Kiprah Pelatih Asing Timnas Indonesia di SEA Games

Sudah 12 pelatih asing menangani Timnas Indonesia di SEA Games.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2017, 10:00 WIB
Luis Milla gagal membawa Timnas Indonesia U-22 meraih medali emas SEA Games 2017. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Luis Milla gagal membawa Timnas Indonesia U-22 meraih medali emas SEA Games 2017. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia harus kembali mengubur mimpi untuk memuaskan dahaga gelar medali emas SEA Games. Padahal, PSSI sudah melakukan berbagai cara, salah satunya tunjuk Luis Milla sebagai sang juru taktik.

Milla tercatat sebagai pelatih asing ke-12 untuk Timnas Indonesia pada ajang SEA Games. Namun, pengaruhnya sejauh ini belum terlihat.

Sebelum gagal merebut emas SEA Games 2017, sosok berkebangsaan Spanyol itu juga urung membawa timnas ke Piala Asia U-23.

Pelatih asing nyatanya bukan jadi jaminan sukses. Ya, buktinya dalam daftar 12 juru taktik impor, cuma satu yang sukses persembahkan emas untuk Timnas Indonesia.

Selain Milla, seperti apa kinerja pelatih asing di SEA Games? Berikut penjabaran beberapa di antaranya.

Coerver & Fischer

Indonesia pertama kali menunjuk pelatih asing pada SEA Games 1979. Kala itu, pelatih asal Belanda, Wiel Coerver, dipercaya memimpin timnas.

Wiel Coerver. (Ist)

Sayang dia cuma mampu mempersembahkan perak. Indonesia dikalahkan musuh bebuyutan Malaysia pada final di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Pada edisi berikutnya, Indonesia memilih juru taktik Jerman, Bern Fischer. Namun, kinerjanya justru lebih buruk. Fischer cuma bawa Indonesia raih perunggu.

Anatoli Polosin

Anatoli Polosin. (Ist)

Kecewa dengan pelatih asing, Indonesia selama sepuluh tahun gunakan jasa arsitek lokal. Baru pada 1991 PSSI kembali berpaling ke pelatih impor dengan menunjuk Anatoli Polosin.

Kala itu, Indonesia sukses menjadi jawara dengan mengalahkan Thailand di final melalui drama adu penalti.

Meski sukses, PSSI tidak memperpanjang masa kerja Polosin.

Toplak & Matte

Ivan Toplak menggantikan posisi Polosin untuk SEA Games 1993 yang digelar di Singapura. Namun, pelatih asal Serbia itu cuma mampu membawa Indonesia menempati peringkat empat.

Pada edisi selanjutnya, PSSI yang tengah menjalankan program primavera memilih nakhoda asal Italia untuk menangani timnas. Adalah Romano Matte yang dipercaya.

Namun, kinerja Indonesia justru lebih buruk. Mereka gagal lolos fase grup di SEA Games 1995.

Romano Matte. (Ist)

Henk Wullems

Secercah harapan hadir menyusul penunjukkan Wullems. Menerapkan formasi 3-5-2 dengan pemain seperti Fachry Husaini, Widodo C Putro, Aji Santoso, hingga Rochy Putiray, Indonesia menunjukkan kinerja bagus.

Henk Wullems. (UMM)

Sayang, semua itu tidak cukup. Indonesia kembali dikalahkan Thailand lewat adu penalti di final.

Timnas tidak berdaya menghadapi Thailand yang juga mengandalkan generasi emas dan diperkuat pemain seperti Kiatisuk Senamuang dan Worrawoot Srimaka.

Bernard Schumm

Bernhard Schumm. (Ist)

Pelatih asing terakhir yang membawa Indonesia meraih medali pada SEA Games. Schumm membantu timnas merebut perunggu di 1999.

Pada abad 21, timnas kemudian menunjuk beberapa pelatih asing. Daftarnya mencakup Sergei Dubrovin, Peter Withe, Ivan Kolev, hingga Alberto Bica.

Withe mencatat prestasi terbaik dengan membawa Indonesia melaju ke semifinal. Sedangkan Dubrovin, Kolev, dan Bica sudah terhenti di grup. (I. Eka Setiawan)

 

Saksikan video menarik berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya