Liputan6.com, Jakarta Platform e-commerce milik Alibaba, Daraz Group mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di seluruh grupnya untuk mengadopsi struktur yang lebih ramping.
PHK itu diungkapkan oleh Chief Executive Officer (CEO) James Dong dalam sebuah memo internal kepada karyawan.
Baca Juga
Memo itu tidak menyebutkan jumlah karyawan yang terkena dampak PHK tersebut. Namun PHK akan melanda karyawan Daraz di Pakistan, Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, dan Myanmar.
Advertisement
"Dengan enggan, kami akan mengucapkan selamat tinggal kepada banyak anggota keluarga Daraz yang berharga," tulis memo tersebut kepada staf Daraz, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (28/2/2024).
Pangkas 11 Persen
Pada 2023 lalu, Daraz mengatakan bahwa pihaknya mempekerjakan 3.000 karyawan di seluruh wilayah geografisnya, sebelum pasar e-commerce memangkas tenaga kerja sebesar 11 persen karena kondisi pasar yang sulit, konflik di Ukraina, gangguan rantai pasokan, melonjaknya inflasi, serta pajak yang lebih tinggi.
"Meskipun kami berupaya mencari solusi yang berbeda, struktur biaya kami masih jauh dari target keuangan kami. Menghadapi tantangan pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami harus mengambil tindakan cepat untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang dan pertumbuhan berkelanjutan perusahaan kami," ungkap James Dong.
Dia menambahkan bahwa grup tersebut berencana untuk fokus pada peningkatan pengalaman konsumen secara proaktif dengan mendiversifikasi penawaran produk bernilai, memperluas kategori produk, dan meningkatkan efisiensi operasional penjual di platformnya.
Â
Pakistan dan Bangladesh Jadi Pasar Terbesar
Pada Januari 2024, Darza Group menunjuk James Dong sebagai penjabat CEO, menggantikan CEO yang keluar, Bjarke Mikkelsen.
Pakistan dan Bangladesh adalah pasar terbesar kelompok ini, kata CEO Mikkelsen tahun lalu.
Bisnis ini mencakup empat bidang utama – e-commerce, logistik, infrastruktur pembayaran, dan layanan keuangan. Perusahaan ini memiliki lebih dari 30 juta pembeli, 200.000 penjual aktif, dan lebih dari 100.000 merek, kata perusahaan itu kepada Reuters.
Advertisement