Citizen6, Jakarta Menghirup udara bersih dan sehat adalah hak setiap orang. Jangankan asap, bau sampah-sampah dan kotoran pun kita maki-maki. Maka patutlah jika setiap tahun protes atas kabut asap yang melanda wilayah Sumatera khususnya di Riau dan Jambi dilayangkan. Kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan di wilayah Sumatera ini tentu berdampak buruk pada kesehatan warga.
Indeks Standar Pencemaran Udara pun sudah menunjukan level Tidak Sehat. Warga diharuskan mengenakan masker, banyak sekolah diliburkan, dan penerbangan dihentikan. Nestapa ini pun direspon oleh para kartunis dengan membuat kartun #masihmelawanasap sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap warga disana.
Baca Juga
Advertisement
Kartun ini membawa kisah pilu yang disampaikan lewat cerita anak bernama Nina kecewa terhadap ayahnya sendiri. Kebakaran hutan yang terjadi dilaporkan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) sebesar 90% adalah akibat ulah manusia. Kebakaran hutan dikatakan oleh Herry Purnomo, salah satu peniliti CIFOR sebagai kejahatan terorganisir dengan sengaja membakar hutan untuk membuka lahan.
Musim kemarau panjang dan fenomena cuaca El Nino memang menyebabkan cuaca panas dan kering sehingga memperluas titik api yang kini berjumlah 708 titik di Sumatera. Namun pemantik apinya adalah manusia, dan masyarakat sekitar menjadi korban terdampak.
Tentu perlu kerja bersama untuk menyelesaikan kasus yang hampir setiap tahun berulang ini.
Pembakaran hutan menjadi cara paling murah untuk mengubah hutan menjadi lahan kebun kelapa sawit sekaligus mendongkrak harga lahan. Dalam Konferensi Jurnalis Sains Indonesia di Bogor (29/08/2015), Herry Purnomo yang juga Guru Besar IPB menyatakan bahwa sebelum terbakar harga lahan berkisar Rp 8 juta, setelah dibakar naik menjadi Rp 11 juta per hektar. Kemudian setelah ditanami sawit meningkat berkali-kali lipat mencapai Rp 50-100 juta per hektar.
Akibat ini semua, masyarakat lah yang harus merasakan dampaknya besarnya. Kerugian bukan sekedar hak mereka merasakan udara bersih tercabut tapi juga kerugian ekonomis dan ekologis. Selain kabut asap, kerugian lainnya adalah krisis lingkungan hingg berkurangnya cadangan air tanah disana. Hal tersebut menjadi dampak jangka panjang yang mungkin akan dirasakan oleh generasi kita mendatang. Maka patutlah kita kiranya juga turut serta mendukung gerakan #masihmelawanasap. (rn)