Indonesia terus menunjukkan kekuatannya di bidang ekonomi dengan berhasil mempertahankan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di atas 6% secara berkelanjutan sejak 2010. Meski demikian, Indonesia dianggap masih kurang memanfaatkan potensi para tenaga kerja muda di Tanah Air.
Mengutip jurnal bisnis yang dirilis lembaga riset Gallup, Rabu(18/12/2013) Indonesia menunjukkan peningkatan ekonomi sejak 2006 yang terlihat dari peringkat kualitas hidup, dan kepuasan masyarakat terhadap layanan pendidikan dan kesehatan. Setiap aspek ekonomi cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Akan tetapi, dengan kondisi tersebut, Indonesia tampaknya belum maksimal memanfaatkan berbagai peluang ekonomi yang tersedia. Sebagai negara dengan penduduk multikultural dan memiliki banyak bahasa daerah, Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan domestik.
Untungnya Indonesia memiliki satu aset besar dan berharga yaitu tenaga kerja muda dan dinamis yang jumlahnya melimpah. Generasi muda tersebut dapat memegang peranan penting sebagai penggerak roda pertumbuhan ekonomi negara.
Memang, tak hanya Indonesia, negara tetangga di kawasan Asia Tenggara juga memiliki aset serupa. Artinya, kesuksesan ekonomi di negara-negara tersebut sangat tergantung pada bagaimana cara pemerintah mengelola para tenaga kerja muda terbaiknya.
Dalam laporan penelitiannya, Gallup membeberkan fakta yang cukup mengejutkan. Hanya 8% dari tenaga kerja muda Indonesia yang terikat pekerjaan tetap. Sementara 77% lainnya bekerja tanpa terikat kontrak dengan perusahaan.
Jika para pebisnis dari perusahaan milik negara dan swasta tidak menyadari betapa pentingnya penciptaan lowongan kerja bagi generasi muda, perekonomiannya bisa dipastikan ketar-ketir dalam beberapa tahun ke depan.
Mengingat ekonomi Indonesia yang masih perlu tumbuh lebih jauh, kepemimpinan bisnis yang efektif akan menjadi salah satu faktor penentu. Gallup menilai, para pemimpin di Indonesia harus memahami tantangan lingkungan bisnis lokal dan mampu menangkap berbagai peluang yang tersedia lewat generasi muda.
Para pengusaha juga dituntut untuk jeli dalam merekrut dan mempertahankan para pegawai berbakat serta menjadikannya sebagai aset perusahaan. Langkah tersebut perlu diambil guna menciptakan suasana kerja yang lebih kompetitif baik bagi karyawan maupun perusahaan.
Manajer di sejumlah perusahaan juga dituntut menjadi pembina bagi para generasi muda. Selama ini tradisi seperti itu belum banyak berhasil dikembangkan di dunia kerja Indonesia khususnya pada para pegawa berusia muda. Perusahaan-perusahaan yang mampu mendorong para karyawannya untuk lebih meningkatkan produktivitas, profitabilitas dan kinerjanya.
Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia berpotensi untuk menjadi pemimpin pergerakan ekonomi di Asia Tenggara. Tetapi untuk sampai ke sana, para pengusaha perlu mengubah budaya kerja dan mengganti sistem perekrutan tenaga kerja yang diterapkan saat ini. Sebelum berhasil memanfaatkan potensi generasi muda yang melimpah saat ini, Indonesia akan kesulitan menumbuhkan ekonominya. (Sis/Ndw)
Mengutip jurnal bisnis yang dirilis lembaga riset Gallup, Rabu(18/12/2013) Indonesia menunjukkan peningkatan ekonomi sejak 2006 yang terlihat dari peringkat kualitas hidup, dan kepuasan masyarakat terhadap layanan pendidikan dan kesehatan. Setiap aspek ekonomi cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Akan tetapi, dengan kondisi tersebut, Indonesia tampaknya belum maksimal memanfaatkan berbagai peluang ekonomi yang tersedia. Sebagai negara dengan penduduk multikultural dan memiliki banyak bahasa daerah, Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan domestik.
Untungnya Indonesia memiliki satu aset besar dan berharga yaitu tenaga kerja muda dan dinamis yang jumlahnya melimpah. Generasi muda tersebut dapat memegang peranan penting sebagai penggerak roda pertumbuhan ekonomi negara.
Memang, tak hanya Indonesia, negara tetangga di kawasan Asia Tenggara juga memiliki aset serupa. Artinya, kesuksesan ekonomi di negara-negara tersebut sangat tergantung pada bagaimana cara pemerintah mengelola para tenaga kerja muda terbaiknya.
Dalam laporan penelitiannya, Gallup membeberkan fakta yang cukup mengejutkan. Hanya 8% dari tenaga kerja muda Indonesia yang terikat pekerjaan tetap. Sementara 77% lainnya bekerja tanpa terikat kontrak dengan perusahaan.
Jika para pebisnis dari perusahaan milik negara dan swasta tidak menyadari betapa pentingnya penciptaan lowongan kerja bagi generasi muda, perekonomiannya bisa dipastikan ketar-ketir dalam beberapa tahun ke depan.
Mengingat ekonomi Indonesia yang masih perlu tumbuh lebih jauh, kepemimpinan bisnis yang efektif akan menjadi salah satu faktor penentu. Gallup menilai, para pemimpin di Indonesia harus memahami tantangan lingkungan bisnis lokal dan mampu menangkap berbagai peluang yang tersedia lewat generasi muda.
Para pengusaha juga dituntut untuk jeli dalam merekrut dan mempertahankan para pegawai berbakat serta menjadikannya sebagai aset perusahaan. Langkah tersebut perlu diambil guna menciptakan suasana kerja yang lebih kompetitif baik bagi karyawan maupun perusahaan.
Manajer di sejumlah perusahaan juga dituntut menjadi pembina bagi para generasi muda. Selama ini tradisi seperti itu belum banyak berhasil dikembangkan di dunia kerja Indonesia khususnya pada para pegawa berusia muda. Perusahaan-perusahaan yang mampu mendorong para karyawannya untuk lebih meningkatkan produktivitas, profitabilitas dan kinerjanya.
Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia berpotensi untuk menjadi pemimpin pergerakan ekonomi di Asia Tenggara. Tetapi untuk sampai ke sana, para pengusaha perlu mengubah budaya kerja dan mengganti sistem perekrutan tenaga kerja yang diterapkan saat ini. Sebelum berhasil memanfaatkan potensi generasi muda yang melimpah saat ini, Indonesia akan kesulitan menumbuhkan ekonominya. (Sis/Ndw)