Intip Lokasi Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Indonesia

Nuklir sendiri tergolong bagian dari energi baru dan terbarukan (EBT) yang terus didorong pemerintah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Sep 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2024, 16:00 WIB
Ilustrasi Lipsus Nuklir
Ilustrasi Lipsus Nuklir

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian ESDM kian serius menggarap proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Nuklir sendiri tergolong bagian dari energi baru dan terbarukan (EBT) yang terus didorong pemerintah.

Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konversi Energi ESDM, Harris menyampaikan Indonesia akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir pertama pada tahun 2023. Adapun, kapasitas PLTN tersebut sekitar 320 megawatt.

"Nuklir yang kita rencana itu sekitar 320 megawatt di tahun 2033," kata Harris dalam acara Media Gathering di Kantor Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM, Jakarta, Senin (9/9/2024).

Lokasi Proyek PLTN

Adapun, lokasi potensial untuk dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Indonesia yakni pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni dilalui jaringan transmisi nasional dari Pulau Kalimantan hingga Jawa. Namun, belum disebutkan secara spesifik nama pulau yang akan dijadikan lokasi PLTN pertama di Indonesia tersebut.

"(PLTN) ada di daerah-daerah yang memang penduduk tidak ada, yaitu memanfaatkan pulau-pulau kecil yang nanti akan dilewati oleh jalur transmisi laut dari Kalimantan ke Jawa," ujarnya.

Dia menyebut pemilihan pulau-pulau ini terkait aspek keamanan terhadap masyarakat sekitar. Hal ini berkaca pada peristiwa bencana nuklir yang terjadi di Fukushima, Jepang beberapa waktu lalu.

"Pelajaran-pelajaran permasalahan nuklir, misalnya terbaru yang di Fukushima itu juga menjadi pertimbangan juga, lalu potensi masyarakat di minimalisir," ucap dia.

Pemerintah menilai nuklir memiliki potensi besar sebagai pembangkit listrik ramah lingkungan pengganti batu bara. Mengingat, kapasitas nuklir yang dapat terpakai hingga 100 persen dibandingkan pembangkit ramah lingkungan lainnya.

"Kalau PLTS matahari, ada angin, itu kan dia juga kapasitas kuat tapikan fluktuatif, sehingga untuk bisa menerapkan secara maksimal itu harus di backup oleh pembangkit yang stabil atau kita memberikan baterai, tapi kan baterai mahal. Maka kita perlu nuklir," tandas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tantangan Proyek PLTN

Ilustrasi Lipsus Nuklir
Ilustrasi Lipsus Nuklir

Indonesia ditargetkan akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Pulau Gelasa, Bangka Belitung pada 2032. Pembangkit tenaga nuklir pertama di Tanah Air tersebut dibangun oleh perusahaan listrik swasta asal Amerika Serikat, PT ThorCon Power Indonesia dengan kapasitas 500 MW.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Prahoro Nurtjahjo, mengatakan bahwa Indonesia perlu menyiapkan teknologi dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut.

Kementerian ESDM juga telah menjalani beberapa strategi secara internal maupun luar, termasuk melakukan beberapa diskusi dengan International Atomic Energy Agency (IAEA).

Intinya kalau kita lihat, ini sesuatu yang baru bagi kita di Indonesia. Jadi kalau masalahnya bukan teknologi saja, tapi masalah sosial," ujar Prahoro di Jakarta, Jumat (19/1/2024).

Kolaborasi

Sementara dari sisi internal, Kementerian ESDM yang berwenang pada teknis kebijakan berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk penyiapan teknologi.

BPSDM Kementerian ESDM pun berencana melakukan penyiapan SDM dengan IAEA. Termasuk rencana memagangkan pegawai di tempat yang sudah punya kompetensi untuk membangkitkan listrik lewat tenaga nuklir.

"Jadi berkaitan dengan penyediaan untuk sekolah, kemudian terkait tempat magang khususnya tempat-tempat yang memang mempunyai kompetensi di bidang ini," kata Prahoro.

"Kami menyiapkan itu khususnya kalau kita hitung balik nanti kapan dan mulainya, itu menjadi salah satu diskusi di tempat kami untuk bisa kita release segera mungkin. Karena waktu semakin cepat, terutama teknologi yang baru, dimana ini perlu persiapan yang lebih mateag lagi," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya