Liputan6.com, Jakarta Apa kabar Olimpiade Tokyo 2020? Sejauh ini, ajang multieven empat tahunan itu masih tersandera pandemi virus Corona COVID-19. Hanya saja, pemerintah Tokyo tampaknya belum mau menyerah.
Seperti diketahui, Olimpiade Tokyo seharusnya berlangsung pada bulan Juli-Agustus tahun ini. Namun pandemi virus Corona COVID-19 memaksa perhelatan akbar tersebut ditunda hingga tahun depan. Rencananya, Olimpiade Tokyo 2020 akan diselenggarakan mulai 23 Juli hingga 9 Agustus 2021.
Baca Juga
Hingga saat ini, pandemi belum benar-benar berakhir. Bahkan jumlah kasus di beberapa negara, termasuk Jepang kembali menunjukkan peningkatan. Wajar bila situasi ini pada akhirnya memunculkan kekhawatiran sebagian pihak terhadap nasib penyelenggaraan Olimpiade Tokyo pada tahun depan.
Advertisement
Hasil polling yang dirilis pada Selasa (15/12/2020) seperti dilansir Channel News Asia (CNA) menunjukkan hanya 27 persen responden yang setuju Olimpiade Tokyo 2020 digelar tahun depan. Sementara 32 persen lainnya berharap hajatan itu ditunda. Polling yang diumumkan lewat stasiun televisi NHK itu juga memperlihatkan sebanyak 31 persen responden meminta penundaan lagi.
Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, dalam wawancaranya dengan AFP menegaskan, belum ada keadaan yang memaksa pihaknya menunda perhelatan itu meski jumlah kasus masih terus meningkat. Menurutnya langkah itu juga akan berpengaruh terhadap perhelatan kejuaran lain termasuk Olimpiade musim dingin di Beijing, China, 2022 serta Summer Games di Paris 2024.
Koike sendiri menyadari bahwa sebagian besar warga Jepang menentang penyelenggaran Olimpiade tahun depan. Namun menurutnya, kekhawatiran itu masih bisa mereka atasi.
"Masyarakat Jepang dan warga Tokyo sedang melihat kondisi saat ini," kata Koike, Selasa.
"Kami sedang mempersiapkan masa depan," bebernya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan juga video menarik di bawah ini
Semangat Optimisme
Sejak awal, pemerintah Jepang berusaha optimistis. Saat pandemi virus Corona COVID-19 mulai melanda dunia, pihak penyelenggara (NOC) dan pemerintah Tokyo berusaha sekuat tenaga untuk menyelenggarakan Olimpiade Tokyo 2020 sesuai jadwal. Apalagi berbagai fasilitas, venue, dan infrastruktur untuk menampung ribuan atlet yang akan bertanding sebagian besar telah rampung.
Sesuai tradisi, Api Olimpiade juga telah diterbangkan dari Yunani ke Jepang, pada bulan Maret lalu dan masyarakat Jepang sangat antusias menyambutnya. Namun seiring semakin tidak terkendalinya situasi pandemi virus Corona COVID-19, Komite Olimpiade Dunia (IOC) bersama pemerintah Jepang akhirnya secara resmi sepakat untuk menunda Olimpiade Tokyo 2020 pada Selasa malam (24/3/2020).
Keputusan ini tentu sangat merugikan pihak penyelenggara yang sudah mengeluarkan dana besar. Namun mereka tidak punya pilihan karena keselamatan atlet dan ofisial harus jadi yang utama.
Advertisement
Tokyo dalam Sorotan Dunia
"Masyarakat dunia sedang melihat Tokyo Games sebagai simbol umat manusia mengalahkan virus corona yang akan berdampak kepada Beijing Winter Games dan Paris Games," kata Koike.
"Jika Tokyo tidak melakukan segala upaya untuk melawan virus Corona, apa yang akan terjadi dengan Paris dari empat tahun sekarang. Saya pikir, kita harus menyukseskan Tokyo lebih dulu, jika tidak akan menimbulkan dampak yang sangat serius pada perhelatan di Paris nanti," bebernya.
Simbol Harapan
Koike juga percaya bahwa, pandangan masyarakat akan berubah. Pasalnya, pemerintah Jepang dan Tokyo tengah melakukan tindakan pencegahan yang luar biasa terhadap penyebaran virus COVID-19.
"Saya percaya, orang-orang akan melihat harapan lagi begitu langkah-langkah pengendalian virus corona dilakukan dengan tegas."
Sementara itu, Jepang masih berjuang melawan gelombang ketiga infeksi virus corona. Perdana Menteri Yoshihide Suga pada hari Senin mendesak warga untuk mempertimbangkan perjalanan selama periode liburan dan menghentikan promosi pariwisata domestik yang kontroversial selama Tahun Baru.
Jepang dianggap sebagai salah satu negara yang berhasil menghadapi pandemi virus Corona COVID-19 dengan kurang dari 2.600 kematian sejak kasus pertama diidentifikasi di negara itu pada Januari lalu.
Advertisement