Ketergantungan Indonesia terhadap produk impor diprediksi masih akan besar di 2014. Wakil Menteri Pedagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi memperkirakan nilai impor nasional masih akan sama seperti tahun ini, terutama pada barang modal dan bahan baku penolong.
Dia mengatakan, hal ini karena akan banyak realisasi dari kesepakatan investasi kurun 2012-2013 seperti pembangunan pabrik dan lain-lain yang masih berjalan hingga tahun depan.
"Impor kita tahun 2014 masih akan kuat dan masih akan sama yaitu barang modal dan bahan baku penolong, karena pembangunan pabrik dan segala macam kegiatan riil dari investasi tersebut masih berlangsung selama 18-24 bulan kedepan," ujar dia di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (16/11/2013).
Bayu menjelaskan implementasi dari investasi tersebut akan membuat tekanan yang cukup tinggi terhadap impor sehingga mau tidak mau harus dilakukan.
"Kita bisa bayangkan tekanan terhadap impor untuk mesin, bahan baku, bahan penolong masih akan tinggi juga," lanjutnya.
Meski demikian, Bayu menegaskan bahwa Indonesia harus bersiap akan hal tersebut karena negara ini masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Indonesia dikatakan harus menata ulang mengingat posisi ekonomi diprediksi masih relatif lebih lambat dari harapan pada tahun depan, seperti tekanan pada neraca perdagangan maupun pembayaran.
Namun Bayu juga meyakini, bahwa dengan masuknya banyak investor ini akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin kuat.
"Pada tahun 2015, yang sekarang investasi, ini akan mulai produksi dan sebagian ada yang melakukan ekspor. Kita bisa bayangkan, dengan pemulihan ekonomi, maka pertumbuhan Indonesia akan sangat mungkin jauh lebih besar dari sekarang," tandas dia. (Dny/Nur)
Dia mengatakan, hal ini karena akan banyak realisasi dari kesepakatan investasi kurun 2012-2013 seperti pembangunan pabrik dan lain-lain yang masih berjalan hingga tahun depan.
"Impor kita tahun 2014 masih akan kuat dan masih akan sama yaitu barang modal dan bahan baku penolong, karena pembangunan pabrik dan segala macam kegiatan riil dari investasi tersebut masih berlangsung selama 18-24 bulan kedepan," ujar dia di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (16/11/2013).
Bayu menjelaskan implementasi dari investasi tersebut akan membuat tekanan yang cukup tinggi terhadap impor sehingga mau tidak mau harus dilakukan.
"Kita bisa bayangkan tekanan terhadap impor untuk mesin, bahan baku, bahan penolong masih akan tinggi juga," lanjutnya.
Meski demikian, Bayu menegaskan bahwa Indonesia harus bersiap akan hal tersebut karena negara ini masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Indonesia dikatakan harus menata ulang mengingat posisi ekonomi diprediksi masih relatif lebih lambat dari harapan pada tahun depan, seperti tekanan pada neraca perdagangan maupun pembayaran.
Namun Bayu juga meyakini, bahwa dengan masuknya banyak investor ini akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin kuat.
"Pada tahun 2015, yang sekarang investasi, ini akan mulai produksi dan sebagian ada yang melakukan ekspor. Kita bisa bayangkan, dengan pemulihan ekonomi, maka pertumbuhan Indonesia akan sangat mungkin jauh lebih besar dari sekarang," tandas dia. (Dny/Nur)