Susahnya Bawa Pulang Piala Sudirman ke Indonesia

Sudah 30 tahun Piala Sudirman tidak pulang ke Tanah Air setelah Indonesia terakhir dan pertama kali memenangkan turnamen bulu tangkis beregu campuran itu.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 28 Mei 2019, 17:15 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2019, 17:15 WIB
Piala Sudirman 2019
Tim bulu tangkis Indonesia hanya meraih perunggu pada Piala Sudirman 2019 di Nanning, Tiongkok, 19-26 Mei 2019. (foto: https://twitter.com/INABadminton)

 

Liputan6.com, Jakarta - Tim bulu tangkis Indonesia kembali gagal di Piala Sudirman. Hendra Setiawan dan kawan-kawan hanya sampai semifinal dalam turnamen yang berlangsung di Guangxi Sports Center, Nanning, Tiongkok, 19-26 Mei 2019.

Indonesia dikalahkan Jepang dalam perebutan tiket final Piala Sudirman, Sabtu (25/5/2019) lalu. Skuat Merah Putih kalah 1-3 setelah sempat unggul lebih dulu lewat pasangan ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo / Marcus Fernaldi Gideon.

Tiga poin Jepang didapat melalui tunggal putri, tunggal putra, dan ganda putri. Tim Manajer Indonesia Susy Susanti mengakui Jepang punya kekuataan merata hampir di semua sektor, terutama tunggal.

"Secara keseluruhan memang kami harus akui keunggulan Jepang yang kuat. Di pertandingan pertama, kami bisa kuasai. Tapi di tiga pertandingan berikutnya, memang harus diakui lawan lebih unggul," kata Susy.

"Tahun ini Jepang memang lebih baik, kekuatan mereka lebih merata, mereka layak masuk final," tambah legenda bulu tangkis Indonesia itu.

Di final Piala Sudirman, Jepang harus mengaku keunggulan Tiongkok. Tuan rumah menjadi kampiun setelah menang 3-0.

 

Pembenahan

Gregoria Mariska Tunjung - Piala Sudirman 2019
Ganda putri Indonesia Greysia Polii / Apriyani Rahayu kalah dari pasangan Jepang Mayu Matsumoto / Wakana Nagahara 15-21 dan 17-21 pada semifinal Piala Sudirman di Nanning, Tiongkok, Sabtu (25/5/2019). (foto: https://twitter.com/INABadminton)

Meski kekuatan Jepang lebih merata, peluang Indonesia untuk lolos ke final sebenarnya tetap terbuka. Sebab, segala sesuatu masih mungkin terjadi di lapangan.

Sayang, hal itu kurang dapat dimaksimalkan pemain Indonesia. Di tunggal putra misalnya, Anthony Sinisuka Ginting bermain cukup baik saat menghadapi Kento Momota, yang merupakan nomor satu dunia. Sayang, Ginting banyak membuat kesalahan, terutama di poin-poin kritis.

"Kami berharap supaya mereka lebih matang, konsisten, seperti Momota yang bisa jaga banget, nggak pernah kalah dari yang enggak-enggak. Seorang pemain bisa dilihat matangnya dari situ," kata Susy.

Soal penampilan Gregoria Mariska Tunjung, Susy menilai tunggal putri itu memiliki teknik permainan yang baik. Tapi, Gregoria masih belum maksimal. Ia kalah dari Akane Yamaguchi dengan dua game langsung 13-21 dan 13-21. "Gregoria itu butuh kerja keras, butuh penangangan lebih. Dia pukulannya bagus, tetapi nggak bisa tahan lama sampai akhir, safe-nya juga. Tunggal putri memang ketinggalan banyak dibanding sektor lain," jelas Susy.

Di ganda putri, Susy juga menilai masih banyak yang harus dibenahi dari pasangan Greysia Polii / Apriyani Rahayu. "Greysia / Apriyani harus tingkatkan lagi power dan ketahanannya. Ganda putri Jepang kuat dan tahan, kita juga harus bisa mengimbangi mereka, kalau tidak, gimana mau mengalahkan mereka?" tambah Susy.

 

 

 

 

Pertama dan Terakhir Kali

Piala Sudirman diambil dari nama tokoh bulu tangkis Indonesia, almarhum Dick Sudirman. Dia merupakan salah satu pendiri PBSI dan dikenal sebagai bapak bulu tangkis Indonesia.

Piala Sudirman tidak memperebutkan hadiah uang. Para pemain bertanding untuk membela nama negara dan mendapat poin peringkat BWF.

Edisi perdana Piala Sudirman digelar di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, 24-29 Mei 1989. Indonesia berhasil tampil sebagai juara dengan mengalahkan Korea Selatan 3-2. Itulah satu-satunya gelar Piala Sudirman yang pernah diraih Indonesia.

Setelah itu, capaian terbaik tim Indonesia hanya sampai di final sebanyak enam kali, yakni pada 1991, 1993, 1995, 2005, dan 2007. Sejak 1991, Piala Sudirman secara bergantian direbut Korea Selatan dan Tiongkok.

Korea Selatan menjadi juara pada 1991, 1993, 2003, dan 2017. Sedangkan Tiongkok juara pada 1995, 1997, 1999, 2001, 2005, 2007, 2009, 2011 2013, 2015, dan 2019.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya