Gita Wirjawan Mundur, Ini Kata Ekonom

Sejumlah ekonom sepakat langkah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mundur dari jabatannya merupakan langkah profesional.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Jan 2014, 14:54 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2014, 14:54 WIB
gita-wirajawan-3-140131b.jpg
Langkah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mundur dari jabatannya untuk fokus mengikuti konvensi partai Demokrat dinilai tepat. Pengunduran diri Gita Wirjawan tersebut untuk menghindari konflik kepentingan.

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Destry Damayanti mengakui, pengunduran diri Menteri Perdagangan Gita Wirjawan tersebut merupakan langkah profesional. Gita Wirjawan dapat konsentrasi berpolitik dalam mengikuti konvensi partai Demokrat.

Namun Destry menyayangkan, waktu pengunduran diri Gita Wirjawan yang hanya tersisa beberapa bulan sebelum pelaksanaan pemilihan umum Presiden pada Oktober mendatang. Padahal Indonesia menghadapi masalah dalam neraca perdagangan dan transaksi berjalan.

"Waktunya memang tinggal pendek, ia mengikuti konvensi sejak tahun lalu, mungkin dirinya tidak berlalu bebas dan menyita perhatian di konvensi ini. Pengunduran diri ini bisa membuat dirinya fokus ke konvensi. Saya akui ini langkah bagus dan profesional, " ujar Destry, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (31/1/2014).

Hal senada dikatakan, Ekonom Ahmad Erani Yustika. Ia mengapresiasi langkah Gita Wirjawan untuk mundur dari posisi Menteri Perdagangan. "Bila masih menjabat jadi menteri maka ada conflict of interest-nya, selain itu nanti tugas jadi menteri bisa terbengkalai," kata Ahmad.

Oleh karena itu, dengan sisa waktu pemerintahan kabinet Indonesia Bersatu II yang tinggal beberapa bulan saja, Destry mengharapkan pengganti Gita Wirjawan berasal dari orang dalam, dan menguasai perdagangan baik dalam negeri dan luar negeri.

Ahmad pun setuju mengenai hal tersebut. Sebaiknya menurut dia, memang orang dalam yang telah menguasai bidang perdagangan untuk melanjutkan kebijakan yang sudah ada, dan membenahi kekurangan di Kementerian Perdagangan.

Pengganti Gita Wirjawan memang diperhadapkan dengan banyak persoalan perdagangan baik dalam negeri dan luar negeri. Saat ini  persoalan yang dihadapi di Kementerian Perdagangan mulai dari tata niaga impor, pengendalian harga, pasokan pangan tak stabil, bea cukai, penyelundupan, dan persiapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015.

"Memang waktu terbatas sisa efektif pemerintahan tinggal enam bulan lagi. Lebih baik wakilnya saja pak Bayu yang menggantikan, jadi tidak harus dari nol lagi. Kalau ada orang baru maka harus adaptasi dan itu butuh proses," ujar Ahmad.

Adapun saat menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Destry menilai Gita memang  kurang pas dalam bidang tersebut. Hal itu karena Gita harus berhadapan dengan birokrasi dan masalah teknis serta koordinasi dengan Kementerian lainnya.

Destry menuturkan, Gita Wirjawan memang cukup berani untuk menghentikan sejumlah impor beberapa produk hortikultura, namun sayang hal itu tidak diikuti dengan kesiapan Kementerian lainnya.

"Beliau orang cukup berani dengan mengambil keputusan menghentikan sejumlah impor hortikultura tetapi saat itu kementerian lain belum mendukung ke sana, akhirnya menjadi blunder," kata Destry.

Meski demikian, menurut Destry, Gita Wirjawan merupakan sosok yang memiliki kepercayaan diri tinggi. Hal itu pun mendukung dirinya ketika menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kepercayaan diri Gita membuat pandangan investor mengenai Indonesia menjadi positif. (Ahm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya