Pembakaran Hutan, Para Kartunis dan Gerakan #MasihMelawanAsap

Kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan menjadi salah satu kekhawatiran karena kabut asap yang diakibatkan

oleh Rina Nurjanah diperbarui 06 Sep 2015, 19:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2015, 19:00 WIB
20150904-Kebakaran-Hutan-Riau
Sebuah helikopter melakukan pemadaman api di kawasan hutan di Ogan Ilir, Sumatera Selatan (1/8/2015). (AFP PHOTO/ABDUL Qodir)

Citizen6, Jakarta Menghirup udara bersih dan sehat adalah hak setiap orang. Jangankan asap, bau sampah-sampah dan kotoran pun kita maki-maki. Maka patutlah jika setiap tahun protes atas kabut asap yang melanda wilayah Sumatera khususnya di Riau dan Jambi dilayangkan. Kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan di wilayah Sumatera ini tentu berdampak buruk pada kesehatan warga.

Indeks Standar Pencemaran Udara pun sudah menunjukan level Tidak Sehat. Warga diharuskan mengenakan masker, banyak sekolah diliburkan, dan penerbangan dihentikan. Nestapa ini pun direspon oleh para kartunis dengan membuat kartun #masihmelawanasap sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap warga disana.

 

 

#masihmelawanasap #nyapnyapnovement . Pesan Nina dari Surga : . - Papa, maafin Nina yang gak bisa jadi anak yang berbakti buat papa, maafin Nina yang selalu ngelawan Papa. Nina sayaaaang banget sama Papa, tapi semenjak Papa rakus akan harta dan menghalalkan segala cara demi uang, Nina jadi benci sama papa. Nina kecewa sama papa. Papa tega teganya membakar lahan demi kepentingan papa, sampai asap yang timbul dari hasil ketamakan papa itu telah menyiksa banyak orang di Riau dan sekitarnya. Mereka papa bunuh secara berlahan. Papa telah menyebarkan mimpi buruk buat mereka, tapi melihat itu semua papa tetap bisa tertawa dan makan jamuan mewah dengan relasi kerja papa. .sekarang aku punya pilihan pa, aku memilih meninggalkan papa. Meninggalkan dunia ini pa, seperti yang pernah mama katakan sama Nina "Surga adalah satu satunya tempat yang paling indah" . . Kisah ini gaber buat sebagai bentuk kepedulian kami di sini kepada masyarakat Riau dan sekitarnya. Entah bagaimana tersisiksanya bernafas disana. Dan semoga dengan kisah yang saya buat ini dapat menyadarkan mereka yang telah menyebabkan bencana ini terjadi. Buat komikus semua mari kita bergerak untuk membuat asap itu pergi @wibik_sana @zedbangkeidup @chanchanscraw @kangbewok @ukik_rm @mrosikhuli @thekonyol @tahilalats @kyuri_komik @jonbraykomik @andhikahappy @si_abi @komikazer @maghfirare @denuisgram @komiklincung @komiksobeg @dhanypramata @komikdimsum @damroe @dasargila @komikfaktap @hifzakomik @katakberbulu @klkkln @komikimpor @dagelan @zedbangkeidup @d_chara @masdimboy @astro.ruby

Video kiriman Bang Gaber (@banggaber) pada

Kartun ini membawa kisah pilu yang disampaikan lewat cerita anak bernama Nina kecewa terhadap ayahnya sendiri. Kebakaran hutan yang terjadi dilaporkan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) sebesar 90% adalah akibat ulah manusia. Kebakaran hutan dikatakan oleh Herry Purnomo, salah satu peniliti CIFOR sebagai kejahatan terorganisir dengan sengaja membakar hutan untuk membuka lahan.

 

Musim kemarau panjang dan fenomena cuaca El Nino memang menyebabkan cuaca panas dan kering sehingga memperluas titik api yang kini berjumlah 708 titik di Sumatera. Namun pemantik apinya adalah manusia, dan masyarakat sekitar menjadi korban terdampak.
Tentu perlu kerja bersama untuk menyelesaikan kasus yang hampir setiap tahun berulang ini.

 

Pembakaran hutan menjadi cara paling murah untuk mengubah hutan menjadi lahan kebun kelapa sawit sekaligus mendongkrak harga lahan. Dalam Konferensi Jurnalis Sains Indonesia di Bogor (29/08/2015), Herry Purnomo yang juga Guru Besar IPB menyatakan bahwa sebelum terbakar harga lahan berkisar Rp 8 juta, setelah dibakar naik menjadi Rp 11 juta per hektar. Kemudian setelah ditanami sawit meningkat berkali-kali lipat mencapai Rp 50-100 juta per hektar.

Akibat ini semua, masyarakat lah yang harus merasakan dampaknya besarnya. Kerugian bukan sekedar hak mereka merasakan udara bersih tercabut tapi juga kerugian ekonomis dan ekologis. Selain kabut asap, kerugian lainnya adalah krisis lingkungan hingg berkurangnya cadangan air tanah disana. Hal tersebut menjadi dampak jangka panjang yang mungkin akan dirasakan oleh generasi kita mendatang. Maka patutlah kita kiranya juga turut serta mendukung gerakan #masihmelawanasap. (rn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya