Stok Beras Menipis Awal 2025, Bisa Dukung Makan Bergizi Gratis?

Kementan meyakini produksi komoditas pangan di 2025 bisa menunjang program program makan bergizi gratis (MBG)

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 11 Nov 2024, 20:45 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2024, 20:45 WIB
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi berharap PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) memperluas kemitraan dengan petani (Farmer Engagement Program) di wilayah tersebut.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi berharap PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) memperluas kemitraan dengan petani (Farmer Engagement Program) di wilayah tersebut. (Dok. Wilmar)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) meyakini produksi komoditas pangan di 2025 bisa menunjang program program makan bergizi gratis (MBG) milik Presiden Prabowo Subianto. Berkat dukungan cuaca baik yang bakal mendongkrak tingkat produksi pertanian.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Yudi Sastro coba membuat perbandingan dengan kondisi iklim di tahun-tahun sebelumnya.

Ia mengambil contoh fenomena El Nino di musim tanam November-Desember 2023, yang berdampak terhadap produksi pertanian Januari-Februari 2024.

"Akan tetapi kita untuk 2025, kita sangat optimis, karena pertama Insya Allah tidak ada kemarau," ujar Yudi dalam Forum Merdeka Barat 9, Senin (11/11/2024).

Genjot Produksi

Selain itu, ia menambahkan, pemerintah juga telah melakukan langkah untuk menggenjot hasil produksi pertanian, khususnya di bidang sumber daya air.

"Juga kita melakukan beberapa program seperti pompanisasi, optimalisasi lahan rawa. Sehingga untuk mencukupi ketersediaan pangan kita untuk program makan bergizi gratis di 2025," bebernya.

Di sisi lain, Yudi tak memungkiri jika sentra produksi pangan untuk komoditas beras saat ini masih berpusat di Pulau Jawa. Namun, Kementan disebutnya bakal terus berupaya menambah luas lahan pertanian di beberapa daerah lain.

"Tapi semua daerah kita juga memiliki potensi yang cukup besar. Sehingga total dari luas lahan sawah kita 7,3 juta ha," kata Yudi.

 

Stok Beras hingga 2024

PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) terus berkomitmen menjalin kemitraan dengan petani padi melalui Farmer Engagement Program (FEP).
PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) terus berkomitmen menjalin kemitraan dengan petani padi melalui Farmer Engagement Program (FEP). Hingga Februari 2024, luas lahan kemitraan dengan petani mencapai 20 ribu hektare (ha), tersebar di 19 kabupaten di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

Pada kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menjamin stok dan harga beras aman terkendali di akhir 2024 hingga awal tahun depan.

Zulhas menyampaikan, stok cadangan beras pemerintah (CBP) nantinya akan berada di kisaran 2 juta ton lebih. Sehingga ia memastikan tak akan ada kebijakan penambahan impor beras baru hingga akhir 2024. Meskipun ada risiko penurunan tingkat produksi beras di dalam negeri (shortage) pada Januari-Februari 2024 mendatang.

Sebab menurut perhitungannya, stok cadangan beras pemerintah di gudang Perum Bulog sudah mencukupi. Terlebih masih ada sisa sekitar 850 ribu ton beras impor dari kuota 3,6 juta ton kontrak pada 2024.

"Tapi tidak usah khawatir, stok kita di Bulog terakhir 2 juta ton. Sampai nanti akhir Desember memang tidak bisa masuk semua sisa impor kemarin. Kita impor 3 juta ton lebih itu, ada yang belum bisa masuk tahun ini. Jadi masih ada sisa," ungkapnya di Graha Mandiri, Jakarta, Senin (11/11/2024) hari ini.

Dari impor beras tersisa 850 ribu ton, Zulhas target lebih dari separuhnya sudah bisa masuk ke Indonesia pada akhir tahun ini.

"Yang 500 ribu (ton) diusahakan sampai Desember (2024, masuk). Jadi sisanya sedikit kan? (350 ribu ton) akan dilanjutkan tahun depan," imbuhnya.

 

Stok Beras Menipis Awal 2025

Kendeng
Ilustrasi petani sedang menanam padi. Foto: liputan6.com/freepik/felek wahyu 

Walaupun, ia tak memungkiri jika Indonesia akan mengalami defisit neraca produksi-konsumsi beras pada Januari-Februari 2025. Namun, Zulhas tidak cemas lantaran tingkat produksi beras akan kembali meroket di bulan-bulan setelahnya.

"Selalu kalau Januari-Februari itu puncaknya shortage. Biasanya bisa 2,5 juta (ton), bisa 1-1,5 juta (ton). Tapi Maret, itu surplus, banyak. Jadi kalau Januari-Februari 2,5 (juta ton), Maret-April-Mei itu produksi bisa 3,5 juta (ton) lebih," jelasnya.

Sehingga, ia buka kemungkinan pemerintah tak akan membuka pintu impor beras pada 2025 mendatang. Selama neraca produksi-konsumsi tidak minus.

"Oleh karena itu, kalau stok kita banyak, cukup, kemungkinan tahun depan kita usahakan bisa tidak impor. Kalau pun (harus), sedikit aja," pungkas Zulkifli Hasan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya