Liputan6.com, Jakarta: Indonesia merayakan HUT Kemerdekaan yang ke-70 hari ini. 17 Agustus menjadi tanggal yang sakral yang selalu dirayakan dan disyukuri. Bagi insan sepak bola Indonesia, HUT Kemerdekaan RI yang ke-70 ini boleh dibilang cukup pahit.
Bagaimana tidak, sepak bola Indonesia malah terbelenggu saat ini. Alih-alih semakin merdeka dalam melakukan kegiatan, beraktifitas olahraga sepak bola malah dibatasi dan dibelenggu oleh aturan-aturan yang dibuat pemerintah atau aparat keamanan dalam hal ini Polri.
Kemerdekaan merupakan hak dari seluruh masyarakat Indonesia di bidang apapun. Tidak terkecuali di bidang olahraga Sepakbola. Apalagi konstitusi Indonesia menjamin hak berekspresi seperti dituangkan di Pasal 28C UUD 1945 amandemen.
Tetapi sejak beberapa bulan ini, sepakbola Indonesia mati suri. Kompetisi dan kegiatan sepakbola nasional dihentikan paksa oleh Menpora melalui keputusan pembekuan PSSI. Dampaknya ribuan masyarakat sepakbola Indonesia kehilangan hak untuk bermain dan juga menikmati sepak bola.
"Hakekat merdeka adalah berdaulat dan dapat melakukan aktivitas tanpa belenggu dari pihak lain, baik di dalam negeri dan di kancah internasional," ujar Ketua Umum PSSI La Nyalla Mahmud Mattalitti kepada di Jakarta, Minggu (16/8) malam.
Buruknya lagi, akibat pembekuan PSSI, Indonesia kini dibekukan FIFA. Indonesia tak bisa lagi berkiprah di dunia sepak bola Internasional karena sudah melanggar statuta FIFA.
"Apakah ini makna kemerdekaan? Ketika kita kehilangan hak berekspresi dan hak ekonomi?" sambung La Nyalla.
2
Sejak sepak bola profesional digulirkan sejak 1994 lalu, baru tahun ini sepak bola Indonesia mati total.Sebelumnya, kompetisi selalu berjalan mulus meski masalah di PSSI selalu muncul.
Itu semua bermula dari dibekukannya PSSI oleh Kemenpora lewat SK yang dikeluarkannya pada April lalu. SK Pembekuan itu pun sudah dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Meski begitu, Menpora masih bergeming dan seolah tak mendengar hasil keputusan itu. Kemenpora bersikukuh hasil sidang PTUN belum final karena pihaknya masih mengajukan banding ke pengadilan.
Seharusnya, Indonesia Super League (ISL) sudah bergulir sejak Maret. Namun tanggal penyelenggaraan terus mundur dan mundur. Alasannya, 2 klub ISL yaitu Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dinyatakan tak lolos verifikasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Konflik terus berlarut-larut hingga akhirnya keluarlah SK Pembekuan PSSI. SK ini dikeluarkan beberapa jam sebelum Kongres PSSI di Surabaya menetapkan La Nyalla Matalitti sebagai Ketua Umum PSSI.
Kubu PSSI berulang-ulang mencoba melunak dan mengalah. PSSI berulang-ulang mengajak Menpora Imam Nahrawi untuk berdialog tapi terus-terusan menghindar. Perdamaian dan selesainya kisruh PSSI dan Menpora pun bak jauh panggang dari api kala itu.
Menpora selalu berdalih ingin membuat tata kelola sepak bola Indonesia menjadi lebih baik. Namun, Menpora melakukannya dengan pendekatan kekuasaan. Sehingga,prosedur baku untuk menata sepak bola pun dilabrak. Tak hanya aturan nasional, aturan yang berlaku di skala internasional yang ada di statuta FIFA pun diacuhkan.
"Jangan kita selalu menyebut negara ini berdaulat sehingga tak perlu tunduk kepada FIFA. Itu salah besar. Ini bukan masalah kedaulatan tapi tunduk dengan aturan main yang berlaku di dunia internasional. Mudah-mudahan Presiden Jokowi mengerti, maka beliau akan menegur pembantunya yang terus melakukan kesalahan. Entah karena tidak peduli atau memang tidak mengerti," tutur eks ketum PSSI, Agum Gumelar kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Advertisement
3
Pada 15 Agustus kemarin, Piala Kemerdekaan digulirkan. Ini turnamen bentukan Kemenpora lewat Tim Transisi mereka, tim yang sebenarnya ilegal jika mengacu kepada keputusan PTUN. Piala Kemerdekaan secara resmi dibuka Presiden Jokowi.
Publik sepak bola berharap banyak kepada Jokowi. Diharapkan, Presiden RI ke-7 ini memberikan keputusan yang bijak atas kisruh antara Menpora versus PSSI yang tak pernah berkesudahan.
Dalam pidatonya, Jokowi memberikan angin segar. Dia berjanji akan mendukung semua kompetisi."Kalau tugas saya, mendorong sebanyak-banyaknya kompetisi," kata Presiden Jokowi, usai menyaksikan pertandingan Piala Kemerdekaan di Stadion Maulana Yusuf, Kota Serang, Banten, Sabtu (15/08/2015).
Apakah janji ini akan ditepati? Setelah Piala Kemerdekaan, Piala Presiden bakal dibuka di Gianyar Bali pada 30 Agustus mendatang. Turnamen yang dihelat Mahaka ini menampilkan 16 klub papan atas Indonesia.
Lalu akhir Oktober, PT Liga Indonesia berencana untuk menggelar Indonesia Super League. Semoga janji Jokowi untuk dukung semua kompetisi benar-benar ditepati. Merdeka! (Def/Rjp)