Garuda Indonesia Kesulitan Beli Pesawat, Kenapa?

Kementerian BUMN menyatakan dukungannya terhadap rencana penambahan armada pesawat oleh maskapai pelat merah, Garuda Indonesia dan Citilink

oleh Arief Rahman H diperbarui 06 Des 2024, 20:14 WIB
Diterbitkan 06 Des 2024, 20:10 WIB
Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga dalam konferensi pers Penurunan Tarif Pesawat di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (6/12/2024). (Sulaeman/Merdeka.com)
Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga dalam konferensi pers Penurunan Tarif Pesawat di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (6/12/2024). (Sulaeman/Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menyatakan dukungannya terhadap rencana penambahan armada pesawat oleh maskapai pelat merah, Garuda Indonesia dan Citilink. Namun, ia juga mengakui tantangan besar dalam industri penerbangan global yang belum sepenuhnya pulih.

"Yang pasti kita support Garuda dan Citilink supaya bisa menambah jumlah pesawat. Tapi kondisi global, terutama produksi pesawat, masih sulit," ujar Arya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (6/12/2024).

Tantangan Ketersediaan Pesawat

Arya mengungkapkan bahwa saat ini hanya ada dua produsen pesawat global yang mendominasi pasar, yaitu Boeing dan Airbus. Kondisi ini membuat ketersediaan pesawat menjadi sangat terbatas.

"Sekarang mencari pesawat itu sulit, barangnya memang belum ada. Jadi, kita tunggu bagaimana perkembangan dari produsen global," jelasnya.

Garuda Indonesia sendiri berencana menambah 15-20 pesawat pada 2025. Arya menyebut bahwa Kementerian BUMN masih menunggu proposal resmi dari Garuda terkait sumber pendanaan dan strategi pembelian armada baru tersebut.

"Kita tunggu proposal dari Garuda. Ada banyak opsi yang bisa dipertimbangkan, dan tahun depan kita akan evaluasi lebih lanjut," tambah Arya.

Langkah Garuda Indonesia: Jajaki Produsen dan Penyedia Lessor

Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, sebelumnya mengungkapkan bahwa pihaknya tengah aktif menjalin komunikasi dengan produsen pesawat seperti Boeing dan Airbus, serta penyedia jasa sewa pesawat (lessor).

"Kami sedang engage dengan vendor-vendor seperti Airbus, Boeing, dan beberapa lessor untuk mendukung rencana penambahan pesawat," ujar Wamildan.

Selain itu, Garuda juga membuka peluang kerja sama dengan maskapai besar lainnya. Namun, Wamildan belum memberikan rincian terkait nilai investasi yang akan dikeluarkan untuk penambahan pesawar tersebut.

"Angka investasi masih jauh untuk dibicarakan saat ini. Semua akan kami evaluasi lebih lanjut sebelum diumumkan," tegasnya.

 

Pendanaan Armada Baru: Bukan Hanya dari PMN

Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Wamildan menjelaskan bahwa pembiayaan penambahan pesawat akan dikomunikasikan dengan Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan.

Ia menegaskan bahwa dana untuk proyek ini tidak sepenuhnya berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN), melainkan sebagian juga menggunakan kas operasional perusahaan.

"Kami punya operational cash. Jadi, tidak semuanya akan diminta dari pemerintah. Ini akan kami koordinasikan dengan seluruh kementerian terkait," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya