5 Pemain Belanda Tersukses di Liga Italia

Liga Italia Serie A kedatangan satu lagi pemain Belanda musim panas ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jul 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2017, 10:00 WIB
Trio Legenda AC Milan
Trio legenda AC Milan: Dari kiri ke kanan: Frank Rijkaard, Marco van Basten, Ruud Gullit (Istimewa)

Liputan6.com, Milan - Liga Italia Serie A kedatangan satu lagi pemain Belanda di bursa transfer musim panas ini. Dia adalah Rick Karsdorp yang diboyong oleh AS Roma dari Feyenoord Rotterdam seharga 14 juta euro.

Karsdorp merupakan pemain binaan Akademi Feyenoord. Pemain berusia 22 tahun itu mulai masuk tim senior sejak tahun 2014.

Tercatat, sebelum pindah ke Roma, ia total tampil dalam 101 pertandingan, menyumbang satu gol dan 19 assist. Musim lalu, ia sukses mengantarkan Feyenoord menjadi juara Liga Belanda. Sedangkan bersama Timnas Belanda, Karsdorp sudah mengoleksi tiga caps sejak Oktober 2016.

Di Serie A, Karsdorp akan bersua kompatriotnya, yang juga mantan rekannya saat berkostum Feyenoord, Stefan De Vrij, yang kini bermain untuk Lazio. Mereka berdua akan sama-sama berada di Kota Roma, ibukota Italia.

De Vrij sendiri sudah merumput di Italia sejak musim panas tahun 2014. Bek berusia 25 tahun itu direkrut dengan nilai transfer 7 juta euro.

Bersama Lazio, ia sudah membuktikan diri sebagai salah satu bek tangguh di Serie A. Ia pun banyak diminati oleh klub-klub besar seperti Inter Milan, Manchester United, dan Chelsea.

Sebelum Rick Karsdorp dan De Vriij, sudah banyak pemain-pemain asal Belanda yang merumput di Italia. Tidak sedikit pula pemain asal Negeri Kincir Angin itu yang mendulang kesuksesan saat membela klub Liga Italia. Berikut lima di antaranya terbilang paling sukses.

Saksikan video menarik berikut ini:




1. Ruud Gullit

Ruud Gullit
Ruud Gullit dua kali memperkuat AC Milan

Ruud Gullit direkrut dari PSV Eindhoven pada musim panas tahun 1987. Kala itu, perekrutannya merupakan bagian dari proyek besar di awal kedatangan Silvio Berlusconi. Ia membela Milan selama enam musim, dan total menyumbang 53 gol dalam 165 penampilan di semua kompetisi.

Berkat sumbangsihnya itu, Ruud Gullit, yang bermain sebagai playmaker, mengantarkan AC Milan menyabet tiga gelar Scudetto (1987–88, 1991–92, 1992–93), tiga gelar Supercoppa Italiana (1988, 1992, 1994), dua Piala Eropa atau sekarang Liga Champions (1988–89 dan 1989–90), dua Piala UEFA Super Cup (1989 dan 1990), dan dua Piala Intercontinental (1989 dan 1990).

Tak hanya mengantarkan Milan meraih banyak trofi, Gullit juga mengukir prestasi pribadi yang mengesankan. Ia antara lain memenangkan trofi Ballon d'Or (pemain terbaik Eropa) pada tahun 1987, atau pada musim perdananya membela AC Milan.

2. Marco Van Basten

Van Basten
Bersama Rossonerri, kemampuan mengolah Si Kulit Bundar Van Basten semakin meningkat. Ia mampu membawa pulang tiga trofi Ballon d’Or yakni pada 1988, 1989, serta 1992.( pinterest.com)

Selain Ruud Gullit, AC Milan juga mendatangkan Marco Van Basten di masa yang sama, yakni di musim panas tahun 1987. Duo Belanda itu menandai awal kejayaan AC Milan di bawah kepemimpinan Silvio Berlusconi, pada saat itu.

Van Basten membela I Rossoneri selama tujuh tahun, atau setahun lebih lama dibanding Ruud Gullit. Bahkan, bersama Milan pula ia menyudahi karier sepak bolanya, yakni di tahun 1995.

Selama tujuh musim membela Milan, pria yang kini berusia 52 tahun itu mencetak 128 gol dan menyumbang 5 assist dalam 201 pertandingan.

Ia mempersembahkan empat gelar Serie A (1987–88, 1991–92, 1992–93, 1993–94), empat Piala Supercoppa Italia (1988, 1992, 1993, 1994), dua gelar Liga Champions (1988–89 dan 1989–90), dua Piala UEFA Super Cup (1989 dan 1990), dan dua Piala Intercontinental (1989 dan 1990).

Untuk prestasi pribadi, Van Basten sukses memenangkan gelar Ballon d'Or sebanyak tiga kali, yakni tahun 1988, 1989, dan 1992.

3. Frank Rijkaard

Frank Rijkaard
Frank Rijkaard (AFP PHOTO/ JOSÉ LUIS ROCA)

Belum puas dengan Ruud Gullit dan Van Basten, AC Milan mendatangkan Frank Rijkaard setahun kemudian, atau pada musim panas 1988.

Itu pula sebabnya era kejayaan Milan di tahun 1980-an dikenal dengan keberadaan trio Belanda.

Rijkaard bermain untuk I Rossoneri selama lima tahun. Ia merupakan gelandang bertahan yang kuat dan lincah.

Di samping itu, ia juga dikenal dengan tembakannya yang keras dan kerap melakukan tekel-tekel berbahaya. Plus, ia juga punya kemampuan membaca irama permainan lawan.

Gelar yang sama ia berikan seperti yang dirasakan oleh Ruud Gullit. Hanya bedanya, ia belum sempat merasakan gelar Scudetto di tahun 1987 karena ia belum bergabung.

Selain dengan Milan, pria yang kini berusia 54 tahun itu juga pernah mendulang kesuksesan besar bersama Ajax Amsterdam. Dengan Ajax, ia antara lain memenangkan 5 gelar Eredivisi (1981/1982, 1982/1983, 1984/1985, 1993/1994, 1994/1995), 3 gelar Piala KNVB (1982/1983, 1985/1986, 1986/1987), satu gelar Liga Champions (1994/1995), dan satu gelar Piala Winners (1986/1987).

Di era pensiunnya, Rijkaard sempat menjadi pelatih. Antara lain ia melatih Timnas Belanda (1998-2000), Sparta Rotterdam (2001-2002), Barcelona (2003-2008), Galatasaray (2009-2010), dan Arab Saudi (2011-2013).

4. Edgar Davids

Edgar Davids
Juventus' midfielder Edgar Davids, wearing sunglasses, takes part in the Unesco Cup football match Juventus Legends vs Real Madrid Leyendas on June 2, 2014 at the Juventus Stadium in Turin. MARCO BERTORELLO / AFP

Setelah era trio Van Basten-Ruud Gullit-Rijkaard habis di pertengahan tahun 1990-an, datang satu pemuda Belanda. Dia adalah Edgar Davids, yang didatangkan dari Ajax Amsterdam pada musim panas tahun 1996, dengan status bebas transfer. Waktu itu umur Davids masih 23 tahun.

Namun, bukan bersama Milan ia meraih kesuksesan, melainkan dengan Juventus. Ya, dua tahun setelah datang ke Italia, ia bergabung dengan Si Nyonya Tua.
Bersama raksasa asal Kota Turin inilah namanya melambung. Ia dikenal sebagai gelandang bertahan yang tangguh dan bertenaga kuda, membuat pertahanan Juventus sulit ditembus.

Bersama Juventus, ia memenangkan tiga gelar Serie A (1997/1998, 2001/2002, 2002/2003), dan satu gelar Supercoppa Italiana (2003).

Enam tahun membela Juventus, Davids sempat sejenak menjajal Barcelona selama enam bulan sebagai pemain pinjaman, pada tahun 2014.

Sekembalinya dari masa peminjaman, legenda yang bermain dengan kacamata itu kemudian pindah ke Inter Milan, Tottenham Hotspurs, lalu kembali lagi ke Ajax. Ia sempat beberapa kali jeda dalam kariernya, sebelum akhirnya gantung sepatu pada Januari 2014.

5. Clarence Seedorf

Clarence Seedorf
Clarence Seedorf (AFP/Fabio Muzzi)

Pemain yang satu ini bisa dibilang merupakan pemain Belanda terakhir yang sukses bersama AC Milan. Setelah dia, hingga sekarang, belum ada lagi yang prestasinya mencolok, baik dalam kontribusi bagi klub, maupun secara individu.

Seedorf membela Milan di rentang tahun 2002 sampai 2012. Di bawah asuhan Carlo Ancelotti, mantan pemain timnas Belanda itu turut membantu I Rossoneri menyabet dua gelar Liga Champions (2003 dan 2007) dan satu gelar Scudetto (2004).

Seedorf pun menjadi salah satu pentolan di lini tengah Milan selama sepuluh tahun bersama Andrea Pirlo.

Seedorf menghabiskan sisa kariernya bersama klub Brazil, Botafogo sebelum akhirnya gantung sepatu pada tahun 2014.

Selepas pensiun, mantan pemain internasional Belanda itu sempat merasakan kursi kepelatihan Milan sejenak, namun ia gagal. (Abul Muamar)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya