Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli mengungkapkan kondisi petani saat ini ditengah tingginya harga beras di pasaran. Dia mengaku, ada keuntungan tambahan dari sisi petani.
Itu terjadi karena meningkatnya harga gabah kering panen (GKP) sebelum digiling menjadi beras. Peningkatan ini membuat adanya pemasukan tambahan bagi petani.
Baca Juga
"Peningkatan harga beras juga berdampak adanya peningkatan harga gabah. Awal 2023, harga masih dikisaran Rp 6.000-an (per kilogram), sementara di akhir 2023 sudah mencapai Rp 8.000-an," kata Ruli kepada Liputan6.com, Jumat (23/2/2024).
Advertisement
Dia mengatakan, peningkatan harga gabah terjadi sebesar 30 persen sepanjang 2023. Naiknya harga gabah turut membawa keuntungan yang besarannya hampir sama ke kantong petani.
"Ada peningkatan harga gabah sebesar 30 persen di tingkat petani. Peningkatan harga ini memberikan keuntungan petani kisaran 20-30 persen," ucapnya.
Kenaikan harga gabah ini juga dipengaruhi oleh kinerja produksi beras di petani. Dia mengakui produksinya cenderung stabil, meski ada tantangan karena perbedaan cuaca di sentra-sentra produksi.
"Di tingkat petani, produksi relatif stabil, hanya saja memang musim panen nya tidak bersamaan, karena kemarin menanamnya menunggu hujan, yang memang tidak serentak," ucap dia.
Tetap Beli Beras Mahal
Kendati begitu, Ruli menjelaskan, petani saat ini dihadapkan juga dengan suatu yang kompleks. Dimana, banyak petani tak menikmati langsung keuntungan dari peningkatan harga gabah.
Pasalnya, petani yang statusnya buruh ini juga kerap harus membeli beras. Artinya, para petani juga terbebani dengan harga beras yang tinggi di tingkat konsumen.
"Tapi ingat petani kita sekarang ini juga beli beras atau sebagai konsumen," tegasnya.
Diketahui, saat ini harga beras medium di tingkat hilir berkisar Rp 14.000-14.500 per kilogram. Sementara, beras premium berkisar Rp 18.000-19.000 per kilogram.
Sederet Solusi Turunkan Harga Beras: Genjot Produksi hingga Perbaiki Sistem Pertanian
Harga beras terus mengalami kenaikan sejak awal Februari 2024, seiring dengan tipisnya persediaan di dalam negeri. Ekonom menilai, kondisi ini mestinya sudah diantisipasi, mengingat sebentar lagi memasuki bulan Ramadan, di mana harga pangan, termasuk harga beras biasanya mengalami kenaikan.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Azizah Fauzi mencatat, kenaikan harga beras dan komoditas pangan lain umumnya sudah terjadi sejak September 2023 dengan harga Rp 12.685 dan pada Februari 2024 naik hingga harga Rp 13.187 jelang Ramadan dan Idul Fitri.
“Kenaikan harga beras salah satunya dikarenakan oleh minimnya ketersediaan yang diakibatkan oleh musim panen, dan cuaca Di tengah fluktuasi harga yang kian meningkat, saat ini stabilisasi harga harus menjadi fokus utama untuk menghindari peningkatan inflasi” ujar Azizah dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Kamis (22/2/2024).
Kendati saat ini pemerintah telah mengumumkan berbagai langkah untuk mengendalikan harga beras. Namun kebijakan yang dapat mengantisipasi permasalahan ketersediaan dan harga dalam jangka panjang patut menjadi fokus utama.
"Peningkatan produktivitas melalui penggunaan input bermutu, perbaikan sarana dan prasarana pertanian, hingga kebijakan yang lebih terbuka pada perdagangan internasional sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan menjaga keterjangkauan masyarakat kepada harga pangan," jelas Azizah.
Advertisement
Penyebab Harga Beras Naik
Sebagai gambaran, Azizah menjabarkan berbagai faktor berkontribusi pada kenaikan harga beras, salah satunya adalah kondisi cuaca saat ini yang mengakibatkan gagal panen di beberapa daerah penghasil beras, seperti Cianjur. El-Nino yang menyebabkan musim kemarau berkepanjangan sehingga berkurangnya pasokan atau suplai beras.
Selain itu, terdapat juga faktor permintaan yang meningkat di tengah masa kampanye. Seperti diketahui, beras menjadi salah satu komponen yang kerap masuk dalam program tebus murah paket sembako.
Pemerintah melalui Bulog direncanakan akan mengimpor 200 ribu ton beras yang didatangkan dari Thailand dan Tiongkok hingga Maret 2024 untuk menjamin stok pasar. Rencana impor beras ini diharapkan dapat efektif menstabilkan harga, apalagi menghadapi bulan Ramadhan yang akan dimulai pada pertengahan Maret.