Liputan6.com, Jakarta Pengamat sepak bola nasional Sigit Nugroho mengapresiasi pertemuan antara Menteri Badan Uaaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Presiden Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) Gianni Infantino di Doha, Qatar. Dia meyakini ini menjadi cara pemerintah untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia, dan khususnya agar pagelaran Piala Dunia U-20 tetap digelar di Indonesia.
“Dengan pertemuan Bang Erick dengan Presiden FIFA saya yakin kalau itu ada pesan khusus untuk penyelamatan Piala Dunia U-20 tahun depan dan sepakbola Indonesia, dan yang utama tentu saja tragedi Kanjuruhan karena itu kan menjadi tema central sepak bola dunia, bukan hanya Indonesia karena selalu ada doa,” kata Sigit Nugroho seperti rilis yang diterima media.
Baca Juga
Dikatakan Sigit Nugroho, pertemuan Erick Thohir itu juga membawa pesan dan harapan Presiden Joko Widodo agar sepakbola Indonesia tidak terkena sanksi berat akibat tragedi Kanjuruhan. Ini karena jika kejadian-kejadian serupa seperti tragedi Heysel di Brussel, Belgia mendapatkan sanksi berat dari FIFA.
Advertisement
“Jadi harapannya dari Pak Jokowi lewat Pak Erick saya sangat yakin, agar supaya kita tidak kena sanksi yang terlalu berat dari FIFA, karena mengacu pada tragedi Heysel di itu kan berbeda, karena ada kerusuhan, ada tawurannya sehingga dihukum tahunan,” ucapnya.
Sementara tragedi di Hillsboroigh Disaster, Sheffield, Inggris yang menewaskan 96 orang bukanlah tawuran antar suporter, tetapi lebih pada kesalahan panitia penempatan penonton yang salah. Ini menyebabkan runtuhnya lantai stadion.
“Itu kan bukan tawuran tapi memang alfanya panitia dalam menyiapkan pertandingan itu, bagaimana perbandingan suporter Liverpool yang lebih banyak di ditaruh di tempat yang memadai sehingga tembok roboh dan banyak yang meninggal sampai 96,” ujarnya.
PSSI Harus Tanggung Jawab
Sigit menyarankan agar PSSI ikut bertanggung jawab atas kejadian di Kanjuruhan ini. Ini agar FIFA melihat ada tanggung jawab dari asosiasi sepakbola Indonesia dan sanksi berat tidak menghantui sepakbola Indonesia.
“PSSI semestinya harus bertanggung jawab supaya Indonesia jangan terkena sanksi yang terlalu berat, misalnya nih penghentian liga. Sedangkan let's see satu tahun aja di sanksi itu ratusan bahkan mungkin jutaan pengangguran, karena sepak bola itu kan bukan hanya pemain dan pelatihnya saja,” ungkapnya.
“Tetapi sektor di kanan kirinya itu luar biasa ekonomi yang tergerak, perajin bola, perajin sepatu waduh Masya Allah itu kalau salah dalam mengambil kebijakan atau keputusan itu dampaknya akan lebih besar daripada kematian 131. Bukan berarti kita tidak care ya tetapi kita sudah jatuh jangan lah dipentung pake tangga lagi maksudnya, sejatinya itulah yang dibawa pesan pak Erick sama Presiden FIFA,” jelasnya.
Sigit berharap, kerja keras Pemerintah dan khususnya Erick Thohir untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia ini harus didukung penuh. Soalnya, Timnas Indonesia saat ini sedang dalam performa yang sangat baik, dan akan menghadapi Piala Dunia U-20, Piala Asia dan Piala AFF.
“Kalau harapan saya selaku pengamat saya pikir harapannya tidak jauh berbeda dengan harapan suporter, cuma beda dalam hal penyampaian. Jadi kalau menurut saya ini sepak bola Indonesia secara prestasi Timnas Indonesia saat ini bagus, tetapi liga kurang baik ya. Pak Erik mesti mencari orang orang yang tepat di kanan kirinya, saya katakan demikian karena mengacu pada langkah yang sedang diambil Pemerintah,” katanya.
Advertisement
Sinyal
Sigit Nugroho pun meyakini betul, langkah cepat Erick Thohir bertemu langsung Presiden FIFA sangat berdampak posisi bagi sepakbola Indonesia. Salah satu tanda positif adalah, kualifikasi Piala Asia U-17 tetap jalan meski dalam kondisi berduka. Ini artinya ada harapan besar yang didapatkan Indonesia lewat pertemuan Erick Thohir dan Presiden FIFA.
“Yang pertama tentang liga supaya tidak di sanksi terlalu berat, kemudian yang kedua supaya Piala Dunia U-20 ini tetap jalan. Kan kita pernah lihat kualifikasi piala Asia U-17 kan tetap dilakukan meski tanpa penonton, itu artinya mereka tidak langsung main stop. Selesai gak boleh ada kompetisi buktinya kan tidak,” jelasnya juga.
“Tapi ini saya pikir FIFA juga berpikir dan melihat Indonesia ini pasarnya gurih sekali kalau ditinggalkan sayang,” katanya.