Liputan6.com, Jakarta - Sudah banyak kisah atlet beralih profesi setelah meninggalkan dunia olahraga. Ada yang masih berhubungan dengan disiplin yang sebelumnya digeluti, tapi tidak jarang pula yang benar-benar mendobrak batas.
Alberto Braglia adalah salah satu nama yang memaksimalkan kemampuannya dalam olahraga untuk mencari nafkah di bidang lain.
Lahir di Modena, 23 April 1883, Braglia nyaris tidak mendapat pendidikan saat usia dini. Dia bekerja sebagai pembantu di tukang roti.
Advertisement
Namun, Braglia kecil memiliki gairah untuk senam. Dia mulai berlatih di lumbung milik keluarga.
Bakatnya menarik perhatian ofisial setempat dan ditarik masuk sekolah senam. Braglia mengasah kemampuan sehingga dipercaya mewakili Italia di Olimpiade Interkala 1906. Di Athena dia merebut medali perak dari dua nomor all-around.
Braglia terus berkembang. Dia memenangkan medali emas di Olimpiade 1908 usai berjaya di individu all-around. Pada event selanjutnya, Braglia sukses membawa pulang dua medali emas, masing-masing dari individu dan tim all-around.
Torehan tersebut bakal lebih banyak jika Braglia berkompetisi sekarang. Sebab, pada saat itu Olimpiade hanya membagikan dua medali emas untuk keseluruhan individu dan tim. Padahal Braglia cemerlang di setiap spesialisasi senam artistik, mulai kuda-kuda pelana, gelang, hingga palang sejajar.
Saksikan Video Berikut Ini
Keterpurukan Mendalam
Namun, ada cerita miris di balik capaian Braglia. Selepas prestasi di London, popularitas Braglia meningkat. Angelo Fortunato Formiggini menulis puisi tentangnya. Braglia juga diundang Raja Italia Vittorio Emanuele III yang berkuasa pada 1900 hingga 1946.
Masyarakat umum tidak mau ketinggalan. Mereka rela membayar untuk melihatnya tampil. Braglia pun tampil di berbagai penjuru Eropa hingga Amerika Serikat.
Status Braglia berubah menjadi profesional dan dikeluarkan Federasi Senam Italia. Di titik ini dia menderita cedera patah tulang bahu dan rusuk yang mengancam kariernya.
Braglia juga dirudung kesedihan mendalam setelah putranya yang baru berusia empat tahun meninggal. Peristiwa ini membuatnya depresi.
Namun, Braglia mampu bangkit. Kembali berubah menjadi amatir, dia berbenah menyambut Olimpiade di Stockholm. Di sini Braglia sukses mengantongi dua medali emas.
Advertisement
Latih Tim Olimpiade
Capaian di senam membuat kocek Braglia bertambah tebal. Sayang dia gagal menjaga keuangan dan bangkrut akibat salah investasi.
Kegagalan dalam berbisnis memaksa Braglia kembali ke senam pada 1932. Dia melatih atlet Italia jelang Olimpiade Los Angeles. Kembali Braglia menunjukkan pengaruh dan membawa anak asuhnya meraih emas. Menyusul capaian ini, dia mendapat penghargaan kebangsaan.
Tapi, Braglia tetap kesulitan menyambung hidup. Untuk menafkahi diri, dia menjadi akrobat di berbagai sirkus. Profesi lain yang sempat dijalaninya adalah bekerja sebagai tukang bersih sekolah dan manajer di sebuah warung.
Tidak Dikenali
Braglia kemudian menemani kontingen senam Italia di Olimpiade 1948. Setelah itu dia menderita arteriosklerosis dan harus mendapat perawatan.
Ironis, tidak ada yang tahu kondisinya. Semua berubah ketika seorang jurnalis mengenalinya di rumah sakit. Dia kemudian meyakinkan Pemerintah Kota Modena untuk membantu dengan memberinya pekerjaan di gymnasium beserta gaji.
Komite Olimpiade Italia juga baru bergerak tidak lama berselang dan memberinya pensiun. Braglia meninggal pada 1954 karena serangan jantung dalam kondisi miskin.
Advertisement