Indonesia Sukses Kelola 11,5 Juta Ton Sampah di 2023

Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, dari 17 juta ton timbulan sampah pada tahun 2023, Pemerintah Indonesia telah berhasil mengelola sekitar 66,47% sampah (11,5 juta ton sampah).

oleh Septian Deny diperbarui 23 Feb 2024, 21:43 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2024, 21:43 WIB
Ilustrasi sampah plastik
Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, dari 17 juta ton timbulan sampah pada tahun 2023, Pemerintah Indonesia telah berhasil mengelola sekitar 66,47% sampah (11,5 juta ton sampah). (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia mencanangkan target Indonesia Bersih Sampah 2025, melalui 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah pada tahun 2025. Untuk mewujudkan target tersebut, berbagai inisiatif sudah dilakukan, termasuk meningkatkan edukasi mengenai pentingnya pengelolaan sampah serta mendorong keterlibatan berbagai pihak dalam penanggulangan permasalahan sampah.

Terkait edukasi pengelolaan sampah, pemerintah telah mencanangkan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) sejak tahun 2006. Tahun ini, perayaan HPSN berlangsung selama bulan Februari dan Maret 2024 disebut sebagai Bulan Peduli Sampah Nasional 2024.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, dari 17 juta ton timbulan sampah pada tahun 2023, Pemerintah Indonesia telah berhasil mengelola sekitar 66,47% sampah (11,5 juta ton sampah).

Dari total timbulan sampah ini, hampir 16% (2,78 juta ton) sampah berhasil dikurangi dan 50% (8,8 juta ton) sampah berhasil ditangani. Namun untuk mencapai target pengelolaan sampah 100%, masih dibutuhkan peran aktif berbagai pihak untuk menerapkan pengelolaan sampah yang strategis.

Berdasarkan studi The Economic, Social and Environmental Benefits of A Circular Economy in Indonesia, ekonomi sirkular merupakan salah satu solusi untuk menangani permasalahan sampah.

Berangkat dari potensi tersebut, AQUA sebagai salah satu mitra strategis pemerintah, menjalankan program #BijakBerplastik untuk mendukung penerapan ekonomi sirkular di Indonesia. Dimulai sejak 2018, #BijakBerplastik memiliki tiga fokus utama yang menjadi pilar pendekatan ekonomi sirkular yaitu pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi kepada konsumen dan masyarakat, serta inovasi kemasan produk. 

Dalam pilar pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah pada inisiatif #BijakBerplastik, AQUA turut berkontribusi membangun unit bisnis daur ulang atau Recycling Business Unit (RBU). Recycling Business Unit (RBU) merupakan model sosial bisnis daur ulang untuk mengolah kembali sampah botol plastik menjadi cacahan plastik yang merupakan bahan baku produk daur ulang.

Saat ini, pasokan bahan baku berupa recycled PET masih menjadi tantangan implementasi ekonomi sirkular dan daur ulang di Indonesia, oleh karenanya, para pelapak serta infrastruktur pengumpulan sampah seperti RBU yang dilengkapi dengan perangkat pendukungnya memegang peranan penting. Hingga saat ini, AQUA telah mengembangkan dan mendampingi hingga 6 unit RBU, termasuk RBU Tangerang Selatan.   

“RBU Tangerang Selatan memiliki misi mengelola sampah sebanyak-banyaknya untuk mengurangi timbulan sampah, khususnya di daerah Jabodetabek. Dalam menjalankan misi tersebut, kami secara konsisten meningkatkan target pengumpulan sampah dan kemitraan kami," kata Koordinator Operasional di RBU AQUA Juleha di Tangerang Selatan, dikutip Jumat (23/2/2024).

"Per 2024, kami menargetkan 150 ton sampah terkumpul per bulan. Untuk pengumpulan sampah, kami telah bermitra dengan 500 pengepul sampah, 20 bank sampah, serta bekerjasama dengan sejumlah outlet makanan dan minuman, instansi pemerintah, sekolah serta beberapa outlet industri lainnya untuk mencapai target tersebut. Kami menargetkan penambahan kemitraan hingga 20 persen di 2024," lanjut dia.

 

Menjangkau Pengepul

Pengelolaan sampah
Salah satu karyawan Recycling Business Unit (RBU) AQUA Tangerang Selatan sedang melakukan proses daur ulang sampah plastik. RBU merupakan model sosial bisnis daur ulang yang dibangun oleh AQUA untuk mengolah kembali sampah botol plastik menjadi cacahan plastik yang merupakan bahan baku produk daur ulang. Dalam perjalanannya, kegiatan operasional RBU terus bertumbuh. Untuk mengumpulkan lebih banyak sampah plastik dan menjangkau lebih banyak pengepul, sejumlah RBU telah memiliki satelit atau tempat pengumpulan sementara di Bekasi, Sukabumi dan Tangerang Selatan.

Wanita yang akrab disapa Leha ini menambahkan, dalam perjalanannya, kegiatan operasional RBU Tangerang Selatan terus bertumbuh. Untuk mengumpulkan lebih banyak sampah plastik dan menjangkau lebih banyak pengepul, RBU telah memiliki satelit atau cabang RBU di Bekasi, Sukabumi dan Gunung Sindur.

"Kami melihat RBU lebih dari sekedar inisiatif keberlanjutan perusahaan, tetapi sebagai sosial bisnis yang terus bertumbuh. Dengan demikian, kami berharap RBU tak sekedar memberikan kontribusi bagi pengelolaan sampah, tetapi juga dapat mendorong pemberdayaan masyarakat sekitar," ungkap dia.

Menurut Leha, sebelum RBU hadir di Tangerang Selatan, para pemulung, pelapak dan pengepul kesulitan untuk menjual sampah botol plastik (PET) dan sampah bernilai ekonomis lainnya (Non PET). RBU juga memberdayakan pemulung, pelapak, dan pengepul sampah. Mereka diberikan edukasi dan diikutsertakan dalam program peningkatan kesejahteraan dan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan keliling, mendapatkan kartu BPJS Kesehatan, dan pemberian vitamin. Jumlah penerima manfaat mencapai 100 individu per bulan. Mereka juga mendapatkan bantuan sembako untuk peningkatan gizi keluarga. 

Hal ini sejalan dengan cerita dari Bu Sarmanah, salah satu pelapak mitra RBU Tangerang Selatan, turut menyampaikan rasa syukurnya dengan kehadiran RBU. "RBU memberikan harga beli yang paling tinggi dan menyediakan fasilitas pengambilan sampah terjadwal yaitu 2 kali setiap minggunya. Hal ini memudahkan saya, karena hanya memiliki gerobak tentu sulit jika harus bolak-balik mengantar. Ditambah, saya menjalankan lapak sendirian setelah suami saya berpulang. Alhamdulillah, teman-teman pengurus RBU selalu membantu saya sehingga kebutuhan rumah tercukupi. Selain itu, saya juga mendapat bantuan sembako dan pemeriksaan keliling. Saya sangat berterima kasih pada RBU dan akan selalu bekerja sama serta mendukung perkembangan RBU,” ujar Bu Sarmanah.

“Kami meyakini bahwa kerja sama ini tidak sebatas kerja sama dagang atau jual beli saja. Mereka adalah penggerak dan ujung tombak dari industri daur ulang, tentunya kesehatan dan kesejahteraannya perlu diutamakan. Sejalan dengan misi AQUA sebagai perusahaan untuk membawa kesehatan dan manfaat kepada banyak orang, tim RBU memberikan edukasi dan memastikan mereka menerapkan prosedur kerja sesuai standar keamanan serta menggunakan APD lengkap agar terhindar dari risiko selama bekerja,” tambah Leha.

 

Bank Sampah

Reaksi Danone AQUA Diminta Sungai Watch Berhenti Produksi Air Minum Kemasan Gelas yang Cemari Sungai-Sungai di Bali
Proses penyortiran sampah-sampah anorganik di sungai-sungai Bali. (dok. Instagram @sungaiwatch/https://www.instagram.com/p/C3SUlSMxTEs/Dinny Mutiah)

Selain turut mengembangkan RBU, AQUA juga mengembangkan dan mendampingi 10 collection center, 20 TPS3R, lebih dari 100 bank sampah unit dan sebanyak 4 bank sampah induk dengan jaringan kurang lebih 7947 pemulung di seluruh Indonesia. 

“Komitmen AQUA dalam membantu menanggulangi permasalahan sampah plastik, juga diwujudkan melalui inovasi kemasan produk dengan menghadirkan AQUA Life dengan kemasan 100% rPET (recycled PET) dan penggunaan hingga 25% material daur ulang di seluruh produknya. rPET yang digunakan berasal dari ekosistem pengumpulan AQUA seperti RBU, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), TPS3R, serta bank sampah yang telah bermitra dengan AQUA.,” papar Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia. 

Beragam rangkaian upaya serta kolaborasi AQUA dalam mendorong penerapan ekonomi sirkular membuat perusahaan berhasil mengumpulkan 22.000 ton sampah plastik yang kemudian didaur ulang kembali menjadi bahan baku kemasan botol baru ataupun produk lain yang memiliki nilai ekonomi. 

“AQUA meyakini bahwa model ekonomi sirkular merupakan salah satu solusi terbaik dalam mengatasi masalah sampah di Indonesia. Metode ini juga mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang berujung pada perbaikan taraf hidup, serta menerapkan inklusivitas ke banyak pihak dan sektor agar dapat ikut berpartisipasi dan merasakan dampak positif dari inisiatif ini. Hal ini sejalan dengan tema dari Hari Peduli Sampah Nasional 2024, yaitu mengatasi sampah plastik dengan cara produktif yang turut memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, termasuk meningkatkan kesejahteraan sektor informal terkait,” tutup Karyanto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya