Liputan6.com, Jakarta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat jumlah UMKM di Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Namun, Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid menyoroti masih minimnya porsi ekspor dari UMKM lokal.
Dia mencatat, 65 juta UMKM Indonesia mampu menyerap 97 persen tenaga kerja. Jumlah ini juga disebut setara dengan 90 persen UMKM di Asean. "Ini adalah potensi yang juga harus kita rayakan, untuk itu sekali lagi kami ingin supaya jelas bahwa umkm itu adalah pejuang, pejuang UMKM Indonesia," ungkap Arsjad dalam Pesta Rakyat UMKM Indonesia, di JCC Senayan, Jakarta, Senin (22/7/2024).
Baca Juga
Kendati begitu, dia mengantongi data lainnya. Khususnya terkait porsi ekspor produk UMKM yang baru menyentuh 15 persen dari jumlah total tadi. Angka ini berada di bawah perolehan Malaysia dan Thailand.
Advertisement
"Namun kita belum boleh berpuas diri, terlebih baru 15 persen UMKM Indonesia yang menembus ekspor dan angka ini terbilang jauh bila kita bandingkan nilai ekspor tetangga kita di di Asean seperti di Malaysia di angka 17,3 persen dan Thailand di angka 28,7 persen," tuturnya.
Arsjad menemukan banyak keluhan dari pelaku UMKM yang belum bisa merambah ke pasar ekspor. Mulai dari sulitnya memilih agen eskportir hingga mencari mitra negara tujuan ekspor.
"Beberapa kali saya membaca DM yang komentar ini di Instagram dari pelaku UMKM yang bingung bagaimana cara menembus pasar ekspor. Misalnya kesulitan mencari jasa ekspor yang kredibel, susah mencari informasi mitra negara tujuan dan akses ekspor dan masih banyak lagi," urainya.
Strategi Perluas Pasar
Lebih lanjut, Arsjad menerangkan sudah ada wadag di Kadin Indonesia untuk membantu UMKM merambah pasar internasional. Wadah yang disebut Kadin Wiki Export ini dinilai jadi upayanya mendukung program pemerintah.
"Nah untuk menjawab kebingungan tersebut. Kadin Indonesia sebagai mitra strategis yang berkomitmen dalam mendukung agenda pemerintah, kami hadir. Di Kadin kami berkomitmen untuk mendukung UMKM Indonesia untuk naik kelas dan menembus pasar ekspor," katanya.
"Tahun ini Kadin berkomitmen mendorong lebih banyak lagi UMKM mengakses pasar internasional. Melalui Kadin Wiki Ekspor dengan 50 program, Kadin mendukung lebih dari 200 UMKM untuk mendapatkan pelatihan bersertifikasi ekspor dan menjadi pusat informasi resmi tentang ekspor-impor," pungkasnya.
Advertisement
Minta Bioavtur Digarap UMKM
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meminta UMKM turut dilibatkan dalam pengembangan bioavtur di Indonesia. Dia melihat ada potensi yang bisa dimanfaatkan oleh UMKM.
Menko Airlangga mencontoh adanya pengembangan yang dilakukan oleh Indonesia-Japan Business Network (IJB-Net) soal bioavtur ini. Dia turut meminta Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid untuk menangkap peluang tersebut.
"Salah satu pak Ketua Umum Kadin yang bisa didorong, kemarin di Jepang juga IJB-Net itu dengan SME membuat bioavtur, nah ini bisa direplikasi," ungkap Airlangga dalam Pesta Rakyat UMKM Indonesia, di JCC Senayan, Jakarta, Senin (22/7/2024).
Dia menilai, dalam pengembangan bioavtur ini UMKM tidak bisa sendiri, sehingga perlu dibentuk semacam gabungan UMKM. Sementara itu, bahan bakunya bisa disuplai dari minyak inti biji kelapa sawit (palm kernel oil) atau minyak jelantah.
Terkait suplai bahan baku itu, Menko Airlangga turut menyinggung Bos Grup Sinar Mas, Franky Widjaja yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Perekonomian Kadin Indonesia.
"Karena bioavtur tidak cukup oleh satu UMKM tetapi harus many (banyak) UMKM karena bahan bakunya bisa support oleh pak Franky mulai dari palm kernel oil ataupun waste, jelantah, minyak goreng bekas," ungkapnya.
Klasterisasi
Dia menyebut, perlu ada klasterisasi dalam UMKM penggarap bioavtur ini. Pasalnya, UMKM nantinya akan berhadapan dengan pelaku industri dengan skala produksi yang lebih besar.
"Nah ini kan sifatnya klaster harus ada pengumpulnya dan harus membuat industrinya secara skalanya kecil-kecil diperbesar, karena nanti lawannya itu adalah perusahaan besar lagi yang bangun 250 ribu ton per tahun. Sehingga yang dari UMKM naik kelasnya terlalu lambat," paparnya.
Ada Target Pemerintah
Lebih lanjut, Menko Airlangga menuturkan ada target pemerintah sebesar 2-5 persen pengguna bioavtur bagi industri penerbangan. Dengan porsi ini, UMKM dinilai bisa ikut berperan.
Dia berharap, UMKM punya porsi dalam pengembangan bioavtur ini. Di sisi lain, industri besar cukup menekuni sektor biodiesel atau biosolar.
"Tetapi bio avtur menjadi penting, karena Indonesia akan mendorong bioavtur dari dua, kita udah punya roadmap 2-5 persen," ucapnya.
"Tetapi bio avtur kan jumlahnya tidak besar-besar amat, jadi biarkan yang besar main di biodiesel, nah bio avtur ini kasih dulu sama UMKM pak Arsjad. Jadi ini yang harus kita dorong ke depan," sambung Menko Airlangga.
Advertisement