TWSE Ajak 9 Komunitas Bahas Isu Energi Nasional

Kementerian ESDM (2012) menyebutkan bahwa realisasi produksi minyak Indonesia hanya mencapai 860.000 barel/hari pada tahun 2012.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Jun 2015, 10:03 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2015, 10:03 WIB
TWSE Ajak 9 Komunitas Bahas Isu Energi Nasional
Kementerian ESDM (2012) menyebutkan bahwa realisasi produksi minyak Indonesia hanya mencapai 860.000 barel/hari pada tahun 2012.

Citizen6, Yogyakarta Krisis energi Indonesia yang mengemuka beberapa tahun terakhir ini menjadi perhatian mahasiswa untuk turut mengkaji isu energi Indonesia. Kementerian ESDM (2012) menyebutkan bahwa realisasi produksi minyak Indonesia hanya mencapai 860.000 barel/hari pada tahun 2012.

Namun hal ini tidak diimbangi dengan permintaan minyak masyarakat Indonesia yang mencapai 1,3 juta barel/hari. Hal ini membuat Pemerintah mengambil keputusan untuk mengimpor minyak sebesar 500.000 barel/hari (Ditjen Migas, 2012). Di samping itu, kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap BBM rata-rata meningkat 3% tiap tahun. Di sisi lain, perkembangan energi terbarukan belum menunjukkan kenaikan grafik yang memuaskan.

Berangkat dari permasalahan tersebut, komunitas Together We Save Energy (TWSE) mengadakan acara “Sarasehan Aktivis Energi” yang bertempat di Djendelo café beberapa waktu lalu.

Sarasehan yang mengusung tema “Masa Depan Energi Indonesia” ini turut mengundang sembilan komunitas yang bergerak di bidang energi, lingkungan, sosial dan politik, yakni Earth Hour Jogja, Dewan Energi Mahasiswa, Society of Petroleum Engineer (SPE) UGM, Komunitas Mahasiswa Sentra Energi (KAMASE) UGM, Komunitas Muda Nuklir Nasional (KOMUNN), Young On Top, Gerakan Indonesia Berdaulat, BEM KM Fakultas Teknik UGM dan Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Provinsi Yogyakarta.

Sarasehan yang dimulai pada pukul 18.00 WIB ini dibuka dengan sambutan oleh Hendarko Hinu selaku President of Together We Save Energy (TWSE) dilanjutkan diskusi yang didampingi oleh Schneider Electric Campus Ambassador (SECA) Yogyakarta selaku moderator.

Sarasehan ini bertujuan untuk mengumpulkan pandangan masing-masing komunitas yang bergerak di bidang energi, lingkungan, sosial dan politik terhadap isu energi nasional, mulai dari pengelolaan energi hulu hingga hilir. Untuk mengawali diskusi ini, SPE menyampaikan bahwa produksi gas dapat menutup permintaan energi dunia hingga 200 juta tahun ke depan namun blok-blok gas di Indonesia telah dijual ke pihak asing bahkan sebelum Indonesia dapat menggunakan energi tersebut lantaran keterbatasan infrastruktur.

Sementara itu, KAMASE menilai bahwa diversifikasi energi perlu dilakukan dengan mendayagunakan energi terbarukan untuk memperoleh titik optimum antara ekonomi dan lingkungan. Diskusi aktif masih terus berlanjut dengan pemaparan mengenai energi nuklir yang masih menjadi polemik di Indonesia.

KOMUNN mengungkapkan bahwa energi nuklir merupakan sumber energi yang murah dengan sumber yang melimpah dan tidak menghasilkan polusi. Perwakilan dari KOMUNN menambahkan “Torium, memiliki energi 500 juta kali lebih besar dari batubara yang merupakan sumber utama pembangkit listrik di Indonesia. Bahkan Torium ini jumlahnya sangat melimpah di Indonesia”.

Berdasarkan pemaparan dari masing-masing komunitas mengenai perhatiannya terhadap isu energi nasional, dapat disimpulkan bahwa infrastruktur untuk energi baru dan terbarukan masih terbatas, sehingga energi fosil dinilai masih ekonomis saat ini. Di sisi lain, kebijakan dan kontrak investor di wilayah Indonesia timur masih perlu dibenahi dari segi sistem kontraknya.

Sementara itu, salah satu peran penting mahasiswa adalah untuk melakukan pendekatan ke masyarakat untuk membumikan informasi terkait energi Indonesia sehingga apabila terjadi perubahan mekanisme pasar dan kebijakan energi, masyarakat sudah siap dengan gejolak ekonomi dan sosial yang ada.

“Diberi kesempatan oleh TWSE menjadi moderator dalam diskusi ini memberikan banyak ilmu, serta sudut pandang baru tentang energi di Indonesia. Adanya forum-forum seperti ini membentuk suatu ikatan antarpemuda pemerhati energi, yang harapannya dapat mengarah pada aksi nyata yang dapat membantu masyarakat,” ujar Wangsa Saputra, Schneider Electric Campus Ambassador (SECA) Yogyakarta.

Sebagai tindaklanjut dari sarasehan ini, komunitas Together We Save Energy (TWSE) akan mengembangakan desa mandiri energi sebagai desa percontohan pengelolaan energi yang efisien dengan mengajak komunitas-komunitas lain untuk turut bekerjasama. (rida/kw)

Penulis:

Rida Nurafiati
Mahasiswi S1 Akuntansi UGM 2011

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya