Siap-siap, Ada Kabar Gembira di September Nanti

Inflasi di Amerika Serikat (AS) di bulan Juni 2024 menunjukkan penurunan. Selain itu pengangguran di AS juga meningkat. Kedua hal itulah yang mendorong penurunan suku bunga diproyeksikan lebih cepat, yakni September 2024.

oleh Tira Santia diperbarui 02 Agu 2024, 15:20 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2024, 15:20 WIB
Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8/2024). (Tira/Liputan6.com)
Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8/2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa sinyal penurunan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) pada September 2024 semakin menguat.

Hal itu tercermin dari perkembangan inflasi di Amerika Serikat (AS) di bulan Juni 2024 menunjukkan penurunan sejalan dengan menurunnya tekanan harga energi dan sektor perumahan.

"Ini yang saya sebutkan tadi suatu indikator yang menimbulkan harapan terhadap perubahan kebijakan moneter terutama di Amerika Serikat," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Kantor Pusat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Selain tingkat inflasi, yang menentukan arah kebijakan Fed Fund Rate adalah tingkat pengangguran. Saat ini, kata Menkeu, pengangguran di Amerika Serikat meningkat. Kedua hal itulah yang mendorong penurunan suku bunga diproyeksikan lebih cepat, yakni September 2024.

"Ini semuanya tadi ya inflasi yang mulai menurun dan tingkat pengangguran yang meningkat di Amerika Serikat diperkirakan dalam hal ini akan mendorong penurunan dari kebijakan suku bunga bank sentral Amerika atau sering dikenal dengan Fed fund rate yang lebih cepat dari proyeksi sebelumnya," ujarnya.

Diketahui, sebelumnya poyeksi penurunan Fed fund rate baru akan terjadi pada akhir tahun 2024. Namun, saat ini market global terutama di Amerika Serikat melihat inflasi yang mulai melemah dan dari sisi pengangguran juga mengalami kenaikan, maka muncul harapan ekpektasi penurunan suku bunga lebih cepat.

"Mereka kemudian muncul harapan, ekspektasi bahwa Fed fund rate akan lebih cepat dilakukan adjustment penurunan sebelum akhir tahun 2024. Ini semua pandangan adalah melihat pada bulan September," ujarny.

Menurutnya, dengan kondisi tersebut surat berharga negara Amerika Serikat atau US Treasury memiliki maturitas atau jatuh tempoh 10 tahun atau disebut US Treasury 10 years, sehingga yield-nya atau suku bunganya diperkirakan masih tetap tinggi.

"Jadi, meskipun harapan Fed fund rate diperkirakan mulai turun, namun ekspektasi terhadap US Treasury yield masih relatif stabil tinggi, karena di Amerika Serikat defisit dari anggaran pemerintah Amerika Serikat yang besar yang membutuhkan pembiayaan besar dan oleh karena itu akan meng-issue atau mengedarkan US Treasury terutama durasi 10 tahun yang volumenya juga besar," pungkasnya.

Ekonomi AS Tumbuh 2,8% di Kuartal II 2024

Mudik Thanksgiving di Amerika
Wisatawan mengantre untuk melewati pos pemeriksaan keamanan di Bandara Internasional John F. Kennedy, New York, Rabu (21/11). Masyarakat Amerika mulai bergegas pulang ke kampung halamannya alias mudik untuk merayakan Thanksgiving Day. (AP/Mark Lennihan)

Amerika Serikat kembali mencatat pertumbuhan ekonomi yang kuat selama kuartal kedua 2024. Pertumbuhan ekonomi AS kali ini didorong oleh konsumen yang kuat dan belanja pemerintah, menurut perkiraan awal dari Departemen Perdagangan AS

Melansir CNBC International, Jumat (26/7/2024), Produk domestik bruto riil AS, ukuran semua barang dan jasa meningkat 2,8 selama periode April hingga Juni 2024.

Belanja konsumen membantu mendorong angka pertumbuhan lebih tinggi, seperti halnya kontribusi dari investasi persediaan swasta dan investasi tetap nonperumahan, menurut salah satu dari tiga perkiraan departemen perdaganga .

Pengeluaran konsumsi pribadi, proksi utama dalam laporan Biro Analisis Ekonomi untuk aktivitas konsumen, meningkat 2,3% untuk kuartal tersebut, naik dari percepatan 1,5% pada kuartal I.

Baik belanja jasa maupun barang mengalami peningkatan yang solid untuk kuartal tersebut.

Belanja pemerintah juga memberikan dorongan pada ekonomi AS, naik 3,9% di tingkat federal, termasuk lonjakan 5,2% dalam pengeluaran pertahanan.

Di sisi lain, impor, yang mengurangi PDB, melonjak 6,9%, kenaikan triwulanan terbesar sejak kuartal pertama tahun 2022.

“Komposisi pertumbuhan adalah salah satu campuran terbaik yang pernah kami amati dalam beberapa waktu,” kata Joseph Brusuelas, kepala ekonom di RSM.

“Laporan tersebut cenderung mendukung gagasan bahwa ekonomi Amerika berada di tengah ledakan produktivitas yang dalam jangka menengah akan meningkatkan standar hidup di seluruh negeri melalui inflasi yang lebih rendah, lapangan kerja yang rendah, dan kenaikan upah riil,” jelasnya.

Inflasi Stabil

Penumpang Pesawat Emirates
Petugas tanggap darurat berkumpul di luar pesawat setelah sekitar 100 penumpang Emirates Airline dilaporkan sakit di Bandara Kennedy New York, Rabu (5/9). Pesawat dari Dubai ke New York itu dikarantina dan dipantau polisi kontra-terorisme. (WABC 7 via AP)

Selain ekonomi, AS juga mencatat angka yang stabil pada inflasi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, ukuran utama Federal Reserve, naik 2,6% untuk triwulan tersebut, turun dari pergerakan 3,4% di kuartal I 2024.

Tidak termasuk makanan dan energi, harga inti PCE, yang menjadi fokus Fed lebih lanjut sebagai indikator inflasi jangka panjang, naik 2,9%, dibandingkan dengan kenaikan 3,7% pada periode sebelumnya.

Pejabat Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil saat mereka bertemu minggu depan, meskipun harga pasar menunjukkan penurunan pertama dalam empat tahun pada bulan September mendatang.

Seperti diketahui, para pembuat kebijakan bank sentral AS telah berhati-hati tentang kapan mereka akan mulai menurunkan suku bunga, meskipun komentar baru-baru ini menunjukkan lebih banyak keinginan untuk mulai melonggarkan kebijakan dan sebagian besar bankir melihat kenaikan lebih lanjut tidak mungkin terjadi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya