Harga Properti Tumbuh Lebih Lambat di 2014

Fitch Ratings memperkirakan pesanan rumah pada tahun depan bakal melambat.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 24 Nov 2013, 19:05 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2013, 19:05 WIB
investasi-properti130212d.jpg
Masyarakat yang berniat memutar uang lewat investasi properti hendaknya mulai berhati-hati. Kenaikan harga rumah yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir diperkirakan bakal mulai melambat seiring ketatnya ketentuan yang diberikan otoritas terkait.

Tak hanya harga rumah, Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, dalam analisanya, seperti dikutip Minggu (25/11/2013) memprediksi pengembang properti hunian  akan menerima pesanan lebih sedikit pada 2014.  Pemicunya berasal dari keluarnya aturan hipotek yang lebih ketat untuk pembelian rumah bekas, harga jual rata-rata yang masih tinggi, serta pembangunan rumah baru yang makin terbatas.

Penurunan pesanan rumah akan lebih terlihat pada segmen properti kelas menengah ke atas di mana para pembeli biasanya menunda pembayarannya hingga rumahnya berhasil direnovasi.

Fitch menilai para pengembang properti hunian yang memiliki lahan luas, murah dan berkualitas tinggi dapat lebih berhemat di tengah rendahnya tingkat penjualan rumah tahun depan. Sementara para pengembang dengan lahan siap garap yang cukup luas dapat menghasilkan arus kas presale dan menarik kembali akuisisi lahan untuk menghemat pengeluaran sebagai ganti tertundanya modal tambahan.

Selama tiga tahun terakhir, harga-harga properti hunian Indonesia memang selalu meningkat tajam sekitar 30% per tahun. Meskipun kenaikan dalam jangka pendek mengundang kekhawatiran banyak pihak, namun hal ini tampaknya tak berlaku di Indonesia. Harga properti di negara ini masih jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangganya.

Setelah harganya menigkat lebih dari dua kali lipat, harga rumah di Indonesia sekarang bisa dibandingkan dengan properti hunian lain di luar negeri. Berdasarkan pengamatan Fitch atas rasio daya beli pada 2012, Jakarta berada di level 12,64, lebih tinggi dibanding Manila sebesar 14,69, Mumbai di level 13,61, dan Hanoi sebesar 29,46.

Namun Fitch memprediksi rata-rata harga jual properti akan melambat ke level yang lebih berkelanjutan di posisi 7%-10% setiap tahunnya. Kenaikan harga jual ini terjadi meski pemerintah membuat ketentuan lebih ketat pada pasar hipotek.

Dari catat Fitch, masyarakat Indonesia telah membatasi pilihan investasinya dan sebagian besar masih membeli rumah secara tunai. Sistem pembelian propoerti lewat pengajuan kredit tercatat hanya berjumlah sekitar 11% dari total pinjaman yang diberikan bank-bank di Indonesia hingga September 2013.

Hal ini membatasi dampak pembatasan permintaan dana hipotek di mana harga-harganya tak akan naik dalam jangka menengah.

Penduduk muda Indonesia juga memberikan dukungan penting pada permintaan properti hunian khususnya untuk rumah baru. Lebih dari 50% penduduk Indonesia  berusia 30 tahun ke bawah dan para pemuda ini diprediksi menjadi pembeli rumah baru di masa depan.(Sis/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya