Ada Hoaks Sebut Vaksin Bisa Lemahkan Otak, Ini Fakta-Faktanya

Dokter Fajri Adda'i juga membagikan berkas dari Badan POM yang menjelaskan tentang Sinovac, vaksin covid-19 buatan China yang digunakan di Indonesia.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 10 Feb 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi otak
Ilustrasi tentang otak dan kecerdasan. (Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Di media sosial, sempat beredar kabar kalau vaksin bisa menyebabkan otak manusia menjadi lemah. Namun, sudah dipastikan kalau kabar itu hanya hoaks belaka.

Klaim itu dibantah dr. Muhamad Fajri Adda'i, yang merupakan dokter relawan covid-19 dan edukator kesehatan. Dia menyebut informasi itu hoaks dan dikeluarkan oleh orang-orang yang tidak percaya adanya virus.

Dokter Fajri Adda'i juga membagikan berkas dari Badan POM yang menjelaskan tentang Sinovac, vaksin covid-19 buatan China yang digunakan di Indonesia.

Dijelaskan dalam berkas tersebut bahwa:

"Efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin CoronaVac dapat berupa reaksi lokal dan reaksi sistemik. Berdasarkan hasil uji klinik vaksin CoronaVac pada lebih dari 10.000 subjek manusia yang dilakukan di Indonesia, China, Brazil dan Turki, efek samping vaksin CoronaVac sifatnya ringan hingga sedang. Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan terkait dengan pemberian vaksin CoronaVac.

Reaksi Lokal yang dilaporkan selama studi klinik pada manusia adalah nyeri di tempat injeksi, pembengkakan, eritema, gatal, indurasi, kemerahan, menurunnya sensasi, dan warna kulit yang lebih pudar (discolouration). Reaksi sistemik yang umum dilaporkan berdasarkan hasil uji klinik adalah nyeri otot, demam, rasa lelah (fatigue), mual, muntah, dan sakit kepala."

Ditambahkan oleh dr Fajri Adda'i, efek samping vaksin tidak berbahaya. "Efeknya ringan kok," ucapnya.

"Walau kecil, jika ada 100 juta org divaksin maka dikhawatirkan akan ada 100-200 alergi. Sehingga, untuk 30 menit pertama pasca disuntik vaksin, orang yang divaksin diminta menunggu untuk pemantauan," katanya menegaskan.

Sementara itu, dalam Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi covid-19 menyebutkan, reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi covid-19 hampir sama dengan vaksin lain.

Beberapa gejala tersebut antara lain:

1. Reaksi lokal, seperti: Nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan. Reaksi lokal lain yang berat misalnya selulitis.

2. Reaksi sistemik seperti: Demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi (atralgia), badan lemah, sakit kepala.

3. Reaksi lain seperti reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem, reaksi anafilaksis, syncope (pingsan).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya