Kinerja Positif Perbankan Domestik Topang Rupiah pada Awal Perdagangan Hari Ini 13 Maret 2024

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.500 per dolar AS-Rp15.650 per dolar AS pada perdagangan Rabu, 13 Maret 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Mar 2024, 10:25 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2024, 10:25 WIB
Kinerja Positif Perbankan Domestik Topang Rupiah pada Awal Perdagangan
Kinerja positif sektor perbankan domestik menjadi katalis yang mengangkat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Rabu, (13/3/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja positif sektor perbankan domestik menjadi katalis yang mengangkat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Rabu, (13/3/2024).

Mengutip Antara, rupiah dibuka naik 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp 15.580 per dolar AS pada awal perdagangan Rabu pagi, dari sebelumnya sebesar Rp 15.590 per dolar AS.

“Sentimen tersebut juga didorong oleh positifnya kinerja sektor perbankan di Indonesia,” ujar Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede kepada Antara.

Josua memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.500 per dolar AS-Rp15.650 per dolar AS pada perdagangan Rabu, 13 Maret 2024.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, kondisi perbankan Indonesia cukup solid dalam menghadapi berbagai tekanan dan kondisi yang mengancam ketahanan perbankan global.

Di sektor perbankan Indonesia pada posisi Januari 2024, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 27,54 persen dengan rasio modal inti (tier 1 capital) terhadap CAR sebesar 94,41 persen.

Di sisi lain, kinerja likuiditas perbankan Indonesia terjaga dengan baik, antara lain ditunjukkan dengan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 231,14 persen. Kondisi likuiditas itu jauh lebih baik dibandingkan dengan rasio LCR di yurisdiksi lain. Contohnya di Uni Eropa, rasio LCR masing-masing sebesar 158,78 persen dan 125,80 persen.

Selain itu, apresiasi rupiah juga didorong oleh penegasan Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengenai kebijakan penurunan suku bunga pada 2024. Pasar prediksi kemungkinan The Fed untuk menurunkan suku bunga kebijakannya pada Juni 2024.

Pergerakan Rupiah Jelang Akhir Pekan Lalu

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS menguat jelang akhir pekan. Penguatan rupiah dipengaruhi oleh pernyataan dovish Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait penurunan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR).

Pada awal perdagangan Jumat pagi, kurs rupiah dibuka naik 29 poin atau 0,18 persen menjadi 15.626 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.655 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melanjutkan pelemahan setelah pernyataan Powell yang dovish," kata Analis Mata Uang Lukman Leong dikutip dari Antara, Jumat (8/3/2024).

Namun, penguatan rupiah akan terbatas karena investor masih menantikan data penting Non-Farm Payroll (NFP) AS malam ini. NFP diperkirakan akan menambahkan 200 ribu pekerja, Powell mengatakan mereka sudah mendekati pemangkasan suku bunga.

Lukman memproyeksikan nilai tukar rupiah bergerak di rentang Rp15.600 per dolar AS sampai dengan Rp15.700 per dolar AS.

Kurs Rupiah KemarinPada Kamis (7/3/2024), nilai tukar rupiah dibuka naik 40 poin atau 0,25 persen menjadi 15.655 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya yang tercatat 15.705 per dolar AS.

 

Dolar AS Melemah

Rupiah Tembus Rp15.000 per USD
Seorang warga menjual uang dolar Amerika Serikat di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022). Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan mendekati lagi Rp15.000 per USD 1 dan menjadi salah satu yang terburuk. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

"Dolar AS terlihat melemah terhadap mata uang utama dunia dan emerging markets. Hari ini pun, dolar AS berpeluang melemah terhadap rupiah," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Ariston menuturkan pernyataan Ketua bank sentral AS atau The Fed Jerome Powell di depan komite keuangan DPR semalam yang mengindikasikan peluang pemangkasan suku bunga acuan AS tahun ini memberikan sentimen negatif untuk dolar AS.

Selain itu, data tenaga kerja AS bulan Februari 2024 versi pihak swasta ADP menunjukkan pelemahan yang turut menyumbang ke pelemahan dolar AS.

Di sisi lain, sentimen positif untuk nilai tukar rupiah juga bisa datang dari partner dagang besarnya China yang akan melaporkan neraca perdagangannya yang surplusnya kemungkinan melebihi bulan sebelumnya.

 

Sri Mulyani Yakin The Fed Segera Turunkan Suku Bunga

Menteri keuangan Sri Mulyani
Menteri keuangan Sri Mulyani saat di wawancarai oleh liputan6 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (16/3/2023). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, pelaku industri keuangan di seluruh dunia tengah fokus ke Amerika Serikat (AS). Semuanya tengah menunggu sinyal dan rencana ke depan penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral AS atau The Fed. Termasuk juga Indonesia.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ada harapan penurunan suku bunga di negara-negara maju termasuk Fed.

"Ada harapan bahwa suku bunga global ini maksudnya di negara-negara maju akan mulai menurun," kata Sri Mulyani dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara Brilian, Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Meski demikian, dia tidak mengungkap secara spesifik terkait waktu penurunan suku bunga oleh sejumlah bank sentral negara maju tersebut. Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.

"Dalam pertemuan G20 juga disebutkan bahwa bank sentral seperti Amerika The Fed maupun Eropa, mereka akan melihat angka inflasi dan underlying faktornya yang masih dianggap cukup tinggi dan bertahan," bebernya.

 Maka dari itu, masyarakat diimbau bersabar menanti potensi penurunan suku bunga acuan The Fed maupun bank sentral Eropa. Mengingat, laju inflasi masih menjadi pertimbangan utama dalam menurunkan tingkat suku bunga.

"Kebijakan suku bunga mereka, policy rate-nya juga mungkin masih harus menunggu sampai bisa diyakinkan inflasinya turun," jelas Sri Mulyani.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya