Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyoroti peran vital generasi muda dalam mencapai tujuan Indonesia Emas 2045. Untuk itu, pihak kementerian berjanji akan lebih mendorong keterlibatan anak muda dalam proyek ramah lingkungan, yang juga jadi program utama pemerintah di masa depan.
Direktur Kerja Sama Regional dan Multilateral Kementerian Investasi/BKPM Fajar Usman mengatakan, masalah terkait kesehatan dan nutrisi anak hingga pendidikan anak serta lingkungan masih jadi sorotan.
Baca Juga
Pewarna Alam dari Sampah Dapur Hotel, Inovasi Ramah Lingkungan Unik di Humbang Kriya
Tanamkan Investasi Rp 150 M, Produsen Atap Ramah Lingkungan Asli Lokal Buka Pabrik Baru di Pasuruan
Italia Promosi Teknologi Mesin Tekstil Ramah Lingkungan di Bandung dan Solo, Bagaimana Respons Pelaku Industri Lokal?
Sehingga, pemerintah juga akan lebih banyak menggenjot investasi di sektor makanan, pendidikan, hingga infrastruktur kesehatan guna mengejar asa Indonesia Emas 2045.
Advertisement
"Nantinya, Kementerian Investasi/BKPM akan lebih fokus pada investasi sektor makanan dan juga infrastruktur kesehatan, pendidikan, dan lebih banyak melibatkan anak atau generasi muda dalam proyek ramah lingkungan," ujarnya dalam sesi webinar yang diselenggarakan INDEF, Senin (29/7/2024).
Lebih lanjut, Fajar turut menyoroti modal anak muda yang dimiliki Wilayah Timur Indonesia (WTI). Mengutip data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2020, ia menyebut persentase populasi generasi muda secara rata-rata nasional berada di angka 23,86 persen.
Dalam hal ini, Papua Barat dan Papua memiliki jumlah generasi angkatan muda tertinggi di Indonesia, masing-masing sebesar 26,14 persen dan 25,97 persen. Adapun dari total 13 provinsi di Wilayah Timur Indonesia, 11 di antaranya juga punya angka pemuda lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.
"Hanya Bali dan Sulawesi Utara yang berada di bawah rata-rata nasional. Bahkan, provinsi Papua Barat dan Papua merupakan dua provinsi yang memiliki persentase pemuda paling tinggi secara nasional," jelasnya.
"Dengan demikian, persen pemuda atau generasi milenial sangat penting bagi pemerataan ekonomi dan investasi," kata Fajar.
Jika melihat sebarannya di dunia kerja, perusahaan startup jadi tempat bernaungnya banyak anak muda untuk mencari penghasilan. Berdasarkan data per 11 Januari 2024, total terdapat 2.562 perusahaan startup di Tanah Air.
"Angka ini paling banyak di Asia Tenggara dan peringkat kedua di skala Asia, dan peringkat ke-6 secara global. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan startup di Indonesia akan turut serta menciptakan lapangan kerja," tutur Fajar.
Indonesia Berada Hampir di Posisi Buncit Indeks Kinerja Lingkungan 2024
Indonesia butuh aksi lebih konkret dalam praktik ramah lingkungan secara masif. Menurut Indeks Kinerja Lingkungan (EPI) 2024 yang disusun Universitas Yale, Negeri Khatulistiwa hampir berada di posisi buncit, yakni 162 dari 180 negara dalam daftar tersebut.
Melansir situs webnya, Jumat, 12 Juli 2024, peringkat ini mencakup 58 indikator di 11 bidang isu. Ini termasuk mitigasi perubahan iklim, polusi udara, pengelolaan limbah, perikanan dan pertanian berkelanjutan, deforestasi, serta konservasi keanekaragaman hayati.
Studi ini juga mengidentifikasi negara mana yang paling baik dalam mengatasi tantangan lingkungan hidup dengan menggunakan indikator-indikator ini. Penilaiannya fokus pada kinerja perubahan iklim, kesehatan lingkungan, dan vitalitas ekosistem.
