Peneliti Sebut Hoaks Bikin Masyarakat Hilang Ingatan soal Manfaat Vaksin

Hoaks seputar vaksin covid-19 mulai ramai di media sosial sejak program vaksinasi pemerintah pada 13 Januari lalu.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 06 Feb 2021, 16:30 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2021, 16:30 WIB
ilustrasi vaksin
ilustrasi vaksin. Photo by Daniel Schludi on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Bioteknologi Bimo Ario Tejo, PhD, menyebut vaksinasi covid-19 tidak akan membuat orang meninggal dunia. Dia pun meminta masyarakat tidak termakan hoaks soal vaksin.

Hoaks seputar vaksin covid-19 mulai ramai di media sosial sejak program vaksinasi pemerintah pada 13 Januari lalu. Banyak klaim menyesatkan yang menimbulkan keraguan dari masyarakat.

"Tidak pernah ada orang meninggal karena divaksin, hari ini divaksin besok meninggal. Bukan karena kita makan sate besok mati kemudian disebut sate menjadi penyebab kematian," kata Bimo, dikutip dari Antara.

Profesor Madya dari Universiti Putra Malaysia itu mengatakan terdapat narasi-narasi yang menggiring bahwa vaksin berbahaya bagi kehidupan. Padahal sejak tahun 1804 Indonesia yang saat itu dijajah Belanda sudah mengenal vaksin cacar.

Vaksin tersebut, kata dia, terbukti mampu menekan penularan penyakit cacar yang mematikan. Wabah cacar di berbagai tempat di dunia juga berangsur lenyap dengan vaksinasi.

"Lebih ada seribu hoaks yang beredar di antaranya soal vaksin. Masyarakat kemudian seperti kehilangan ingatan kolektif soal manfaat vaksin," katanya.

Ia mencontohkan terkait hoaks soal vaksin itu di antaranya dapat memicu depopulasi atau mengurangi jumlah penduduk. Padahal secara data logaritmik jumlah penduduk terus berkembang hingga saat ini meski dalam beberapa generasi sudah divaksinasi.

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:  

Hoaks Chip

Hoaks lainnya, kata dia, melalui vaksin akan diselundupkan microchip yang menjadi pelacak terhadap orang yang divaksin. Sejatinya hal itu tidak perlu dikhawatirkan karena cenderung tidak masuk akal.

"Sekarang saja kita mudah dilacak pakai ponsel kita masing-masing (dengan di dalamnya terdapat banyak aplikasi). Masyarakat beberapa seperti kehilangan perspektif. Selama hidup kita kenal dengan vaksin bahkan sejak lahir. Kenapa vaksinasi yang saat ini dipertanyakan," katanya.

"Vaksinasi ini menjadi bagian dari kita karena bisa mencegah suatu penyakit melalui vaksinasi. Ini mengembalikan ingatan kolektif. Pada tahun 1960-an Indonesia mampu menghilangkan penyakit cacar melalui vaksinasi dan seolah kini masyarakat lupa," katanya. (Ant)

 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya