Duel AS Vs Meksiko Terpengaruh Terpilihnya Donald Trump

Amerika Serikat akan bertemu dengan Meksiko pada Sabtu (12/11/2016) pagi.

oleh Risa Kosasih diperbarui 11 Nov 2016, 12:51 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2016, 12:51 WIB

Liputan6.com, Ohio - Gelandang Amerika Serikat Alejandro Bedoya mengungkapkan kekhawatirannya kalau bentrokan AS dengan Meksiko pada Sabtu (12/11/2016) besok akan akan dibumbui isu politik usai pemilu presiden pada 9 November lalu. Kedua tim ini akan bertemu dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018 di MAPFRE Stadium, Ohio.

Presiden Amerika terpilih Donal Trump sejak awal bersikap tegas pada fenomena imigran gelap dari Meksiko yang masuk ke negaranya. Dia bahkan berencana membangun tembok besar di daerah perbatasan sampai mendeportasi belasan juta imigran ilegal.

"Orang-orang ingin mempolitisir pertandingan ini, tapi saya pikir hal itu tidak perlu. Saya rasa banyak urusan dalam negeri yang mesti dilakukan," ucap Bedoya seperti dilansir Sportingnews.com, pada Jumat (12/11/2016) siang.

Bedoya, yang merupakan keturunan Kolombia, menyalahkan media yang membuat suasana menjadi keruh sejak pemilu presiden Amerika. Jelang bentrokan dengan Meksiko, pemilik 55 caps dengan timnas tersebut berharap tak terpengaruh dengan isu negatif soal imigran.

"Ini sangat kompleks, negara yang menarik. Saya pikir Anda bisa melihat kota-kota urban dan sisanya di Amerika ini, ada banyak keputusasaan dan kepanikan ekonomi. Ini lebih dari yang Anda bicarakan sekarang, ada retorika negatif di luar sana," ucap Bedoya.

Senada dengan Bedoya, kapten tim Michael Bradley menyatakan dukungannya pada sistem pemerintahan baru yang akan dimiliki Amerika ke depan. Dia yakin aturan ketat soal pendatang baru di Negeri Paman Sam adalah yang yang terbaik untuk semua rakyat Amerika.

"Kami sebagai orang Amerika, menghormati secara penuh siapapun dan mengapresiasai tak hanya keturunan Meksiko-Amerika, tapi semua orang dari seluruh dunia yang datang dan membangun kehidupan bari di negara kami," ucap Bradley.

"Kami menghormati sistem kami, kami menghormati demokrasi kami. Saya pikir kami tidak punya pilihan tetapi untuk punya keyakinan dalam sistem kami dan presiden baru ini, bahwa dia akan membuat keputusan terbaik untuk semua orang di negeri ini," ucap Bradley.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya