Kinerja Ekspor Indonesia ke Dunia Naik Kecuali dengan Palestina

epala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Fajarini Puntodewi, mengatakan tren ekspor Indonesia ke negara-negara mitra perjanjian perdagangan bebas (FTA) menunjukkan hasil yang positif, dengan hampir semua negara mengalami peningkatan ekspor, kecuali dengan Palestina.

oleh Tira Santia diperbarui 19 Nov 2024, 13:40 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2024, 13:40 WIB
Neraca Perdagangan RI
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Fajarini Puntodewi, mengatakan tren ekspor Indonesia ke negara-negara mitra perjanjian perdagangan bebas (FTA) menunjukkan hasil yang positif, dengan hampir semua negara mengalami peningkatan ekspor, kecuali dengan Palestina.

Pasalnya situasi di Palestina memang tengah dilanda ketegangan dan konflik berkepanjangan, yang tentu saja berdampak pada banyak aspek, termasuk hubungan perdagangan internasional.

Dalam konteks ini, meskipun Indonesia telah menjalin kerja sama ekonomi dengan Palestina melalui berbagai inisiatif, dampak konflik tersebut membuat perdagangan antara kedua negara belum berkembang secara signifikan seperti dengan negara-negara mitra FTA lainnya.

Fajarini menyampaikan bahwa hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 11 perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan berbagai negara. Data menunjukkan bahwa lebih dari 85 atau hampir 87 persen ekspor Indonesia berasal dari negara-negara mitra yang terikat dalam perjanjian ini.

"Nah kalau dilihat dari data statistik maka sekitar lebih dari 85 persen ya hampir 87 persen ekspor kita itu berasal dari negara-negara mitra yang memiliki perjanjian perdagangan bebas ini. Kemudian tren ekspor dengan negara-negara ini juga meningkat ya. Ada 11 negara semuanya meningkat kecuali dengan Palestina," kata Fajarini dalam Gambir Trade Talk, di Jakarta, Selasa (19/11/2024).

Perdagangan Bebas

Fajarini menegaskan, perjanjian perdagangan bebas menjadi salah satu strategi utama Indonesia untuk membuka akses pasar yang lebih luas. Keuntungan dari FTA adalah mampu meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.

Menurut dia, dengan adanya FTA, tarif bea cukai yang lebih rendah dan akses pasar yang lebih terbuka menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengekspor lebih banyak produk unggulannya.

 

Perjanjian Perdagangan

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, selain perjanjian perdagangan, promosi produk Indonesia di pasar internasional juga menjadi langkah penting untuk memperkenalkan keunggulan produk-produk lokal.

"Jadi, itu merupakan satu saya rasa satu apa namanya variable yang cukup baik untuk Indonesia untuk membuka akses pasarnya ke negara-negara lain yang masih punya potensi untuk menerima produk-produk kita. Karena memang diversifikasi pasar ini tentu cukup bagus untuk memperluas dan memperlebar bangsa produk Indonesia secara global," ujarnya.

Disisi lain, Indonesia tengah menjalani berbagai perundingan penting untuk memperkuat posisinya di pasar global melalui FTA. Salah satu yang tengah dikejar adalah perundingan dengan Uni Eropa (EU), yang diharapkan dapat diselesaikan pada kuartal pertama tahun depan, atau bahkan sebelum akhir tahun ini. Selain itu, Indonesia juga sedang melakukan negosiasi dengan negara-negara lain seperti Peru dan Kanada.

"Sekarang ini PR-nya ini kita dengan EU ya, dengan EU itu harapannya kuartal satu tahun depan atau mungkin akhir tahun ini sudah bisa diselesaikan. Demikian juga dengan perundingan lainnya yang sedang berlangsung yaitu dengan Peru kemudian dengan Kanada," pungkasnya.

Lewat Ekspor, Kemendag Kerja Keras Bantu Target Pertumbuhan Ekonomi 8%

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah merumuskan strategi yang berfokus pada penguatan sektor ekspor guna mendukung proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 8 persen pada tahun 2029 oleh Presiden Prabowo Subianto.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Fajarini Puntodewi, mengatakan, mengingat pentingnya ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, Kemendag telah melakukan perhitungan matang untuk menentukan target ekspor yang dapat berkontribusi pada pencapaian tersebut.

"Bapak Presiden Prabowo itu mencanangkan bahwa Indonesia harus bisa menuju kepada Indonesia emas tahun 2045, dimana ditargetkan oleh beliau bahwa pertumbuhan ekonomi harus bisa mencapai 8 persen. Jadi, kami pun di Kementerian Perdagangan lalu melakukan penghitungan, seandainya kita ingin mendukung pertumbuhan perekonomian mencapai 8 persen," kata Fajarini dalam Gambir Trade Talk, di Jakarta, Selasa (19/11/2024).

Menurutnya, untuk mencapai target 8 persen pada 2029, diperlukan percepatan dalam sektor ekspor. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan menetapkan bahwa dalam lima tahun mendatang, pertumbuhan ekspor harus mencapai antara 7 hingga 9,6 persen per tahun.

Angka ini mencerminkan ambisi pemerintah untuk memperkuat daya saing Indonesia di pasar global dan menjadikan ekspor sebagai pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi.

"Maka target ekspor untuk tahun depan dalam 5 tahun berikutnya, targetkan sebesar 7,1 persen. Jadi, mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen sampai di akhir periode 2029 mencapai 8 persen dengan target pertumbuhan ekspor 9,6 persen. Jadi antara 7 hingga 9,6 persen," ujarnya.

 

Tak Mudah

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati demikian, Fajarini menyadari bahwa untuk mencapai target ekspor yang ambisius ini bukanlah hal yang mudah. Indonesia perlu menghadapi sejumlah tantangan, termasuk dinamika pasar internasional, persaingan dengan negara-negara lain, serta fluktuasi harga komoditas global.

Namun, dengan kebijakan yang tepat, pengembangan produk unggulan, dan peningkatan efisiensi sektor perdagangan, Indonesia memiliki potensi untuk meraih target-target ekspor yang telah ditetapkan.

Fajarini menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 8 persen pada tahun 2029, sektor ekspor akan memainkan peran penting dalam mewujudkan tujuan tersebut. Target pertumbuhan ekspor sebesar 7,1 persen pada 2025, yang kemudian diproyeksikan meningkat menjadi antara 7 hingga 9,6 persen dalam lima tahun ke depan, menunjukkan optimisme dan komitmen Indonesia dalam memperkuat posisi ekonomi globalnya.

"Nah, ini merupakan satu target yang cukup luar biasa," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya