Rupiah Menguat Usai Muncul Sinyal Penundaan Tapering Off

Kurs rupiah di pasar NDF tercatat menguat 0,5% menjadi 11.423 per dolar AS, atau tertinggi sejak sepekan terakhir.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 19 Nov 2013, 11:09 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2013, 11:09 WIB
rupiah-lemahh130821b.jpg
Kurs rupiah di pasar non delivered forward (NDF) untuk satu bulan ke depan menguat ke level tertinggi dalam sepekan terakhir usai merespons pernyataan para pejabat bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memberikan sinyal penundanaan penarikan dana stimulus dalam waktu dekat.

Dikutip dari data kurs valuta asing (Valas) Bloomberg, Selasa (19/11/2013), nilai tukar rupiah di pasar NDF menguat 0,5% menjadi 11.423 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:51 waktu Jakarta. Rupiah sebelumnya bahkan sempat menguat ke level 11.365. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak perdagangan 8 November.

Nilai tukar di pasar luar negeri juga tercatat menguat 1,7% lebih tinggi dibandingkan pasar spot. Di pasar bank domestik, harga emas melonjak 0,1% ke level 11.620 per dolar AS.

Sebelumnya, Gubernur Bank Sentral New York William Dudley mengatakan, pertumbuhan ekonomi AS masih belum cukup kuat untuk memacu peningkatan yang diperlukan di sektor ketenagakerjaan. Padahal, membaiknya sektor tenaga kerja merupakan indikator utama The Fed untuk menarik program stimulusnya.

Rilis hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini diprediksi memberikan kejelasan pada para investor tentang kapan The Fed akan mengurangi dana stimulusnya.

Baru-baru ini, peningkatan defisit transaksi berjalan nasional terbukti gagal menahan kemerosotan nilai tukar rupiah dan tak mampu menebus kerugian sebelumnya.

"Dolar melemah atas sejumlah pernyataan dari The Fed, hal itu mengurangi beberapa tekanan terhadap rupiah, tapi semuanya masih serba tidak pasti," ungkap pakar strategi mata uang di  Commonwealth Bank of Australia, Andy Ji.

Dia menjelaskan, rupiah masih akan terus menghadapi berbagai tekanan mengingat penyempitan nilai defisit transaksi berjalan masih terhitung rendah. (Sis/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya