Liputan6.com, Jakarta - PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau disebut Sritex tutup mulai 1 Maret 2025 setelah tak bisa keluar dari pailit. Hal itu membuat Sritex harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10.665 karyawannya.
Kurator kepailitan menyampaikan keputusan PHK terhadap lebih dari 10 ribu karyawan Sritex. Proses PHK dilakukan mulai 26 Februari 2025.
Advertisement
Baca Juga
Informasi PHK disampaikan tim kurator kepada karyawan Sritex melalui surat bernomor 299/PAILIT-SSBP/1l/2025 yang diterbitkan 26 Februari 2025. Tim kurator terdiri dari Denny Ardiansyah, Nur Hidayat, Fajar Romy Gumilar, dan Nurma Candra Yani Sadikin.
Advertisement
"Memberitahukan kepada nama-nama karyawan PT Sri Rejeki Isman, Tbk (Daftar Terlampir) sejak tanggal 26 Februari 2025 telah terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dikarenakan Perusahaan dalam keadaan Pailit," seperti tertulis dalam poin 3 surat tersebut, Jumat, 28 Februari 2025.
Seiring keputusan tersebut, Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk Iwan Kurniawan Lukminto mengapresiasi atas loyalitas dan dedikasi karyawan yang tetap bersama membangun perusahaan tekstil dan garmen itu.
"Kalau dihitung para karyawan ini sudah bersama selama 21.382 hari sejak Sritex berdiri pada 16 Agustus 1966," ujar Iwan Kurniawan Lukminto di Semarang, Jumat, 28 Februari 2025 seperti dikutip dari Antara.
Dia menuturkan, terdapat sekitar 8 ribu karyawan Sritex di Kabupaten Sukoharjo yang harus kehilangan pekerjaan akibat pailit tersebut Sementara secara keseluruhan, terdapat 12 ribu karyawan Sritex dan tiga anak usahanya yang kehilangan pekerjaan. "Kami berduka, namun kami harus terus memberi semangat," ujar dia.
Iwan juga mengapresiasi atas dukungan pemerintah selama proses kepailitan ini bergulir. Ia menegaskan manajemen Sritex akan kooperatif dan bekerja sama dengan kurator agar proses pemberesan tersebut bisa berjalan lancar. Iwan juga memastikan akan mengawal proses pemberesan kepailitan sehingga hak-hak para karyawan dipastikan terpenuhi.
Profil Iwan Kurniawan Lukminto
Adapun Sritex didirikan oleh H.M Lukminto pada 1966. Awalnya perusahaan ini bergerak sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo. Kemudian pada 1968, Sritex membuka pabrik cetak pertamanya yang hasilkan kain putih dan berwarna di Solo. Selanjutnya Perseroan terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai Perseroan terbatas pada 1978. Selanjutnya pada 1982, Sritex mendirikan pabrik tenun pertama.
Kepemimpinan perusahaan dipegang oleh Iwan Kurniawan Lukminto. Mengutip laman resmi Sritex, Pria kelahiran Surakarta, 22 Januari ini sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk sejak 2014.
Ia memiliki pengalaman dan juga aktif di dunia pertekstilan lebih dari 20 tahun. Iwan memiliki latar pendidikan Sarjana Business Administration dari Johnson & Wales University, Sarjana Business Administration dari Northearstern University dan Sarjana Business Administration dari Boston University.
Iwan Kurniawan Lukminto juga aktif di berbagai organisasi dan menjadi penggiat dalam mendukung seniman Lukis Indonesia.
Kini ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Kota Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Solo dan Dewan Pembina Asosiasi Pertekstilan Indonesia.
Â
Â
Â
Advertisement
Perjalanan Sritex
Di tengah masalah pelik yang dihadapi Sritex, berikut profil Sritex yang merupakan perusahaan tekstil dan garmen terbesar di Indonesia dikutip dari laman Sritex.co.id.
Sritex memiliki sejumlah divisi produksi antara lain spinning,weaving,fabric, dan weaving. Adapun Perseroan memasok benang untuk pabrik tekstil ke Amerika Serikat, China, Spanyol, Argentina, Brasil, Jepang dan Korea Selatan.
Selain itu, kain mentah Perseroan juga digunakan sebagai persediaan dan dikonsumsi secara luas baik di dalam dan luar negeri. Sritex juga menyediakan bahan jadi dengan permintaan konsumen ke berbagai perusahaan tekstil seperti Turki dan China. Tak hanya itu, Sritex juga sediakan produk garmen fashin dan seragam. Sejak 1990-an, produk garmen seragam pernah jadi unggulan Sritex. 33 negara telah memakai garmen seragam yang diproduksi Sritex. Sritex menyediakan seragam untuk kebutuhan korporat, sekolah dan lapangan kerja.
Sebelum mengembangkan empat divisi produksi itu, Sritex telah menempuh perjalanan panjang. Sritex didirikan oleh H.M Lukmindo sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo pada 1966. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1968, Perseroan membuka pabrik cetak pertama yang hasil kain putih dan berwarna di Solo.
Selanjutnya bisnis semakin ekspansif, dan terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai Perseroan terbatas pada 1978. Perseroan pun mendirikan pabrik tenun pertama pada 1982.
10 tahun kemudian tepatnya pada 1992, Perseroan memperluas pabrik dengan empat lini produksi yakni pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana.
Â
Produsen Seragam Militer untuk NATO
Pada 1994, Perseroan menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman.Selanjutnya pada 2001, Sritex selamat dari krisis moneter pada 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhan hingga delapan kali lipat dibandingkan waktu pertama kali terintegrasi pada 1992.
Pada 2010, Perseroan klaim mampu hadapi tantangan di tengah persaingan global. Pada 2012, Sritex mampu menggandakan pertumbuhan dan kinerja dibandingkan 2008.
Pada 2013, Perseroan mencatat sejarah baru. Sritex resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham SRIL.
Usai tercatat di bursa, Perseroan meningkatkan modal melalui non pre-emptive rights maksimal 10 persen dari total modal yang dikeluarkan pada 2017. Selain itu, terbitkan obligasi global senilai USD 150 juta yang jatuh tempo pada 2024.
Advertisement
