Petinggi Kadin Keciduk Narkoba Paling Diburu Pembaca

Penangkapan salah satu petinggi Kadin Indonesia karena diduga memiliki narkotika jenis sabu telah menyita perhatian pembaca pada Senin ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Des 2013, 22:29 WIB
Diterbitkan 02 Des 2013, 22:29 WIB
artikel-bisnis-131202c.jpg
Di penghujung tahun 2013, berita mengejutkan datang dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).  Kali ini salah satu pengurus Kadin yaitu Wakil Ketua Umum Bidang Pembangunan Kawasan Perbatasan Kadin Indonesia Endang Kesumayadi ditangkap pihak kepolisian karena memiliki narkotika jenis sabu di Hotel Mercure, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

Artikel petinggi Kadin Indonesia yang diciduk polisi ini telah menyita perhatian pembaca Liputan6.com pada Senin (2/12/2013).
Selain itu, ketiga perusahaan minyak yang bergerak di bisnis ritel bahan bakar minyak (BBM) di Tanah Air telah melakukan perubahan harga pada awal Desember ini, paling diburu pembaca.

Puluhan artikel telah disajikan pada hari ini mulai dari petinggi Kadin yang diciduk polisi, harga emas, harga jual BBM, rupiah, dan neraca perdagangan Oktober yang mencatatkan surplus.

Ingin tahu artikel mana saja yang menyedot perhatian pembaca, berikut rinciannya:

1. Profil Endang Kesumayadi, Petinggi Kadin yang Keciduk Narkoba

Setelah diterpa isu dualisme kepemimpinan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia kembali harus menghadapi masalah baru.
Salah seorang petingginya, Endang Kesumayadi dilaporkan ditangkap aparat polisi karena diduga mengonsumsi narkoba jenis shabu. Endang Kesumayadi selama ini dikenal sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Pembangunan Kawasan Perbatasan Kadin Indonesia.

Dari hasil penelusuran Liputan6.com, Senin (2/12/2013), pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini sejak awal telah meniti karier sebagai pebisnis di sektor pertambangan batu bara. Sebelum menjadi petinggi Kadin pusat, Endang menjabat sebagai Ketua Kadin Banjarmasin.

2. Dahlan Iskan: Tiga Musuh Baru Direksi BUMN

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan menyebutkan, para direksi BUMN kini menghadapi ujian alam antara lain menghadapi gejolak ekonomi. Terutama ketika dolar mencapai Rp 12 ribu seperti yang terjadi sejak pekan lalu.

Ia menambahkan, risiko perusahaan kini terbentang di depan mata. Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi tersebut, Dahlan menilai, antusias dan integritas tidak cukup. Selain itu, para direksi BUMN menghadapi tiga musuh antara lain pertama ketidakkompakan.

Dalam suasana seperti sekarang ini direksi harus merupakan satu tim yang solid. Kedua, rakus. Direksi tidak boleh menambah-nambah fasilitas untuk dirinya. Ketiga, tidak peduli pada detil. Direksi tidak boleh lagi hanya tahu yang besar-besar.

3. Pertamina, Shell & Total, Mana yang Jual BBM Termurah?

Di awal Desember, ketiga perusahaan minyak yang bergerak di bisnis ritel bahan bakar minyak (BBM) di Tanah Air telah melakukan perubahan harga terutama harga BBM non subsidi.

Kenaikan harga itu beragam mulai dari Rp 50-Rp300. Penjualan harga BBM non subsidi beroktan 92 bermerek Shell Super naik Rp 50 menjadi Rp 10.300 per liter. Sedangkan BBM bermerek V-Power atau setara Pertamax Plus naik Rp 100 per liter menjadi Rp 11.900 per liter.

Sementara itu, Pertamina menaikkan harga Pertamax sebesar Rp 100 menjadi Rp 10.150 per liter pada Minggu, 1 Desember 2013. Begitu pun dengan harga Pertamax Plus naik Rp 300 menjadi Rp 11.950 per liter.

Sedangkan Total Oil Indonesia hingga kini belum menaikkan harga jual BBM non subsidinya. Harga Performance 92 masih di Rp 10.450 per liter, dan Performance 95 dijual seharga Rp 11.950 per liter.

4. Harga Emas Kian Terperosok di awal Desember

Menurut Analis Megagrowth Futures Wahyu Tri Laksono, emas masih berpotensi melemah pada pekan ini, terutama jika data ekonomi Amerika Serikat khususnya nonfarm payroll (NFP) pada Jumat mendatang  dirilis lebih baik dari dugaan.

Pada pekan ini terdapat banyak data ekonomi penting yang layak dinanti karena akan mempengaruhi arah pergerakan harga emas.
Rapat moneter sejumlah bank sentral di Australia, Eropa dan Inggris. Sedangkan dari AS, pasar menantikan pidato Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Ben Bernanke dan yang terpenting dalah rilis data NFP.

5. Indonesia Kehilangan 5 Juta Petani

Di tengah penurunan jumlah rumah tangga yang berusaha di sektor pertanian, masyarakat yang menekuni bisnis di subsektor budidaya ikan justru meningkat. Menjamurnya petambak ikan ini terjadi akibat melonjaknya permintaan ikan laut di pasar dalam maupun luar negeri.

Kepala BPS, Suryamin menuturkan, jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun ini tercatat sebanyak 26,14 juta rumah tangga atau susut 16,32% dibanding tahun 2003 sebanyak 5,1 juta rumah tangga. Setahun sebelumnya, Indonesia tercatat masih memiliki 31,23 juta rumah tangga petani.(Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya