Rupiah Ditutup Menguat ke 15.500 per Dolar AS usai BI Tahan Suku Bunga Acuan

Rupiah diperkirakan akan fluktuatif dalam perdagangan Kamis besok, namun ditutup menguat direntang 15.600 - 15.670.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Feb 2024, 18:15 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2024, 18:15 WIB
nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah ditutup menguat 25 point dalam perdagangan Rabu sore, walaupun sebelumnya sempat melemah 29 point dilevel 15.642 dari penutupan sebelumnya di level 15.631.

Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memperkirakan, Rupiah akan fluktuatif dalam perdagangan Kamis besok, namun ditutup menguat direntang 15.600 - 15.670.

Rupiah menguat usai Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 Februari 2024.

BI juga memutuskan suku bunga Deposit Facility tetap di posisi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

"Hal ini sejalan dengan ekspektasi para analis yang memperkirakan secara absolute bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00 persen," ungkap Ibrahim, dalam paparan tertulis dikutip Rabu (21/2/2024).

Kemudian ada suku bunga Deposit Facility yang berada di posisi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Ini menjadi kali keempat BI menahan suku bunganya di level tersebut setelah menahan pada November, Desember, dan Januari. Sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75 persen.

Faktor Pemilu hingga Penantian Keputusan The Fed

Ibrahim menyoroti, yang membuat BI menahan suku bunga acuan adalah masih adanya sentimen ketidakpastian pemilu yang terjadi di Indonesia saat ini dan keputusan The Fed yang belum memberikan sinyal penurunan suku bunga, Indonesia masih mencatatkan aliran modal masuk.

Inflasi yang terjaga di level 2,47 persen yoy di Januari 2024 diyakini tidak menjadi tekanan bagi BI Rate, katanya.

"Meskipun, di dua bulan berikutnya ada potensi peningkatan inflasi imbas dari kenaikan nilai beras dan aspek musiman bulan Ramadhan," tambahnya.

Hanya saja, diperlukan penjagaan bagi perbedaan imbal hasil yang memadai antara obligasi pemerintah Indonesia dan obligasi Amerika Serikat yang sangat penting untuk mencegah arus keluar modal.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


USD Melemah pada Rabu, 22 Februari 2024

Rupiah Tembus Rp15.000 per USD
Seorang warga menjual uang dolar Amerika Serikat di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022). Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan mendekati lagi Rp15.000 per USD 1 dan menjadi salah satu yang terburuk. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada Rabu, 21 Februari 2024.

Investor kini mengabaikan data inflasi konsumen dan produsen AS yang lebih tinggi dari perkiraan, karena kemungkinan besar dipengaruhi oleh penyesuaian musiman dan tidak menunjukkan adanya tekanan harga baru.

"Hal ini akan membuat Federal Reserve berada di jalur yang tepat untuk mulai memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang,” kata Ibrahim.

Pasar kini berfokus pada risalah pertemuan The Fed di akhir Januari 2024 untuk mendapat lebih banyak petunjuk mengenai keputusan suku bunga.

 


Menanti Pidato Pejabat The Fed

The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Seperti diketahui, The Fed telah mempertahankan suku bunga stabil selama pertemuan tersebut, namun sebagian besar meremehkan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal.

"Selain risalah rapat The Fed pada hari Rabu, fokus juga tertuju pada pidato dari serangkaian pejabat The Fed minggu ini, termasuk Raphael Bostic dan Michelle Bowman, keduanya merupakan bagian dari komite penetapan suku bunga bank tersebut," papar Ibrahim.

Di Asia, bank sentral China memutuskan untuk memangkas suku bunga dengan margin yang lebih besar dari perkiraan pada Selasa (20/2).

Beijing juga mengumumkan serangkaian langkah-langkah dukungan yang ditujukan pada pasar properti yang sedang lesu, dalam upaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya