Punya Ponsel dan Motor Bukan Lagi Ukuran Tentukan Warga Miskin

Kepemilikan telepon seluler dan sepeda motor dinilai tidak lagi menjadi ukuran untuk menentukan masyarakat miskin atau tidak.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 30 Jul 2013, 14:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2013, 14:00 WIB
telkomsel-telpon-130720b.jpg
Saat ini kemajuan teknologi menjadi satu faktor penentu kemampuan masyarakat untuk terus berkembang. Dengan adanya kemajuan teknologi tersebut, telepon seluler (ponsel) dan sepeda motor dinilai tidak lagi menjadi ukuran untuk menentukan masyarakat miskin atau tidak.

Ini diungkapkan Wijayanto Samirin, Managing Director Paramadina Public Policy Institute (PPPI) yang menilai kepemilikan ponsel dan sepeda motor sudah lumrah bagi semua penduduk di Indonesia.

"Buktinya, dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia dari data yang saya terima sudah ada sekitar 250 juta handphone yang di-deliver ke mereka," ujar dia dalam diskusi BLSM, Akar Permasalahan dan Solusi Perbaikan di Energi Tower, Jakarta, Selasa (30/7/2013).

Wijayanto mengungkapkan setiap rumah tangga di Indonesia rata-rata memiliki satu sepeda motor bahkan bisa lebih. "Untuk motor, jumlah rumah tangga kita ada 60 juta keluarga sedangkan jumlah motor yang ada di Indonesia itu ada 77,6 juta motor. Ada kencenderungan motor menjadi satu sarana utama dia," lanjut dia.

Berkaitan dengan program pemerintah pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi mengenai pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), kedua indikator ini sering dipandang menjadi penerima BLSM.

Perihal ini, Wijayanto menilai hal ini tidak tepat lagi jika dijadikan penentu. "Handphone dan motor sesuai data perbandingan hidup kepala rumah tangga secara nasional, bukan merupakan indikator tingkat kesejahteraan yang lebih baik," tandas dia. (Yas/Nur)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya