Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen di kuartal I-2024 ini. Namun, lapangan usaha pertanian mengalami kontraksi -3,54 persen.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, mayoritas lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif. Mulai dari industri pengolahan, pertambangan, hingga perdagangan.
Baca Juga
Hanya saja, lapangan usaha sektor pertanian tercatat rugi dengan mengalami kontraksi pada periode Januari-Maret 2024 ini.
Advertisement
"Dari sisi lapangan usaha pada triwulan I-2024 secara year on year, seluruh lapangan usaha tumbuh positif, kecuali lapangan usaha pertanian," kata Amalia dalam Konferensi Pers Rilis Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Senin (6/5/2024).
Gangguan Produksi
Amalia mengatakan, lapangan usaha pertanian terkontraksi sebesar -3,54 persen. Tidak lain, hal ini karena adanya gangguan produksi komoditas pertanian di awal tahun.
"Lapangan usaha pertanian terkontraksi sebesar 3,54 persen disebabkan oleh penurunan produksi komoditas pertanian pada awal tahun 2024," kata dia.
Jika dilihat secara tren, Amalia melihat gangguan produksi tersebut dipengaruhi oleh adanya El Nino yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 2023 lalu.
"Khususnya tanaman pangan karena fenomena El Nino yang berpengaruh pada paruh kedua tahun 2023," tegasnya.
Â
Pertumbuhan Ditopang Industri Pengolahan
Diberitakan sebelumnya, Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen di kuartal I-2024 ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penopang utama pertumbuhan itu adalah industri pengolahan.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, industri pengolahan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar dengan 0,86 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan kuartal IV-2023 lalu.
"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan pada triwulan I 2024, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 0,86 persen. Sumber pertumbuhan dari industri pengolahan ini lebih besar dari triwulan IV-2023 namun lebih kecil dari triwulan I-2023," ungkap Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Senin (6/5/2024).
Selain industri pengolahan tadi, Amalia mencatat kontribusi lainnya. Seperti dari sektor konstruksi dengan 0,73 persen, pertambangan dengan sumber pertumbuhan 0,68 persen, serta perdagangan dengan 0,60 persen.
Secara rinci, industri pengolahan tumbuh stabil ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Diantaranya, industri makanan dan minuman tumbuh 5,87 persen didukung oleh pertumbuhan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman selama ramadan dan persiapan menjelang lebaran.
"Industri logam dasar tumbuh 16,57 persen didorong oleh pemingkatan permintaan luar negeri seperti produk logam dasar besi dan baja," kata Amalia.
Selanjutnya, industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 8,01 persen sejalan dengan peningkatan permintaan di pasar domestik dan luar negeri.
Â
Advertisement
Pertumbuhan Ditopang Industri Pengolahan
Berikutnya, untuk lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh solid seiring dengan pembangunan proyek infrastruktur baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pelaku usaha swasta.
"Pertumbuhan ini tentunya sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah untuk konstruksi serta peningkatan produksi dan penjualan semen yang juga meningkat," terangnya.
Lalu, sektor pertambangan pertambangan dan penggalian tumbuh signifikan ditopang oleh permuntaan domestik dan luar negeri. Misalnya, pertmabangan bijih logam tumbuh 34,36 persen didukung oleh peningkatan pertumbuhan bijih tembaga untuk memenuhi permintaan domestik dan luar negeri.
"Pertambangan batu bara dan lignit tumbuh 9,72 persen seiring dengan peningkatan konsumsi domestik dan ekspor batu bara," ucapnya.
Serta, Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobik dan sepeda motor tumbuh positif seiring peningkatan produksi domestik dan impor. Pertumbuhan ini didukung juga oleh momen ramadan dan persiapan lebaran yang ditujukan dengan tumbuhnya indeks ritel.