Liputan6.com, Jakarta - Persiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah MotoGP 2017 mendapat tantangan dari negara Eropa, Finlandia. Dikabarkan kini pemegang hak komersil MotoGP, Dorna Motor Sport, melihat potensi yang dimiliki negara Skandinavia itu.
Namun Direktur Sirkuit Sentul, Tinton Soeprapto, menyebut sudah berkomunikasi dengan Dorna terkait hal itu. Ia menjelaskan saat ini Indonesia masih memiliki waktu hingga akhir Januari 2016 mendatang untuk menyelesaikan kontrak.
Baca Juga
- Moratti: Pemecatan Mourinho Menyedihkan
- Skuat Juventus Heboh Sambut Natal
- Begini Komentar Perdana Mourinho Setelah Dipecat Chelsea
"Saya sudah berkomunikasi dengan Dorna. Mereka bilang tenang saja, tidak ada masalah, jika ada kabar baru, kami (Dorna) akan telepon Anda lebih dulu," ucap Tinton saat dihubungi Liputan6.com (21/12).
Rencananya Tinton akan bertemu dengan pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Pariwisata, Bappenas, hingga PU di kantor Kemenpora, Selasa (22/12/2015). Pada pertemuan itu, Tinton berharap ada komunikasi langsung antara pihak pemerintah dengan Dorna dan desainer sirkuit, Hermann Tilke.
"Secepat mungkin Keppres harus sudah keluar bulan Desember ini, karena Januari nanti kontrak harus sudah beres," kata Tinton.
Desain Sirkuit Dikebut
Saat ini pihak Indonesia berusaha sesegera mungkin menyelesaikan desain sirkuit agar dapat dikirimkan pada pihak Dorna. Desain Sirkuit merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan keputusan kontrak dari Dorna.
"Saya baru saja menyelesaikan topografi sirkuit Sentul. Nanti hasil itu akan kami serahkan pada Hermann Tilke untuk segera mendapatkan kontrak desain. Jika desainnya sudah selesai, kami akan kirimkan ke Dorna," ujar ayah dari Ananda Mikola itu menegaskan.
Tidak tanggung-tanggung, dalam pengerjaan tersebut Sirkuit Sentul akan diproyeksikan untuk dapat menggelar MotoGP dan Formula One (F1). Namun jika sampai akhir Januari 2016 tidak ada kesepakatan kontrak antara Indonesia dengan Dorna, maka niat Indonesia menggelar ajang MotoGP 2017 sirna.
"Kalau lewat dari tanggal itu, bisa jadi Finlandia. Karena mereka sudah punya barangnya, tidak perlu repot-repot untuk bangun ini-itu," jelas Tinton.
Advertisement