Cek Fakta: Benarkah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS Tidak Akui Covid-19?

Pemilik akun ini menyebut CDC (Pusat Pengendalian dan Penyakit) di Amerika Serikat tidak pernah mengidentifikasi penyakit covid-19.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 16 Des 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Des 2020, 13:00 WIB
Tidak benar CDC Tak Akui Covid-19
Gambar tangkapan layar dengan klaim CDC Tak Akui Covid-19. (Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilik akun Facebook atas nama Bonnie Louise mengunggah sebuah klaim yang menyebut tidak ada test covid-19. Bahkan, dia menyebut CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) di Amerika Serikat (AS) tidak pernah mengidentifikasi penyakit covid-19.

Bonnie Louise mengunggah klaim yang menyebut CDC tidak mengidentifikasi covid-19 pada 29 November 2020. Selain itu, dia juga menybeut semua makhluk, buah hingga kambing, yang melakukan test swab bisa mendapat hasil positif covid-19.

Begini narasinya:

"Tidak ada yang namanya tes CV19, ini adalah fakta yang tidak terbantahkan. Situs CDC mengakui bahwa mereka tidak pernah mengisolasi atau mengidentifikasi CV19 sehingga tidak mungkin melakukan tes untuk itu.

Sebanyak lebih dari 70 persen orang yang sering menggunakan masker saja bisa positif CV19 bila dites. Kemudian buah, kambing, air limbah, termasuk puluhan barang lainnya bisa positiv CV19 bila dites.

Selain itu, CDC dan lembaga kesehatan lainnya di seluruh dunia harus keluar dan mengakui bahwa tidak terkira ribuan tes PCR yang dikirimkan ke berbagai negara sebelum terkontaminasi dengan virus corona.

Tapi tunggu, masih ada lagi! Salah satu urutan primer yang diposting secara publik WHO dalam tes PCR untuk SARS-CoV-2 ditemukan di semua DNA manusia, yang berarti secara default tes ini dirancang untuk menguji positif setiap orang jika mereka cukup kuat."

Lalu, benarkah klaim covid-19 tidak diakui oleh CDC?

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Penelusuran Fakta

CEK FAKTA Liputan6
CEK FAKTA Liputan6 (Liputan6.com/Abdillah)

Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menelusuri situs CDC dengan artikel berjudul: "SARS-CoV-2 Viral Culturing at CDC". Artikel itu sudah diperbarui pada 27 Oktober 2020.

Dalam artikel tersebut, CDC mengatakan, SARS-CoV-2 merupakan virus yang menyebabkan covid-19, yang mereka pelajari di laboratorium untuk penelitian oleh komunitas ilmiah dan medis. CDC menggunakan SARS-CoV-2 dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut:

- Untuk menguji serum yang dikumpulkan dari orang-orang yang telah pulih dari covid-19 untuk mencari antibodi yang dapat memblokir infeksi virus.

- Untuk menentukan kapan orang menularkan virus hidup selama penyakit itu.

- Strain SARS-CoV-2 yang dipasok oleh CDC dan peneliti lain dapat diminta secara gratis dari Ikon Eksternal Repositori Sumber Daya Biodefense dan Emerging Infections Research (BEI) oleh lembaga mapan yang memenuhi persyaratan BEI.

- Persyaratan ini mencakup pemeliharaan fasilitas dan program keselamatan yang sesuai, serta memiliki keahlian yang sesuai. BEI memasok organisme dan reagen ke komunitas peneliti mikrobiologi dan penyakit menular yang lebih luas.

Selanjutnya, Cek Fakta Liputan6.com menemukan artikel di USA Today berjudul: "Fact check: COVID-19 tests are real, masks work, despite false claims to the contrary". Artikel ini membahas tentang klaim 70 persen pemakai masker bisa positif covid-19 jika dilakukan test.

Dalam artikelnya, USA Today menyebut klaim yang menyebut 70 persen pemakai masker penuh waktu dites positif terkena virus kemungkinan besar berasal dari penelitian oleh CDC yang telah disalahtafsirkan secara luas.

Tujuan dari penelitian ini bukan untuk menentukan keefektifan masker, melainkan untuk menentukan bagaimana virus corona menyebar di lingkungan komunal seperti restoran dan kedai kopi. Di tempat seperti itu sangat sulit untuk terus menggunakan masker (seperti saat makan dan minum) dan menjaga jarak sosial.

Kemudian, USA Today juga menyoroti tentang klaim yang menyebut buah dan kambing juga bisa positif covid-19 jika dilakukan test. Klaim ini kemungkinan berasal dari komentar yang dibuat Presiden Tanzania, John Magufuli.

Sayangnya, komentar John Magufuli itu sudah dinyatakan tidak terbukti. Sebabnya, banyak alat tes covid-19 di Tanzania yang sudah mengalami kerusakan. Cek Fakta Liputan6.com juga sudah membantah soal klaim covid-19 di Tanzania di artikel ini.

 

Kesimpulan

banner Hoax
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Klaim yang menyebut CDC tidak mengakui adanya covid-19 adalah hoaks. Banyak narasi yang diunggah pemilik akun Facebook atas nama Bonnie Louise tidak sesuai, salah, dan pernah dibantah oleh para peneliti.

 

Tentang Cek Fakta

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya