas besi dan baja nilai impornya turun 3,51 persen secara bulanan didorong penurunan volume impor yang sebesar 80,4 ribu ton atau turun 6,29 persen," Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers pengumuman Ekspor-impor Januari 2023, Kamis (15/2/2024).
Adapun secara keseluruhan, impor Indonesia pada Januari 2024 mencapai USD 18,51 miliar. Capaian tersebut turun sebesar 3,13 persen dibanding bulan sebelumnya.
"Pada Januari 2024 nilai impor mencapai USD 18,51 miliar atau turun sebesar 3,13 persen dibandingkan Desember 2023," ujarnya.
Untuk rinciannya, impor migas tercatat USD 2,70 miliar atau turun sebesar 19,99 persen, jika dibandingkan bulan sebelumnya USD 3,37 miliar.
Lalu, impor nonmigas tercatat USD 15,81 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen secara bulanan dibandingkan Desember 2023 sebesar USD 15,74 miliar.
Impor Indonesia Januari 2024 Turun 3,13 Persen, Ini Penyebabnya
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Januari 2024 mencapai USD 18,51 miliar. Capaian impor tersebut turun sebesar 3,13 persen dibanding bulan sebelumnya.
"Padaanuari 2024 nilai impor mencapai USD 18,51 miliar atau turun sebesar 3,13 persen dibandingkan Desember 2023," kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers pengumuman Ekspor-impor Januari 2023, Kamis (15/2/2024).
Untuk rinciannya, impor migas tercatat USD 2,70 miliar atau turun sebesar 19,99 persen, jika dibandingkan bulan sebelumnya USD 3,37 miliar.Sementara itu, impor nonmigas tercatat USD 15,81 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen secara bulanan dibandingkan Desember 2023 sebesar USD 15,74 miliar.
Amalia menjelaskan, penurunan nilai impor total secara bulanan dikarenakan oleh peran penurunan nilai impor migas dengan andil penurunan sebesar 3,35 persen, utamanya berasal dari penurunan impor hasil minyak dengan andil penurunan sebesar 2,25 persen.
"Secara tahunan, nilai impor Januari 2024 naik sebesar 0,36 persen. Dimana nilai impor migas turun 7,51 persen. Sementara, impor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 1,76 persen," ujarnya.
Lebih lanjut, Amalia menyampaikan, peningkatan impor nonmigas didorong oleh peningkatan komoditas mesin, peralatan mekanis dan bagiannya dengan andil peningkatan 2,55 persen; bijih, logam, terak, dan abu andil peningkatannya sebesar 1,01 persen; serta serealia dengan andil peningkatan 0,87 persen.
Advertisement
BPS: Impor Beras Januari 2024 Capai Rp 4,36 Triliun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan impor beras pada Januari 2024 melonjak lebih dari 100 persen, yakni tembus 135,12 persen.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan nilai impor beras pada Januari 2024 mencapai USD 279,2 juta atau setara Rp 4,36 triliun (USD 1= Rp 15,621).
"Pertumbuhan nilai impor beras secara month to month turun sebesar 16,73 persen tapi secara year on year naik sebesar 135,12 persen. Impor beras pada Januari 2023 tercatat USD 118,7 juta," kata Amalia dalam konferensi pers Perkembangangan Ekspor-impor Januari 2024, Kamis (15/2/2024).
Adapun tiga negara teratas impor beras berasal dari Thailand dengan nilai USD 153 juta, kemudian Pakistan USD 79,3 juta dan Myanmar USD 23,98 juta.
"Impor beras Januari 2024 adalah senilai USD 279,2 jutaimpor beras tersebut utamanya berasal dari Thailand senilai USD 153 juta, kemudian dari Pakistan USD 79,3 juta dan dari Myanmar senilai USD 23,98 juta," ujarnya.
Lebih lanjut, Amalia menegaskan bahwa BPS mengaku kesulitan untuk mengetahui pola impor beras. Lantaran, impor beras sangat tergantung kepada kebijakan Pemerintah.
"Tentunya, impor beras ini tidak dilepas ke pasar tapi tergantung pada kebijakan, sehingga pola impornya tidak bisa kita ketahui secara pasti tergantung dari kebijakan impor beras tersebut yang ditetapkan oleh Pemerintah," pungkasnya.