Estonia memimpin indeks dengan skor 75,3. Faktanya, negara-negara di Eropa mendominasi 10 besar, yakni Luxembourg (75), Jerman (74,6), Finlandia (73,7), Britania Raya (72,7), Swedia (70.5), Norwegia (70), Austria (69), Swiss (68), dan Denmark (67,9) yang secara berurutan menempati posisi ke-2 sampai 10.
Negara Asia terdepan dalam praktik ramah lingkungan adalah Jepang di peringkat ke-27 dengan skor 61,7. Lebih mengerucut, Singapura memimpin wilayah Asia Tenggara karena bertengger di posisi ke-44 dengan skor 53,8.
Brunei Darussalam menyusul di posisi ke-68, Thailand (91), Malaysia (117), Indonesia (162), Filipina (168), Kamboja (170), Myanmar (177), Laos (178), dan posisi buncit 180 oleh Vietnam. Menurut Indian Express, lebih dari 190 negara membuat apa yang disebut sebagai "komitmen konservasi terbesar di dunia" saat COP 2022 di Montreal.
Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal menyerukan perlindungan dan pengelolaan yang efektif terhadap 30 persen wilayah darat, perairan tawar, pesisir, dan laut dunia pada 2030. Ini kemudian dikenal sebagai target "30×30."
Advertisement
30x30 di Indonesia
Di Indonesia, kampanye 30x30 digalakkan Brigitta Gunawan. Founder 30x30 Indonesia itu berbagi saat ditemui di acara UNIQLO Indonesia di Pantai Tulamben, Kabupaten Karangasem, Bali, 25 Juni 2023, "Saya meluncurkan 30x30 Indonesia pada 2021 ketika saya berusia 17 tahun."
"Pada dasarnya," Tata, sapaan akrabnya, menyambung. "Fokus pekerjaan kami adalah mengedukasi, mengadvokasi kebijakan, dan restorasi habitat."
Mengelaborasi gagasan global itu di tingkat nasional, Global Citizen Youth Leader Awardee itu telah mengunjungi sekolah-sekolah, menginisiasi program literasi laut, menyelenggarakan webinar, menanam terumbu karang di Tulamben, dan menanam bakau di Jakarta. "Apa yang saya lakukan adalah melibatkan komunitas dan kekuatan anak muda untuk berinteraksi dengan sains dan menyuarakan dukungan mereka demi tujuan global," ujar dia.
Ia pun membagikan karya dan kisahnya di panggung dunia, termasuk Konferensi Laut PBB, Kongres Taman Asia, dan Lab Inovasi Global UNLEASH. "Saya mencoba terus memanfaatkan dukungan yang dibutuhkan untuk (memulihkan) lautan kita. Tidak peduli di mana kita berada, entah di kota maupun pesisir, kita semua terhubung," tuturnya.
Apa Bahayanya Polusi Udara?
Di antara banyak masalah lingkungan, polusi udara jadi salah satu kondisi mendesak. Pasalnya, hampir dua ribu anak meninggal dunia setiap hari akibat masalah kesehatan yang terkait dengan polusi udara. Kondisi itu kini jadi faktor risiko terbesar kedua kematian dini di seluruh dunia, kata sebuah laporan yang diterbitkan pada 19 Juni 2024.
Menurut AFP, dikutip dari Japan Today, 20 Juni 2024, paparan polusi udara berkontribusi terhadap kematian 8,1 juta orang, sekitar 12 persen dari seluruh kematian, pada 2021. Angka itu merujuk laporan Health Effects Institute yang berbasis di AS.
Artinya, polusi udara telah melampaui konsumsi tembakau dan pola makan yang buruk dalam daftar faktor penyebab kematian dini. Indeks kualitas udara buruk berada di peringkat kedua, setelah tekanan darah tinggi.
Anak-anak kecil sangat rentan terhadap polusi udara, dan lembaga ini bermitra dengan Dana Anak-anak PBB (UNICEF) untuk laporan tahunan State of Global Air. Polusi udara berkontribusi terhadap kematian lebih dari 700 ribu anak di bawah usia lima tahun, menurut laporan tersebut.
Advertisement