Liputan6.com, Jakarta- Klub-klub yang berpartisipasi dalam Liga Inggris memiliki banyak penggemar dari seluruh dunia. Popularitas Premier League saat ini semakin sulit untuk disaingi oleh liga-liga lainnya.
Walaupun banyak orang yang mengagumi klub-klub dan Premier League, terdapat pula banyak momen yang membuat sepak bola Inggris menjadi sorotan negatif. Berbagai alasan seperti kecurangan, tindakan kekerasan, hingga kasus pelacuran menjadi penyebabnya.
Advertisement
Baca Juga
Akibatnya, klub-klub tersebut sering kali dipandang sebagai penjahat utama, tidak hanya di Inggris tetapi juga di seluruh dunia. Bahkan, para pendukung klub-klub lain pun turut merasakan kebencian terhadap tim-tim asal Inggris yang terlibat dalam kontroversi ini.
Advertisement
Di antara tim-tim tersebut, terdapat lima klub Inggris yang paling banyak memiliki pembenci, salah satunya adalah Manchester United (MU).
Â
Millwall
Sejak didirikan pada tahun 1885 hingga kini, Millwall dikenal sebagai salah satu klub yang paling tidak disukai di Inggris. Hal ini disebabkan oleh perilaku suporter yang sering kali membuat onar, baik di dalam maupun di luar stadion. "Kerusuhan besar terjadi di kandang mereka pada 2002 kala menjamu Birmingham dan 1978 saat menghadapi Ipswich, serta laga tandang melawan Luton pada 1985, QPR pada 1966, dan West Ham pada 1906 dan 2009."
Dalam beberapa insiden, suporter bahkan menyerang pemain lawan dan ada pula yang iseng melemparkan granat tangan tiruan ke lapangan, yang semakin memperburuk citra klub ini.
Advertisement
Wimbledon
Dalam sejarah sepak bola Inggris, Liverpool dikenal sebagai tim yang sangat menakutkan terutama pada dekade 1970-an hingga 1980-an. Namun, mereka mengalami kekalahan yang mengejutkan di final Piala FA pada musim 1987/1988, di mana mereka dikalahkan oleh tim yang dianggap remeh, Wimbledon. Kemenangan Wimbledon ini melahirkan julukan "The Crazy Gang" untuk mereka, yang berhasil mengalahkan "Culture Club" yang lebih mapan.
Wimbledon berhasil mencetak gol tunggal yang menentukan kemenangan mereka di final tersebut melalui sundulan cerdik dari Lawrie Sanchez. Selain itu, momen dramatis juga terjadi ketika kiper mereka, Dave Beasant, melakukan penyelamatan penalti yang sangat krusial.
Tim ini sering kali tidak disukai oleh banyak orang karena gaya permainan mereka yang agresif dan kasar, yang membuat mereka terlihat seperti anggota geng yang gila.
Manchester United
Di penghujung musim 1998/1999, Alex Ferguson, yang menjabat sebagai manajer Manchester United, mendapatkan gelar bangsawan dari kerajaan Inggris. Di bawah kepemimpinannya, MU berhasil meraih tiga gelar sekaligus, termasuk kemenangan dramatis di Liga Champions melawan Bayern Munchen di partai final.
Namun, selain strategi yang diterapkan Ferguson, sosok yang juga membuat Manchester United dibenci adalah Roy Keane. Gelandang bertahan ini dikenal dengan permainan agresifnya yang sering kali melibatkan tekel-tekel keras, sehingga menimbulkan rasa antipati di kalangan lawan-lawannya.
Advertisement
MK Dons
Milton Keynes Dons FC (MK Dons) mengambil alih Wimbledon FC yang berpindah ke Milton Keynes akibat peraturan FA yang mengharuskan setiap tim profesional memiliki stadion penuh dengan kursi untuk penonton. MK Dons mengklaim diri sebagai klub yang baru dan cenderung menghindari pembahasan mengenai sejarah panjang Wimbledon FC.
Reaksi negatif muncul tidak hanya dari pendukung di Wimbledon, tetapi juga dari hampir seluruh penjuru Inggris yang memandang mereka sebagai klub tanpa sejarah. Sebagai respons, para suporter di Wimbledon mendirikan AFC Wimbledon, yang sering kali menciptakan ketegangan saat bertemu dengan MK Dons dalam pertandingan.
Leeds United
Billy Bremner, seorang pemain yang berasal dari Skotlandia, menjadi pemimpin bagi timnya, Leeds United, dalam meraih kesuksesan di tanah Inggris. Gaya permainan Leeds mencerminkan karakteristik sepak bola Inggris yang sejati, yaitu keras, penuh semangat, dan sangat mengutamakan aspek fisik.
Seringkali, penampilan tim ini berujung pada permainan yang kasar, sehingga mereka mendapatkan julukan "Dirty Leeds." Bahkan, banyak pemain lawan yang terlihat kesulitan dan tertatih-tatih saat menghadapi Leeds, yang membuat mereka menjadi tim yang sangat dibenci di Inggris pada masa itu. Sumber: Four-Four Two
Advertisement