Pertemuan bilateral lanjutan antara Indonesia dan Jepang memperkuat hubungan kerjasama investasi dalam proyek Metropolitan Priority Area (MPA) senilai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 399,8 triliun. Salah satunya adalah proyek pembangkit listrik panas bumi atau geothermal.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengungkapkan, pihak Jepang sepakat untuk meneruskan proyek pembangunan yang masuk dalam program MPA, diantaranya Mass Rapid Transit (MRT) dan pelabuhan Cimalaya, infrastruktur air bersih, pembangkit listrik (power plant) dan kota pintar (smart city).
"Nilai komitmen investasi tersebut yang tertuang dalam perjanjian MPA sebesar US$ 40 miliar. Dana itu untuk mendukung pembangunan MRT tidak hanya dari Selatan ke Utara atau berhenti di Bundaran HI tapi juga Timur ke Barat sampai Kota," papar dia usai menggelar pertemuan dengan delegasi Jepang di kantornya, Jakarta, Senin (14/7/2013).
Jepang, kata Hatta, tengah menjalani program stimulus ekonomi besar atau disebut Abenomics yang mencakup tiga tahapan. Untuk saat ini, Negeri Sakura itu masuk dalam tahap ketiga yaitu masa pertumbuhan yang ditandai dengan aksi menggenjot ekspansi besar-besaran.
"Makanya Jepang berkomitmen untuk meningkatkan volume perdagangan dan investasi di bidang otomotif, energi dan perdagangan. Diharapkan masa pemerintahan Abenomic ini bisa berkontribusi ke perekonomian global dan Indonesia," tukasnya.
Dari sisi energi, dia bilang, Jepang tertarik untuk meningkatkan investasi di pembangkit listrik panas bumi alias geothermal, tenaga angin, matahari dan biomass.
"Hampir seluruh proyek geothermal, Jepang selalu ikut, seperti di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa dan sebagainya. Jadi mungkin investasinya bisa ditambah," ucap Hatta.
Senior Vice Minister of Cabinet Office of Japan, Yasutoshi Nishimura mengaku, melalui Abenomics diharapkan nilai perdagangan dan investasi dengan Indonesia akan meningkat.
"Kami sepakat untuk mempererat kerjasama bilateral di bidang energi, infrastruktur dengan dana dari swasta maupun pemerintah. Juga membahas energi terbarukan dan geothermal," pungkasnya.(Fik/Shd)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengungkapkan, pihak Jepang sepakat untuk meneruskan proyek pembangunan yang masuk dalam program MPA, diantaranya Mass Rapid Transit (MRT) dan pelabuhan Cimalaya, infrastruktur air bersih, pembangkit listrik (power plant) dan kota pintar (smart city).
"Nilai komitmen investasi tersebut yang tertuang dalam perjanjian MPA sebesar US$ 40 miliar. Dana itu untuk mendukung pembangunan MRT tidak hanya dari Selatan ke Utara atau berhenti di Bundaran HI tapi juga Timur ke Barat sampai Kota," papar dia usai menggelar pertemuan dengan delegasi Jepang di kantornya, Jakarta, Senin (14/7/2013).
Jepang, kata Hatta, tengah menjalani program stimulus ekonomi besar atau disebut Abenomics yang mencakup tiga tahapan. Untuk saat ini, Negeri Sakura itu masuk dalam tahap ketiga yaitu masa pertumbuhan yang ditandai dengan aksi menggenjot ekspansi besar-besaran.
"Makanya Jepang berkomitmen untuk meningkatkan volume perdagangan dan investasi di bidang otomotif, energi dan perdagangan. Diharapkan masa pemerintahan Abenomic ini bisa berkontribusi ke perekonomian global dan Indonesia," tukasnya.
Dari sisi energi, dia bilang, Jepang tertarik untuk meningkatkan investasi di pembangkit listrik panas bumi alias geothermal, tenaga angin, matahari dan biomass.
"Hampir seluruh proyek geothermal, Jepang selalu ikut, seperti di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa dan sebagainya. Jadi mungkin investasinya bisa ditambah," ucap Hatta.
Senior Vice Minister of Cabinet Office of Japan, Yasutoshi Nishimura mengaku, melalui Abenomics diharapkan nilai perdagangan dan investasi dengan Indonesia akan meningkat.
"Kami sepakat untuk mempererat kerjasama bilateral di bidang energi, infrastruktur dengan dana dari swasta maupun pemerintah. Juga membahas energi terbarukan dan geothermal," pungkasnya.(Fik/Shd)