Jepang dan Inggris Resesi, Menko Airlangga Harap Investor Lari ke Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengaku optimis investor Jepang akan membanjiri Indonesia meskipun negara tersebut memasuki jurang resesi.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Feb 2024, 19:51 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2024, 11:45 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Pada tahun 2023, 79% penerima KUR merupakan debitur yang baru pertama kali menerima KUR. (Dok. Kemenko Perekonomian)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengaku optimis investor Jepang akan membanjiri Indonesia meskipun negara tersebut memasuki jurang resesi.

"Jadi, justru dengan resesi di sana, saya berharap investasi dari sana akan semakin mengalir," kata Airlangga Hartarto saat ditemui di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Menurutnya, jika suatu negara mengalami perlambatan ekonomi biasanya pola perilaku investor juga akan berubah dan berpindah investasinya ke negara-negara yang ekonominya masih tumbuh positif, seperti Indonesia dan negara ASEAN lainnya.

"Biasanya kalau dalam waktu resesi, mereka butuh pertumbuhan ekonomi, dan mereka akan melihat yang salah satu region yan masih bisa tumbuh adalah ASEAN," ujarnya.

Pengaruh ke Indonesia

Lebih lanjut, terkait perekonomian Inggris dan Jepang yang tergelincir ke dalam resesi teknis pada kuartal terakhir 2023, menurut Airlangga untuk Inggris tidak terlalu berpengaruh terhadap Indonesia. Namun, untuk Jepang masih ada pengaruhnya.

"Kalau ekonomi Jepang dan kalau Inggris kan realtif perdagangan kita tidak terlalu besar, yang sangat berpengaruh tentu Jepang," ujarnya.

Diketahui, Produk domestik bruto Jepang mengalami kontraksi 0,4 persen, dan produk domestik bruto negara Inggris menyusut 0,3 persen.

Buntut Resesi, Menkeu Jepang Mulai Pertimbangkan Kenaikan Suku Bunga

Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)
Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengungkapkan, ada kemungkinan suku bunga bank sentral negara akan mulai naik dan mempengaruhi perekonomian melalui berbagai cara.

"Bank of Japan memegang yurisdiksi atas kebijakan moneter. Namun akan ada fase ketika suku bunga naik," kata Suzuki, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (17/2/2024).

Dalam sebuah wawancara dengan Nikkei, Suzuki mengatakan terdapat pro dan kontra terhadap tindakannya yang mempunyai dampak berbeda-beda terhadap eksportir dan perusahaan Jepang, yang bergantung pada impor.

Wawancara itu dipublikasikan menyusul rilis data yang menunjukkan perekonomian Jepang memasuki jurang resesi, menggesernya dari urutan ketiga negara ekonomi terbesar di dunia.

Namun, Suzuki enggan berkomentar apakah yen akan melemah atau justru menguat.

Dengan inflasi yang telah melampaui target Bank of Japan sebesar 2 persen selama beberapa waktu, banyak pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya pada bulan April.

Sumber mengatakan bahwa BOJ berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri suku bunga negatif dalam beberapa bulan mendatang meskipun data terbaru menunjukkan perekonomian tergelincir ke dalam resesi, meskipun permintaan domestik yang lemah berarti mereka mungkin mencari lebih banyak petunjuk mengenai pertumbuhan upah sebelum mengambil tindakan.

Sebagai bagian dari upaya untuk mengembalikan pertumbuhan dan meningkatkan inflasi Jepang ke target 2 persen, BOJ telah mempertahankan suku bunga jangka pendek di -0,1 persen dan imbal hasil obligasi 10 tahun sekitar 0 persen sejak tahun 2016.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya