Sederet Aksi Kecil Namun Bermakna dalam Transisi Energi Indonesia

Aksi-aksi kecil yang dilakukan secara bersama-sama, seperti menanam pohon, bersepeda ke sekolah, dan mematikan lampu saat tidak digunakan dapat berkontribusi secara signifikan bagi penurunan emisi.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Sep 2024, 08:20 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2024, 08:20 WIB
Polusi Udara Jakarta
Pemprov DKI Jakarta pun mengakui kebijakan WFH bagi 50% Aparatur Sipil Negara belum efektif mengurangi polusi udara. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pelibatan masyarakat, termasuk kelompok rentan, perlu menjadi aspek utama dalam pelaksanaan transisi berkeadilan. Untuk memobilisasi dukungan dan partisipasi masyarakat, maka perlu diiringi dengan pembangunan pemahaman yang tepat mengenai transisi berkeadilan. Beragam metode peningkatan kesadaran masyarakat tentang transisi energi dapat dilakukan, mulai dari pengembangan cerita yang inspiratif, hingga melakukan aksi-aksi kecil penurunan emisi secara kolektif.

Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika, Kementerian PPN/Bappenas Taufiq Hidayat Putra menyatakan bahwa komunikasi politik sangat penting dalam rencana pembangunan jangka panjang. Pendekatan secara inklusif dan partisipatif perlu diperkuat untuk memastikan bahwa kebijakan transisi energi dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Rekomendasi yang tercetus pada diskusi ISEW 2024 akan menjadi masukan untuk rencana yang lebih holistik dan integratif, khususnya pada penyusunan RPJMN 2025-2029 terkait Peningkatan Konektivitas dan Transisi Energi Listrik. Terutama untuk mencapai sistem energi ketenagalistrikan yang berkelanjutan. Dengan mempertimpangkan potensi sumber daya daerah yang sejalan dengan pembangunan kewilayahan dan pembangunan nasional,” kata Taufiq dikutip Senin (16/9/2024).

Manajer Proyek Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia, Institute for Essential Services Reform (IESR) Agus Tampubolon mengungkapkan cerita yang inspiratif di sekitar topik aksi iklim dan transisi energi mempunyai kekuatan untuk menyatukan tujuan dan memotivasi tindakan bersama dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.

“Setiap orang adalah penjaga bumi. Saya yakin bahwa masing-masing individu mempunyai cerita yang menginspirasi, serta dapat mengambil tindakan yang membawa perubahan yang positif bagi planet kita ini. Cerita-cerita inilah yang perlu digaungkan untuk menciptakan suara kolektif yang kuat untuk membangun dunia yang berkelanjutan dan adil,” kata Agus.

Agus menjelaskan bahkan aksi-aksi kecil yang dilakukan secara bersama-sama, seperti menanam pohon, bersepeda ke sekolah, dan mematikan lampu saat tidak digunakan dapat berkontribusi secara signifikan bagi penurunan emisi. Menurutnya, hal terpenting adalah setiap orang mengambil tanggung jawab untuk membebaskan bumi dari cengkraman emisi yang telah meningkatkan suhu global sehingga menyebabkan krisis iklim.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ibu-Ibu Jarang Terlibat dalam Transisi Energi

ISEW 2024
ISEW 2024

Pendiri dan Direktur Eksekutif Buibu Baca Buku Puty Puar yang juga hadir pada ISEW 2024 mengungkapkan sejauh ini, kalangan ibu-ibu jarang terlibat dalam agenda transisi energi 

sehingga suara mereka untuk isu ini pun terendap dan kurang terdengar. Padahal, menurutnya, kalangan ibu-ibu merupakan kelompok yang paling terdampak perubahan iklim dan perubahan kebijakan di sektor energi.

“Padahal dalam situasi sehari-hari, misalnya ada pemadaman listrik, yang paling merasakan adalah kalangan ibu-ibu karena membuat pekerjaan rumahnya terhambat. Atau, jika polusi di Jakarta semakin membahayakan, maka kelompok yang paling banyak mengantri di rumah sakit, adalah kalangan ibu-ibu. Ibaratnya, ibu-ibu kena getahnya duluan, padahal suaranya belum tentu dipertimbangkan,” ungkap Puty.

 


Bangun Komunikasi

Desa Butuh, yang terletak di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang, dikenal dengan julukan "Nepal Van Java" karena suasana alamnya yang mirip dengan Nepal.
Desa Butuh, yang terletak di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang, dikenal dengan julukan "Nepal Van Java" karena suasana alamnya yang mirip dengan Nepal. (Istimewa)

Untuk mendorong pelibatan semua kelompok Kepala Desa Tampir Wetan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Wahyu Hantoro menyoroti pentingnya membangun komunikasi dan diskusi dengan masyarakat.

“Di desa kami, kami mempunyai potensi air yang besar, tapi ironisnya dua pertiga lahan pertanian kami mengalami kekeringan. Kami membangun pompa air bertenaga surya. Awalnya, warga ragu terhadap penggunaan sistem energi surya yang berbeda dari yang dipasok oleh pemerintah. Namun, komunikasi dan diskusi yang rutin akhirnya mengubah persepsi warga yang awalnya pesimis menjadi mendukung pemanfaatan pompa air bertenaga surya. Lahan pertanian juga dapat diolah tanpa memandang musim. Awalnya yang pakai pompa air ini hanya 25 pelanggan, sekarang malah meningkat menjadi 176 pelanggan,” tutup Wahyu.

ISEW menjadi bagian penting dalam 30 tahun kerjasama sektor energi antara Indonesia dan Jerman, yang menyediakan dukungan teknis dan finansial untuk proyek energi terbarukan. ISEW 2024 diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan/Bappenas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) dibawah kerangka Kerjasama Indonesia-Jerman, GIZ Indonesia/ASEAN, serta Institute for Essential Services Reform (IESR).

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya