Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem yang terjadi pada sejumlah wilayah di Indonesia akan berlangsung hingga 11 Maret 2025 mendatang. Hal ini bisa menjadi waspada banjir di beberapa lokasi.
PT PLN (Persero) mengimbau seluruh pelanggan listrik untuk tetap waspada terhadap potensi banjir atau imbas cuaca ekstrem lainnya yang mungkin melanda.
Baca Juga
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto mengatakan, pihak ya telah menginstruksikan seluruh unit untuk bersiaga penuh guna pemulihan maupun memastikan keamanan jaringan kelistrikan masyarakat.
Advertisement
"Cuaca yang masih terbilang esktrem ini harus kita waspadai, petugas PLN terus bersiaga untuk memantau kondisi kelistrikan di setiap wilayah untuk keselamatan masyarakat," kata Adi, Kamis (6/3/2025).
Kelola Listrik
Adi menyampaikan beberapa tips menggunakan listrik agar aman dan nyaman saat cuaca ekstrem. Apabila terjadi banjir dan air memasuki area rumah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mematikan Miniature Circuit Breaker (MCB) pada kWh Meter.
Kedua, matikan aliran listrik yang tidak terpakai dengan mencabut peralatan elektronik dari stop kontak. Selanjutnya, pindahkan peralatan elektronik ke tempat yang aman dan tidak terjangkau air.
"Selain itu, apabila terlihat potensi gangguan atau ancaman keselamatan dari jaringan listrik akibat banjir atau imbas cuaca ekstrem lainnya, masyarakat dapat melaporkan serta meminta penghentian pasokan tenaga listrik sementara," jelas Adi.
Untuk mencegah potensi bahaya atau gangguan kelistrikan yang lebih luas, masyarakat dapat segera melapor ke PLN melalui berbagai kanal yang telah disediakan. Mulai dari aplikasi PLN Mobile, Contact Center PLN 123, atau menghubungi kantor unit PLN terdekat.
"Segera lakukan langkah tersebut agar terhindar dari potensi bahaya listrik. Sudah saatnya kita meningkatkan kewaspadaan khususnya saat terjadi hujan lebat yang berpotensi banjir karena air merupakan konduktor yang kuat," tutup Adi.
Tergantung Peran Aktif Pemda
Di sisi lain, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo menegaskan, kesuksesan pengendalian banjir di Jabodetabek sangat bergantung pada peran aktif pemerintah daerah (pemda).
Pernyataan ini diberikan lantaran mangkraknya proyek tanggul dan normalisasi sungai, yang membuat banjir Bekasi terjadi. Dody menyoroti bahwa keterlambatan proyek tanggul dan normalisasi sungai bukan hanya soal teknis, tapi juga administratif. Terutama dalam hal pembebasan lahan.
"Infrastruktur pengendali banjir pasti kita bangun dan kelola. Tapi tanpa kesiapan lahan dari pemda, proyek ini tidak bisa berjalan maksimal," ujar Dody pada kesempatan terpisah.
Menurut catatan Kementerian PU, pembangunan tanggul di Kali Bekasi saat ini baru mencapai 13,8 im dari total kebutuhan 33 km. Normalisasi Sungai Ciliwung juga baru terealisasi 17 km dari target 33 km.
Advertisement
Air Tembus Permukiman Belum Bertanggul
Dody mengatakan, banyak titik genangan di permukiman terjadi karena air masuk melalui area yang belum bertanggul. Menunjukkan bahwa percepatan proyek ini sangat diperlukan.
Selain lahan, masalah sampah juga menjadi perhatian serius Menteri PU. Ia mengingatkan, meskipun infrastruktur sudah dibangun, jika sungai dan saluran air terus dipenuhi sampah, maka sistem pengendalian banjir tidak akan optimal.
Dody pun telah menginstruksikan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk segera berkoordinasi dengan bupati, sekda, dan gubernur terkait pembebasan lahan dan pengelolaan sampah. Jika pemda tidak bergerak cepat, ia mengaku siap turun tangan langsung.
"Saya akan maksimalkan peran aktif pemda, khususnya dalam kesiapan lahan. Kalau ini nggak bergerak, ya saya yang turun tangan," tegasnya.
Ia menilai, permasalahan banjir tidak bisa dilepaskan dari tata ruang perumahan yang dikelola pemda. Oleh karena itu, selain mendukung pembangunan tanggul, pemda juga berkewajiban untuk merawat dan menjaga infrastruktur yang sudah ada agar tetap berfungsi di masa depan.
