Liputan6.com, Jakarta - Beberapa negara di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) memiliki jumlah miliarder yang cukup signifikan. Ini turut mencerminkan kekuatan ekonomi dan peluang bisnis yang melimpah. Hal tersebut ditopang pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Di Asia Pasifik saja, jumlah miliarder termasuk terbanyak. Tercatat ada 1.000 miliarder masuk ranking. Kemudian diikuti Amerika Serikat sebanyak 993 miliarder. Lalu Eropa sebanyak 690 dan Timur Tengah serta Afrika sebanyak 98 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, di negara kawasan ASEAN, Indonesia menjadi salah satu negara dengan miliarder terbanyak. Di Indonesia berdasarkan data Forbes, pada posisi pertama, R. Budi dan Michael Hartono tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia dengan nilai kekayaan USD 48 miliar pada 2023.
Advertisement
Orang terkaya nomor dua ditempati oleh Prajogo Pangestu. Kekayaan Prajogo Pangestu mencapai USD 43,4 miliar. Sumber kekayaan berasal dari petrokimia dan energi.
Berdasarkan data yang dirangkum dari Forbes dan sejumlah sumber dikutip Kamis (22/8/2024), berikut adalah daftar negara-negara ASEAN dengan jumlah miliarder terbanyak beserta faktor-faktor yang mendukung pencapaian tersebut:
1. Indonesia
Indonesia, yang mencatatkan salah satu ekonomi terbesar di ASEAN, mencatatkan jumlah miliarder terbanyak di kawasan ini. Jakarta, yang berfungsi sebagai pusat ekonomi, berhasil menarik banyak pengusaha dan investor besar.
Beberapa sektor yang berkontribusi signifikan terhadap jumlah miliarder di Indonesia meliputi properti, perbankan, serta sumber daya alam seperti batu bara dan kelapa sawit.
Nama-nama terkenal seperti Budi Hartono dari Djarum Group dan Anthoni Salim dari Salim Group menjadi contoh miliarder yang mengukir prestasi di Indonesia.
2. Singapura
Singapura, yang dikenal sebagai pusat keuangan global, merupakan rumah bagi banyak miliarder. Negara ini berhasil menarik kekayaan melalui sektor keuangan, teknologi, dan real estate.
Kebijakan perpajakan yang menguntungkan serta stabilitas politik menjadikan Singapura pilihan utama bagi para miliarder, baik di Asia maupun dunia. Beberapa miliarder ternama seperti Eduardo Saverin, salah satu pendiri Facebook, dan keluarga Ng dari Far East Organization, adalah contoh individu kaya yang memilih Singapura sebagai tempat tinggal.
Negara Selanjutnya
3. Thailand
Thailand juga memiliki populasi miliarder yang cukup signifikan. Bangkok, sebagai pusat bisnis dan perdagangan, menjadi rumah bagi banyak pengusaha sukses.
Sektor-sektor yang mendominasi kekayaan di Thailand meliputi perbankan, real estate, dan barang konsumen. Keluarga Chearavanont dari Charoen Pokphand Group dan Charoen Sirivadhanabhakdi dari Thai Beverage adalah beberapa miliarder terkenal di Thailand.
4. Filipina
Dalam beberapa tahun terakhir, Filipina telah menyaksikan lonjakan jumlah miliarder, berkat pertumbuhan pesat di sektor properti, telekomunikasi, dan ritel. Ibu kota Manila telah menjelma menjadi jantung kegiatan bisnis dan investasi di negara ini. Dua nama besar yang mendominasi daftar orang terkaya Filipina adalah Henry Sy dari SM Group dan Manuel Villar dari Vista Land & Lifescapes, yang keduanya telah menorehkan prestasi gemilang di dunia usaha.
5. Malaysia
Malaysia juga tidak kalah menarik dengan sejumlah miliarder yang mengukir kesuksesan, terutama di sektor perbankan, minyak kelapa sawit, dan telekomunikasi. Kuala Lumpur, sebagai pusat ekonomi utama, menjadi rumah bagi banyak pengusaha kaya raya.
Di antara mereka, Robert Kuok, seorang taipan di industri gula, dan Ananda Krishnan, yang terkenal sebagai raja media dan telekomunikasi, adalah sosok-sosok yang sangat berpengaruh dalam perekonomian negara ini.
Advertisement
Perusahaan Investasi Milik Miliarder Warren Buffett Kantongi Kas Rp 4.496 Triliun Setelah Lepas Saham Apple
Sebelumnya, kas perusahaan investasi milik Warren Buffett yakni Berkshire Hathaway membengkak hingga sentuh rekor. Kas Berkshire Hathaway tembus USD 276,9 miliar atau sekitar Rp 4.496 triliun hingga kuartal terakhir (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.273).
Mengutip CNBC, ditulis Senin (4/8/2024),kas perusahaan investasi milik miliarder Warren Buffett itu membengkak karena Warren Buffett menjual sebagian besar saham yang dimilikinya termasuk Apple. Uang tunai miliarder yang berkantor pusat di Omaha itu melonjak dari rekor sebelumnya sebesar USD 189 miliar atau sekitar Rp 3.068 triliun yang ditetapkan pada kuartal I 2024.
Kenaikan kas tersebut terjadi setelah Berkshire Hathaway menjual hampir 50 persen saham di Apple pada kuartal II. Berskhire Hathaway telah menjual saham selama tujuh kuartal berturut-turut, tetapi penjualan itu meningkat dengan penjualan lebih dari USD 75 miliar pada kuartal II. Itu membuat penjualan saham pada semester I 2024 menjadi lebih dari USD 90 miliar.
Penjualan saham berlanjut pada kuartal III 2024. Berkshire Hathaway memangkas saham terbesar keduanya yakni Bank of America selama 12 hari berturut-turut, menurut laporan pekan lalu. Pada kuartal II, laba operasi Berkshire Hathaway yang mencakup laba dari bisnis yang sepenuhnya dimiliki oleh konglomerat itu melonjak berkat perusahaana suransi mobil Geico. Laba operasi mencapai USD 11,6 miliar pada kuartal II naik sekitar 15 persen dari USD 10 miliar.
Geico Kerek Laba
Pada rapat tahunan Berkshire, miliarder Warren Buffett mengatakan bersedia memakai modal tetapi harga yang tinggi membuatnya ragu.
“Kami ingin sekali membelanjakannya, tetapi kami tidak akan membelanjakannya kecuali kami merasa (suatu bisnis) melakukan sesuatu yang berisiko sangat kecil dan dapat hasilkan banyak uang bagi kami,” ujar dia.
Warren Buffett sebelumnya melakukan pembelian kembali saham atau buyback senilai USD 345 juta pada kuartal II, dan jauh lebih rendah dari buyback sebesar USD 2 miliar pada masing-masing dua kuartal sebelumnya.
Geico, perusahaan yang pernah disebut Buffett sebagai anak kesayangannya mencatat hampir USD 1,8 miliar untuk laba penjaminan emisi sebelum pajak pada kuartal II, lebih dari tiga kali lipat dari level USD 514 juta dari tahun lalu.
Sementara itu, laba dari BNSF Railway mencapai USD 1,6 miliar, sejalan dengan posisi tahun lalu. Bisnis utilitas Berkshire Hathaway Energy alami penurunan laba menjadi USD 326 juta, hampir setengah dari USD 624 juta pada kuartal sama tahun lalu.
Laba bersih Berkshire Hathaway turun menjadi USD 30,3 miliar pada kuartal II dari USD 35,9 miliar pada periode sama tahun lalu. Buffett memperingatkan investor untuk tidak memperhatikan fluktuasi kuartalam dalam keuntungan yang belum direalisasi atas investasi yang dapat “sangat menyesatkan”.
Advertisement