Pekerja di 10 Negara Ini Paling Sejahtera, Ternyata Ada Israel dan Kosta Rika

Gallup World Poll melakukan survey populasi orang dewasa di lebih dari 160 negara dan wilayah di seluruh dunia. Data untuk laporan ini yang dikumpulkan pada tahun 2023 mencakup hasil dari lebih dari 128.000 responden yang bekerja.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 23 Jun 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2024, 21:00 WIB
Data Pertumbuhan Ekonomi G20 per Kuartal III 2022
Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Gallup World Poll melakukan survey populasi orang dewasa di lebih dari 160 negara dan wilayah di seluruh dunia. Data untuk laporan ini yang dikumpulkan pada tahun 2023 mencakup hasil dari lebih dari 128.000 responden yang bekerja. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Gallup World Poll melakukan survey populasi orang dewasa di lebih dari 160 negara dan wilayah di seluruh dunia. Data untuk laporan ini yang dikumpulkan pada tahun 2023 mencakup hasil dari lebih dari 128.000 responden yang bekerja.

Dilansir dari CNBC, Minggu (23/6/2024), menurut laporan Gallup State of the Global Workplace tahun 2024, sebanyak 34% responden survei secara global mengatakan mereka “berkembang” dan hidup sejahtera sementara 58% mengatakan mereka “berjuang” dalam pekerjaan

Kemudian, sekitar 8% dari mereka yang disurvei secara global mengakui mereka “menderita” di tempat kerja.

Studi ini berupaya menilai kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, dan mengukur keterlibatan melalui pengalaman positif seperti berkembang dan bersenang-senang, serta pengalaman negatif seperti stres, kemarahan, kekhawatiran, kesedihan, dan kesepian.

Hal ini karena sebagian besar masyarakat menghabiskan sebagian besar waktu hidup di tempat kerja, jadi tidak mengherankan jika pekerjaan dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Daftar Negara

Menurut laporan Gallup, Berikut adalah 10 negara dengan proporsi penduduk yang menyatakan mereka berkembang tertinggi:

  1. Finlandia: 83%
  2. Denmark: 77%
  3. Islandia: 76%
  4. Belanda: 71%
  5. Swedia: 70%
  6. Israel: 69%
  7. Norwegia: 67%
  8. Kosta Rika: 62%
  9. Belgia: 60%
  10. Australia: 60%

Negara-negara Eropa mendominasi daftar tersebut, dengan tujuh negara masuk dalam 10 besar. Wilayah ini mencatat persentase terendah dari pekerja yang mengatakan mereka menunggu atau secara aktif mencari pekerjaan baru dan persentase terendah kedua dari pekerja yang mengalami kesedihan setiap hari. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jerman dan Prancis Kalah Telak dari Indonesia dalam Hal Ini

Data Pertumbuhan Ekonomi G20 per Kuartal III 2022
Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan optimisme terhadap defisit APBN Indonesia untuk bisa dipertahankan di bawah 3%. 

Airlangga menjelaskan dengan rancangan defisit APBN tersebut, diharapkan juga dapat menjadi dorongan bagi semua pihak untuk tetap optimis terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini dan ke depannya.

“Baru jadi alarm itu kalau kita lihat defisit anggaran di negara-negara Uni Eropa (UE) yang rata-rata 5%-7%. Alarmnya bunyinya di Eropa bukan di Indonesia, Indonesia masih di bawah 3%,” kata Airlangga dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (23/6/2024).

Lebih lanjut, Airlangga turut menyampaikan Bank Sentral UE juga sudah mengingatkan negara-negara anggotanya untuk memelihara tingkat defisit anggaran di bawah 3%.

Airlangga mencontohkan Jerman, Prancis, Italia, yang defisitnya antara 5%-7%, dan Indonesia di bawah 3%, 

"Jadi tidak perlu panik. Mereka sudah dapat peringatan dari Bank Sentral UE kalau negara-negara UE harus ikut seperti negara-negara Asia,” lanjut Airlangga.

Selain kemampuan menjaga fundamental ekonomi Indonesia agar tetap kuat menjadi hal yang terpenting, Airlangga juga meyakini kebijakan perekonomian Pemerintah di tahun depan masih akan tetap sejalan dengan kebijakan yang ada saat ini.

Kemudian, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 tercatat memperoleh surplus USD 2,93 miliar dan mampu melanjutkan tren surplus selama 49 bulan berturut-turut. Meski tereduksi dengan defisit sektor migas, surplus neraca perdagangan tersebut didukung oleh surplus sektor nonmigas sebesar USD 4,26 miliar. 

Peningkatan ekspor nonmigas Indonesia pada Mei 2024 dibandingkan April 2024 diikuti dengan meningkatnya nilai ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Selain itu, ekspor Indonesia ke ASEAN dan UE juga mengalami kenaikan

Selain dari segi trade surplus, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi di 5,11%, kemudian inflasi rendah di 2,8%, kemudian juga dari daya saing juga relatif tinggi. Peringkat daya saing Indonesia naik sebanyak 7 tingkat pada 2024 ini, tertinggi dalam 6 tahun terakhir. 


IMD World Competitiveness Ranking 2024

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Volume perdagangan juga diperkirakan meningkat dari 2,4 persen pada 2023 menjadi 3,5 persen pada 2024. Dengan prospek ekonomi yang membaik, kinerja ekspor pada tahun depan diharapkan dapat kembali menguat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, terkait riset IMD World Competitiveness Ranking 2024 mencatat Indonesia menduduki posisi ke-27 dari 67 negara, di mana pada 2023 lalu Indonesia berada di posisi ke-34. Airlangga menyebut secara fundamental Indeks Keyakinan Konsumen juga baik, PMI kita juga positif di atas 50

Meskipun kondisi fundamental ekonomi masih stabil, namun Airlangga mengatakan Pemerintah masih terus menjaga faktor sentimental regional dan mendorong masuknya investasi. 

“Devisa Hasil Ekspor juga kita dorong, dan juga kita minta kepada para pengusaha yang ekspornya masih punya devisa di luar negeri untuk dimasukkan ke dalam negeri,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya