Jepang <i>Ngebet</i> Bangun Kereta Super Cepat di Indonesia

Menhub mengaku terus dikejar Menhub Jepang terkait keinginannya membangun kereta super cepat di Indonesia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Sep 2013, 14:05 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2013, 14:05 WIB
kereta-cepat-130916b.jpg
Menteri Perhubungan EE Mangindaan mengaku menerima penawaran pembangunan kereta api super cepat dari Menteri Perhubungan Jepang. Pemerintah Negeri Sakura itu mengaku ingin membangu kereta api super cepat di Pulau Jawa.

Hal ini diungkapkannya usai menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementrian Perhubungan dengan PT Kereta Api Indonesia, PT Blue Bird Group, PT Dharma Lautan Utama dan PT Garuda Indonesia.

"Kebetulan saya baru dari Jepang, saya dikejar-kejar oleh Menteri Perhubungan Jepang, dia bilang saya siap investasi untuk membuat speed train di Indonesia," ungkapnya di Museum Transportasi, Taman Mini, Jakarta, Senin (16/9/2013).

Jika terealiasasi, jalur khusus kereta super cepat nantinya akan dibangun di atas jalur kereta biasa atau elevated. Kereta super cepat ini digadang memiliki kecepatan rata-rata 300 km/jam.

"Saya bilang, datang saja, mereka ingin bangun di atas double track, elevated, sehingga mampu 300km/jam. Jadi Jakarta-Surabaya bisa ditempuh 2,5 jam sudah sampai," jelasnya.

Disinggung tindak lanjut Pemerintah Indonesia terhadap keinginan Jepang tersebut, Mangindaan mengatakan masih harus menunggu peresmian duoble track di seluruh jalur kereta utara Pulau Jawa.

"Yang mereka inginkan kan tidak ada ganti rugi tanah, investor keinginannya seperti itu sehingga tidak terlalu lama, kalau akhir tahun ini bisa kita resmikan double track utara, tentunya dia akan pakai di atas double track, jadi elevated," paparnya.

Dengan adanya kereta super cepat ini, jalur bawah akan lebih difokuskan untuk kereta pengangkutan logistik. Sementara kereta super cepat hanya akan digunakan untuk mengangkut penumpang.

Lebih lanjut pemerintah berharap tiket kereta super cepat ini takkan dibanderol mahal karena mayoritas penduduk Indonesia berasal dari kalangan ekonomi menengah.

"Tinggal kita lihat perhitungan-perhitungannya, jangan sampai pakai tarif tinggi biar tidak memberatkan, nanti juga kerjasamanya juga panjang dari 40 tahun bisa jadi 50 tahun, agar tiket ini juga bisa terjangkau," tutupnya. (Yas/Shd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya