Jajaran dewan gubernur Bank Indonesia (BI) akhirnya memiliki personil lengkap. Hal ini seiring pengambilan sumpah Mirza Adityaswara sebagai Deputi Gubernur Senior BI oleh Mahkamah Agung.
Ekonom Indef, Ahmad Erani Yustika, berharap adanya duet Agus Martowardojo dan Mirza Adityaswara yang pernah sama-sama berkarier di PT Bank Mandiri Tbk dapat menciptakan team work yang baik untuk kebijakan BI ke depan. "Duet yang berasal dari Bank Mandiri ini diharapkan menciptakan teamwork yang bagus karena ada kepercayaan," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (3/10/2013).
Ahmad berharap, Mirza mampu menepis kekhawatiran pelaku pasar bahwa duet diantaranya keduanya akan menciptakan bank sentral yang lebih pro pasar. Upaya ini perlu juga disokong deputi gubernur BI yang berasal dari internal BI seperti Ronald Waas, Hendra, Perry Warjiyo, dan Halim Alamsyah.
"Kami berharap deputi gubernur BI ini dapat lebih konservatif dan lebih mementingkan kepentingan sektor keuangan yang menyeluruh. Kita lihat arah kebijakan mereka dalam tiga bulan hingga enam bulan ke depan, " kata Ahmad
Dalam pandangannya, bank sentral setidaknya memiliki sejumlah agenda besar yang harus diselesaikan dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi awal 2014, BI sudah mengambil alih fungsi pengawasan perbankan yang selama ini dipegang BI.
"Fokus BI ke depan untuk lebih menjaga stabilitas makro, pengendalian nilai tukar rupiah, dan inflasi," tutur Ahmad yang berharap bank sentral dapat segera membangun sistem pembayaran yang lebih efisien serta meningkatkan financial inclusion (melek terhadap produk keuangan).
Hal senada disampaikan Ekonom, David Sumual. Menurutnya, duet Agus Martowardojo dan Mirza Adityaswara cukup baik karena keduanya telah lama berkecimpung di sektor keuangan terutama perbankan. Selain itu, keduanya tokoh sentral di bank sentral ini juga pernah menempati posisi di lembaga pemerintah.
David berharap kebijakan BI ke depan akan lebih diprioritaskan pada upaya stabilisasi perekonomian nasional. Selama ini BI dinilai telah cukup banyak mengeluarkan kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi seperti menurunkan loan to deposit ratio (LDR) menjadi 92%, Giro Wajib Minimum (GMW) yang dinaikkan menjadi 4%, dan kenaikan BI Rate. "Ditambah kebijakan LTV untuk rumah indent, jadi itu sebenarnya upaya untuk menstabilkan perekonomian," kata David.
Dengan kondisi perekonomian global yang masih diselimuti ketidakpastian, BI juga diingatkan untuk mewaspadai setiap tantangan yang muncul di depan. BI diharapkan dapat memperkuat kestabilan perekonomian dan mengundang agar aliran dana kembali masuk ke Indonesia.Â
"Perlu dilakukan kebijakan yang menenangkan dan menstabilkan perekonomian di tengah gejolak ketidakpastian mulai dari keputusan pagu utang Amerika Serikat pada 17 Oktober 2013, pelaksanaan tapering oleh the Federal," tutur David. (Amh/Igw)
Ekonom Indef, Ahmad Erani Yustika, berharap adanya duet Agus Martowardojo dan Mirza Adityaswara yang pernah sama-sama berkarier di PT Bank Mandiri Tbk dapat menciptakan team work yang baik untuk kebijakan BI ke depan. "Duet yang berasal dari Bank Mandiri ini diharapkan menciptakan teamwork yang bagus karena ada kepercayaan," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (3/10/2013).
Ahmad berharap, Mirza mampu menepis kekhawatiran pelaku pasar bahwa duet diantaranya keduanya akan menciptakan bank sentral yang lebih pro pasar. Upaya ini perlu juga disokong deputi gubernur BI yang berasal dari internal BI seperti Ronald Waas, Hendra, Perry Warjiyo, dan Halim Alamsyah.
"Kami berharap deputi gubernur BI ini dapat lebih konservatif dan lebih mementingkan kepentingan sektor keuangan yang menyeluruh. Kita lihat arah kebijakan mereka dalam tiga bulan hingga enam bulan ke depan, " kata Ahmad
Dalam pandangannya, bank sentral setidaknya memiliki sejumlah agenda besar yang harus diselesaikan dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi awal 2014, BI sudah mengambil alih fungsi pengawasan perbankan yang selama ini dipegang BI.
"Fokus BI ke depan untuk lebih menjaga stabilitas makro, pengendalian nilai tukar rupiah, dan inflasi," tutur Ahmad yang berharap bank sentral dapat segera membangun sistem pembayaran yang lebih efisien serta meningkatkan financial inclusion (melek terhadap produk keuangan).
Hal senada disampaikan Ekonom, David Sumual. Menurutnya, duet Agus Martowardojo dan Mirza Adityaswara cukup baik karena keduanya telah lama berkecimpung di sektor keuangan terutama perbankan. Selain itu, keduanya tokoh sentral di bank sentral ini juga pernah menempati posisi di lembaga pemerintah.
David berharap kebijakan BI ke depan akan lebih diprioritaskan pada upaya stabilisasi perekonomian nasional. Selama ini BI dinilai telah cukup banyak mengeluarkan kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi seperti menurunkan loan to deposit ratio (LDR) menjadi 92%, Giro Wajib Minimum (GMW) yang dinaikkan menjadi 4%, dan kenaikan BI Rate. "Ditambah kebijakan LTV untuk rumah indent, jadi itu sebenarnya upaya untuk menstabilkan perekonomian," kata David.
Dengan kondisi perekonomian global yang masih diselimuti ketidakpastian, BI juga diingatkan untuk mewaspadai setiap tantangan yang muncul di depan. BI diharapkan dapat memperkuat kestabilan perekonomian dan mengundang agar aliran dana kembali masuk ke Indonesia.Â
"Perlu dilakukan kebijakan yang menenangkan dan menstabilkan perekonomian di tengah gejolak ketidakpastian mulai dari keputusan pagu utang Amerika Serikat pada 17 Oktober 2013, pelaksanaan tapering oleh the Federal," tutur David. (Amh/Igw)